Tepatnya hari Rabu, 20 Mei Pukul 09.00 bertempat di ruang kuliah anatomi school tot Opleiding van Inlandche Artsen (stovia) di weltepreden (Jakarta), berdiri organisasi Budi Oetomo. Diprakarsai oleh Soetomo, M Soeradji, Muhamad Saleh, M Soewarno, M Goenawan Tjiptomangoenkoesoemo, Soewarno, RM Gembroek, R Angka dan M Soelaiman. Inilah tonggak awal sejarah perjuangan bangsa untuk bangkit dari kerjajahan, keterpurukan, dan kesulitan yang dilakukan oleh kolonial menemui babak baru.
Pemuda menjadi motor dalam setiap pergerakan dalam upaya penyatuan seluruh elemen bangsa. Hal ini mencapai titiknya pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, semuanya sepakat untuk melebur diri menjadi satu bahasa, satu bangsa, satu tanah air.
Soekarna dan Hatta semakin menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang bermartabat, mampu berdiri sendiri, terbebas dari belenggu asing lewat proklamasi tanggal 17 Agustus 1945. Saat itulah bangsa Indonesia mencoba berdiri tegak sejajar dengan negara-negara lain di dunia.
Sekarang sudah 100 tahun peristiwa itu berlalu, bangsa Indonesia memaknainya sebagai Hari Kebangkitan Nasional, tentunya kita tidak ingin hal ini hanya menjadi rutinitas yang bersifat ceremonial belaka. Kita ingin Hari Kebangkitan Nasional ini dijadikan momentum untuk benar-benar bangkit dari keterpurukan dan kesulitan yang sekarang dialami oleh sebagian besar rakyat Indonesia.
Mengambil pepatah Bang Dedi Mizwar, bangkit berarti susah…susah jika melihat orang lain susah, bangkit berarti senang…senang melihat orang lain senang, bangkit berarti mencuri…mencuri perhatian dunia lewat prestasi, bangkit berarti marah…marah bila harga diri bangsa diinjak-injak, bangkit juga berarti malu….malu karena jadi benalu yang kerjanya minta melulu, bangkit berarti tidak ada….ya tidak ada kata menyerah, bangkit juga berarti takut…..takut melakukan korupsi.
Kita mungkin harus banyak belajar pada Jepang, yang mampu bangkit menjadi negara yang disegani hanya dalam kurun waktu 20 tahun setelah berada di titik nadir karena Hirosima dan Nagasaki dibom oleh sekutu. Semangat kerja keras, kesungguhan, dan disiplin ketat seperti yang tercermin dalam spirit bushido mungkin hal itu yang harus kita tiru. Secara ekonomi mungkin kita harus banyak belajar pada Cile yang mampu bangkit dari keterpurukan ekonomi sehingga sekarang mereka dijuluki sebagai The Miracle of Chile. Atau bahkan kita tidak usah belajar jauh-jauh, negara yang dulu mengimpor tenaga pengajar berkualitas dari Indonesia, ternyata sekarang justru pembangunannya melesat lebih cepat dibanding kita.
Terakhir, di era globalisasi dan informasi saat ini, dimana batas-batas negara semakin semu, dan persaingan global semakin ketat saya jadi teringat sebuah cerita dari hutan Afrika. Ceritanya singkat “ Pada pagi hari, seekor macan terbangun, sesaat setelah bangun dia sadar bahwa hari ini dia harus lari lebih cepat dari rusa yang terlambat (paling lambat ) sebab kalau tidak maka dia akan mati kelaparan. Dan pada pagi yang sama, seekor rusa juga bangun, dan dia sadar bahwa hari ini dia harus lari lebih cepat dari macan yang tercepat sebab kalau tidak dia akan mati menjadi mangsa. “ Kita tidak tahu negara kita sebagai rusa atau macan, mau jadi macan atau rusa itu pun tidak penting, kita hanya harus berusaha dengan keras agar tidak jadi macan yang mati kelaparan atau jadi rusa yang mati jadi korban. Yang pasti ketika hari sudah pagi, maka kita harus siap untuk berlari lebih cepat dari pesaing kita. SALAM SUKSES!!!
Pemuda menjadi motor dalam setiap pergerakan dalam upaya penyatuan seluruh elemen bangsa. Hal ini mencapai titiknya pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, semuanya sepakat untuk melebur diri menjadi satu bahasa, satu bangsa, satu tanah air.
Soekarna dan Hatta semakin menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang bermartabat, mampu berdiri sendiri, terbebas dari belenggu asing lewat proklamasi tanggal 17 Agustus 1945. Saat itulah bangsa Indonesia mencoba berdiri tegak sejajar dengan negara-negara lain di dunia.
Sekarang sudah 100 tahun peristiwa itu berlalu, bangsa Indonesia memaknainya sebagai Hari Kebangkitan Nasional, tentunya kita tidak ingin hal ini hanya menjadi rutinitas yang bersifat ceremonial belaka. Kita ingin Hari Kebangkitan Nasional ini dijadikan momentum untuk benar-benar bangkit dari keterpurukan dan kesulitan yang sekarang dialami oleh sebagian besar rakyat Indonesia.
Mengambil pepatah Bang Dedi Mizwar, bangkit berarti susah…susah jika melihat orang lain susah, bangkit berarti senang…senang melihat orang lain senang, bangkit berarti mencuri…mencuri perhatian dunia lewat prestasi, bangkit berarti marah…marah bila harga diri bangsa diinjak-injak, bangkit juga berarti malu….malu karena jadi benalu yang kerjanya minta melulu, bangkit berarti tidak ada….ya tidak ada kata menyerah, bangkit juga berarti takut…..takut melakukan korupsi.
Kita mungkin harus banyak belajar pada Jepang, yang mampu bangkit menjadi negara yang disegani hanya dalam kurun waktu 20 tahun setelah berada di titik nadir karena Hirosima dan Nagasaki dibom oleh sekutu. Semangat kerja keras, kesungguhan, dan disiplin ketat seperti yang tercermin dalam spirit bushido mungkin hal itu yang harus kita tiru. Secara ekonomi mungkin kita harus banyak belajar pada Cile yang mampu bangkit dari keterpurukan ekonomi sehingga sekarang mereka dijuluki sebagai The Miracle of Chile. Atau bahkan kita tidak usah belajar jauh-jauh, negara yang dulu mengimpor tenaga pengajar berkualitas dari Indonesia, ternyata sekarang justru pembangunannya melesat lebih cepat dibanding kita.
Terakhir, di era globalisasi dan informasi saat ini, dimana batas-batas negara semakin semu, dan persaingan global semakin ketat saya jadi teringat sebuah cerita dari hutan Afrika. Ceritanya singkat “ Pada pagi hari, seekor macan terbangun, sesaat setelah bangun dia sadar bahwa hari ini dia harus lari lebih cepat dari rusa yang terlambat (paling lambat ) sebab kalau tidak maka dia akan mati kelaparan. Dan pada pagi yang sama, seekor rusa juga bangun, dan dia sadar bahwa hari ini dia harus lari lebih cepat dari macan yang tercepat sebab kalau tidak dia akan mati menjadi mangsa. “ Kita tidak tahu negara kita sebagai rusa atau macan, mau jadi macan atau rusa itu pun tidak penting, kita hanya harus berusaha dengan keras agar tidak jadi macan yang mati kelaparan atau jadi rusa yang mati jadi korban. Yang pasti ketika hari sudah pagi, maka kita harus siap untuk berlari lebih cepat dari pesaing kita. SALAM SUKSES!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar