SOSOK PEMBELAJAR YANG SENANG BERMIMPI

13 November 2009

Bahagia Tanpa Syarat

Tulisan ini saya mulai dengan cerita tentang seorang tokoh bernama Nasrudin. Pada suatu hari, Nasrudin mencari sesuatu di halaman rumahnya yang penuh dengan pasir. Ternyata Nasrudin sedang mencari jarum. Melihat Nasrudin yang sedang kebingungan, tetangganya merasa kasihan, akhirnya ia ikut membantu untuk mencari jarum tersebut. Tetapi setelah sekian lama mereka mencari, jarum itu tidak ditemukan juga.

Dengan nada penasaran, tetangganya bertanya “memang jarumnya jatuh dimana?”. Dengan enteng Nasrudin menjawab “jarumnya jatuh di dalam”. Lalu tetangganya bertanya lagi “kalau jatuhnya di dalam kenapa mencarinya di luar?”. Nasrudin menjawab dengan ekspresi tanpa dosa ”karena di dalam gelap, di luar kan terang”


Cerita di atas bisa menjadi cermin bagi kita, seperti itulah yang sering kita lakukan untuk mencari kebahagiaan dalam hidup. Sering kali kita mencarinya di luar, sehingga akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Sedangkan daerah dimana kebahagiaan itu bias ditemukan justru luput dari pantauan kita.

Terlalu sering kita larut dalam perbandingan diri kita dengan orang lain. Yang Nampak seolah-olah adalah rumput halaman orang lain selalu lebih hijau. Seakan hati tidak terima kalau tetangga, teman atau saudara kita mendapatkan pencapaian yang lebih baik dari kita. Berat rasanya hati untuk bisa bahagia kalau melihat hal tersebut. Apalagi bila ingat masa lalu posisi mereka di bawah kita, baik secara intelektual dan materi.

Ada lagi satu hal yang berbahaya dan bisa menyebabkan seseorang susah bahagia maupun mencapai kesuksesan. David J Schwartz menyebutnya itu sebagai penyakit dalih, banyak diderita oleh orang yang tidak bahagia dan tidak sukses. Karena semakin banyak syarat yang kita tentukan untuk bahagia maka akan semakin sulit bagi kita untuk bahagia. Semisal, kita akan merasa bahagia kalau sudah punya rumah sendiri, sehingga kita bisa tenang untuk menempatinya. Nyatanya setelah kita punya rumah, kita juga tidak lantas bahagia karena kebahagiaan kita sudah berbeda lagi ukurannya. Begitu seterusnya sampai kita tidak pernah menemukan kebahagian karena syarat yang kita tetapkan terlalu banyak.

Padahal mungkin kebahagiaan itu tidak jauh dari diri kita, Cuma terkadang banyak orang tidak sadar dengan itu. Coba kita tengok akan diri kita sekarang!!! Apa yang kurang dari kehidupan kita sekarang? Hidup ditemani orang-orang yang sangat menyayangi kita. Ada orang tua yang bekerja keras banting tulang hanya untuk membahagiakan kita sebagai anaknya. Ada saudara yang akan membantu kita kalau kita mendapat kesusahan. Ada sahabat yang bisa kita ajak berbagi persoalan dalam hidup, seberat apapun itu. Dan bagi kita yang sudah punya amanah berupa anak, jaga dan rawat dengan baik, bukankah tawanya, candanya atau mungkin tangisnya bisa membuat kita bahagia.

Jadikan semua itu menjadi sumber kebahagiaan kita. Merekalah tempat kita untuk kembali ketika kita dihadapkan kesulitan dalam hidup. So mulai sekarang, bersyukurlah atas apa yang sudah diberikan Tuhan kepada kita, berupa orang-orang terbaik yang akan menemani kita. Mereka lebih berharga dari materi yang kita punya. Tak ada alasan lagi untuk tidak bahagia…optimislah anda memiliki semuanya….maka berbahagialah..
Selengkapnya...

e-book motivasi gratiss