SOSOK PEMBELAJAR YANG SENANG BERMIMPI

06 Oktober 2012

KEKUATAN DARI KETERDESAKAN

“Jika rasa sakit terhadap kondisi sekarang tidak kuat, orang tak akan beranjak untuk berubah”


Dalam kehidupan sering kita dihadapkan kondisi-kondisi yang tidak nyaman, yang memaksa kita untuk beranjak atau bergerak. Padahal kita mungkin sudah merasa sangat nyaman dengan kondisi tersebut. Kondisi nyaman diartikan juga sebagai kondisi yang sudah sangat diketahui, walaupun sebenarnya belum tentu “nyaman” buat yang menjalani. Adanya ancaman atau bahaya dari luar itu memaksa kita untuk segera bergerak atau bertindak.

Banyak contoh yang bisa menggambarkan kondisi tersebut, semisal ketika seorang dikejar anjing galak, orang tersebut berada pada kondisi bahaya. Saat itu, mekanisme tubuh bekerja dengan sendirinya, sehingga bisa menghasilkan energy yang mungkin pada saat kondisi normal tidak bisa. Dalam kondisi ini orang bisa menghasilkan energi ekstra yang digunakan untuk keluar dari kondisi kritis ini. Yang semula orang itu hanya bisa melompat 1 meter, kini secara tiba-tiba mampu melompat lebih dari 1,5 meter, untuk bisa lolos dari kejaran anjing tersebut.

Atau pernahkah Anda mendengar cerita atau melihat sendiri seorang ibu dengan kain yang membebat tubuhnya melesat dengan cepatnya dalam beberapa detik, demi menolong anaknya yang belum genap satu tahun bergelantungan di bagian atas tangga putar, lalu ketika tangan sang anak terlepas dari tangga putar, dengan cekatan si ibu menangkapnya dari bawah, sampai kain yang dipakainya robek-robek, dan akhirnya anaknya itu bisa diselamatkan.

Bahkan masih banyak lagi, ribuan atau jutaan peristiwa atau kondisi dimana sesuatu itu dihadapkan pada kondisi bahaya atau terdesak. Bisa keluar dari kondisi tersebut dengan mengeluarkan kemampuan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Ini yang sering disebut orang sebagai The Power of Kepepet. Keterdesakan dan ancaman dari luar yang membuat kita harus bergerak untuk mempertahankan diri.

Prof Yohanes Surya mengatakan kondisi ini sebagai titik kritis. Dalam bahasan yang lebih mendalam Profesor yang sudah mengantarkan beberapa siswa Indonesia meraih medali emas di ajang olimpiade fisika ini, menemukan teori yang dinamakan Teori Mestakung. Mestakung itu sendiri kepanjangannya dari Semesta Raya Mendukung. Gambaran umumnya kurang lebih seperti ini, pada saat sesuatu sedang dihadapkan pada kondisi bahaya atau disebut kritis. Tuhan telah menyediakan semesta (yang dimaksud semesta dalam hal ini adalah sel-sel tubuh kita, pikiran, keluarga, teman, lingkungan dan alam sekitar kita) yang akan mengatur diri untuk membantu kita keluar dari kondisi ini. Ada tangan-tangan tak nampak yang akan membantu kita, mereka sering disebut invisible hand.

Teori Mestakung diturunkan menjadi 3 hukum yang sering di ringkaskan sebagai KRILAKUN (merupakan singkatan dari kata KRItis, LANGkah dan teKUN). Hukum ini berbunyi sebagai berikut:

1. Hukum Kritis 
Pada setiap kondisi KRITIS ada jalan keluar. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan dalam agama bahwa “….. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5). Kita tidak sadar bahwa ketika kita sedang dihadapkan dengan kesulitan, percayalah bahwa kebahagiaan sebenarnya sedang menanti kita di ruang tamu. Tentunya kita akan bertemu kalau kita bisa dan berhasil menghadapi kesulitan. Tidak usah khawatirkan juga karena janji Tuhan juga, Dia tidak akan memberi beban di luar kemampuan hambanya.

2. Hukum Langkah 
Ketika seorang MELANGKAH, ia akan melihat jalan keluar“. Bukankah ada pepatah dari luar juga mengatakan “if there's a will there's a way” yang kurang lebih artinya setiap ada keinginan pasti ada jalan. Imbasnya jadilah pribadi yang dalam segala sesuatu itu selalu melihat ada solusi dari setiap masalah. Berpikir dengan paradigm bahwa kalau sesuatu hal itu sulit, tapi masih bisa untuk dipecahkan. Tidak mudah, tapi bisa dilaksanakan. Jalan keluar dan pengertian itu akan kita dapatkan kalau kita terus berlatih keras, berpikir, rajin bertanya pada banyak orang, meminta bantuan dan nasehat orang bijak, membaca buku dan literatur, belajar dari orang yang berhasil keluar dari kondisi yang mirip dengan kondisi tersebut.

3. Hukum Tekun 
Ketika seorang TEKUN melangkah, ia akan mengalami mestakung (semesta mendukung). Tekun disini diartikan sebagai usaha yang kontinu untuk menghasilkan yang terbaik. Dalam ketekunan ada semangat pantang menyerah ketika bertemu dengan kegagalan. Kalau apa yang dilakukan saat ini dianggap kecil oleh orang lain. Maka lakukan hal kecil ini dengan kesungguhan yang besar. Tinggal tunggu waktu mengenai hal-hal besar yang akan datang kepada kita. Dalam ungkapan Arab yang terkenal “Man Jadda WaJada” yang artinya “Barangsiapa bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil”.

Mengingat pentingnya kondisi keterdesakan yang membuat seseorang bergerak. Dan rela meninggal zona atau keadaan yang sudah dikenalnya atau sebagian orang mengatakan “nyaman”. Maka tak usah khawatir dan takut mengenai ancaman atau kondisi yang berbahaya yang mengancam kita. Nikmati setiap kesulitan dan keterdesakan yang menghadang. Karena didasari sebuah keyakinan bahwa setelah kita berhasil menghadapi dan melewati kondisi terdesak dan kritis itu, kita akan menjadi pribadi baru yang lebih hebat, kuat dan bijak dalam menghadapi kesulitan berikutnya.
Wallahu'alam bishowab
Selengkapnya...

ENERGI, UANG DAN WAKTU

”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al Ashr)."

Saya sempat tersenyum kecut saat salah satu teman kontak di bbm saya memasang gambar profile yang berisi tulisan seperti ini, manusia itu dihadapkan 3 kondisi:
1. Masa Sekolah ; Energi ada, waktu ada, tapi uang tak ada.
2. Masa Bekerja ; Energi ada, uang ada, tapi waktu tak ada.
3. Masa Tua ; Uang ada, waktu ada, tapi energy tak ada.

Saya yakin kita pernah mengalami salah satu fase di atas. Saya termasuk orang yang sudah merasakan fase pertama dan saat ini sedang menjalani fase yang kedua. Fase pertama saya rasakan betul saat masih duduk di bangku sekolah. Saat dimana energy masih sangat banyak, waktu luang juga banyak, tapi sayang saat itu uang tak ada. Karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya mengandalkan kiriman bulanan dari orang tua. Saat itu banyak sekali keinginan dan cita-cita yang ingin dicapai. Dari mulai ingin bekerja di perusahaan bonafit, ingin mendapat penghasilan besar dll.

Dan ujung-ujungnya tentu dengan itu semua semua saya bisa membeli apapun yang saya inginkan. Kebetulan 2 hal yang saya dendam saat itu adalah makanan dan buku. Saya dendam sama makanan yang tidak bisa saya beli, karena kalau beli pasti uang saku saya akan bermasalah sampai akhir bulan. Saya juga dendang dengan buku-buku bagus yang menjadi kegemaran saya dalam membaca. Tapi saya hanya bisa meminjamnya di perpustakaan.

Itulah kenapa saat saya sudah bekerja, dan saya sudah memiliki kelebihan sedikit uang, saya tidak sungkan-sungkan untuk membeli makan apapun yang saya mau dan suka. Bahkan saat saya melewati sekolahan, dimana disana banyak sekali jajanan yang dijual, tak jarang saya berhenti dulu untuk sekedar membelinya dan mencobanya. Memang rasanya sudah tak seenak dulu saat saya masih sekolah, tapi tetap bisa menikmatinya. Walaupun saya harus bersembunyi untuk mengkonsumsinya. Karena saya tau diri kalau saya sudah tak pantas lagi makan jajanan anak sekolahan tersebut. Ada perasaan puas dimana saya bisa membeli makanan dan jajanan yang dulu merupakan barang yang cukup mewah kala itu. Tapi sekarang, makanan seperti ayam goreng yang dulu cukup jarang aku makan, saat ini menjadi makanan sehari-hari yang sudah tak lagi terasa istimewa buatku (walaupun tetap enak). Karena saya bisa membelinya dan mengkonsumsinya kapan pun saya mau.

Tentu saja yang cukup saya syukuri adalah dimana saya bisa membeli buku-buku pengembangan diri, motivasi dan psikologi popular yang selama ini jadi tema favorit untuk dibaca. Sekarang saya tak perlu lagi menunggu buku itu masuk rak diskon, atau nunggu bulan depan untuk membelinya. Saat dirasa saya tertarik sama sebuah buku dan memang isi serta tampilannya menarik, sudah pasti tidak akan luput untuk dibeli.

Itu kondisi yang saya syukuri disaat saya sudah bekerja. Bahkan diusia yang tergolong cukup muda (27 tahun) saya sudah bisa menjadi Kepala Cabang di perusahaan tempat saya bekerja. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, saya punya cukup penghasilan untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-hari. Bahkan yang tak pernah terbayangkan dimana saya memiliki kendaraan dinas berupa mobil. Saya pun “diperkosa” untuk bisa mengemudikan kendaraan roda empat tersebut, yang sebelumnya tidak pernah sedikitpun terdetik dalam hati akan bisa mengemudikannya.

Dan yang sangat membanggakan saya bisa mengantarkan ade saya untuk lulus dari sekolah menengah atas, dengan hampir seluruhnya biaya saya tanggung. Tinggal menjadi PR saat dia sudah masuk perguruan tinggi. Semoga saat itu pun saya masih bisa membiayai dia sampai lulus kelak nanti. Karena itu salah satu janji saya ke alm Bapa saat berdoa di atas pusaranya.

Kesuksesan yang saya dapat sekarang bukan tanpa harga. Pertama saya harus jauh dari keluarga, bukan saja beda kota, bahkan sekarang beda pulau. Selanjutnya tentu saya banyak kehilangan moment-moment berharga semisal saat teman atau saudara menikah. Beberapa diantaranya adalah teman dekat. Sedih rasanya tidak bisa hadir dalam acara yang sangat penting, karena itu terjadi hanya sekali seumur hidup. Resiko lain adalah saat saya terkena sakit. Beberapa kali saya kesulitan dan kerepotan saat sakit dimana saya harus menjaga pola makan dan makanan yang harus dimakan. Semisal saat saya harus mengkonsumsi bubur, sangat sulit untuk bisa mendapatkannya. Mungkin kalau masih bersama ibu, pasti dia yang membuatkannya, mengingatkan untuk makan atau mungkin hanya sekedar menyuruh untuk minum obat.

Tapi semua tak apa buatku. Dari awal memang sudah ditekadkan untuk mengembara dan membeli mimpi-mimpi yang sudah disemai saat masih kuliah dulu. Apa yang aku ceritakan di atas hanya sedikit dari harga yang harus aku bayar untuk mendapatkan kesuksesan. Yang paling menyedihkan dan miris tentu karena kesibukan kerja, aku punya sedikit waktu untuk bercengkerama dengan orang-orang terdekatku. Tak jarang untuk telepon saja, kadang harus menunggu hari sabtu atau minggu. Dan karena alasan jarak juga, aku tidak bisa mendampingi ade-ku untuk daftar kuliah di universitas yang dia inginkan.

Ketiadaan waktu pula yang menyebabkan aku tertinggal dari kawan-kawan sebayaku. Satu persatu mereka sudah menikah, bahkan ada beberapa diantaranya yang sudah punya anak. Padahal secara umur kadang mereka jauh dibawah, dan tentu secara penghasilan juga. Tapi mereka berani dan mereka bisa juga. Itulah yang membuatku sedikit gamang dengan apa yang dikejar. Karena saat karir sudah saya dapatkan, tapi dalam masalah asmara yang ditandai dengan membangun sebuah keluarga, ternyata saya belum apa-apa dibanding mereka.

Berharap masa-masa ini tidak terlalu lama. Karena saya yakin dalam hidup yang baik itu adanya keseimbangan. Seimbang antara pekerjaan dan keluarga. Saya berharap bertemu dengan orang yang tepat untuk memulai usaha. Sehingga saya sudah tidak bekerja sama orang lagi saat saya berusia 35 tahun. Saya tetap memiliki energy, uang dan waktu untuk menikmati indahnya dunia….Amien…

Selengkapnya...

e-book motivasi gratiss