SOSOK PEMBELAJAR YANG SENANG BERMIMPI

17 Januari 2014

INI BEDANYA PECUNDANG DENGAN PEMENANG

“Winners never quit and quitters never win”Vince Lombardi

Hari masih belum beranjak dari pagi. Tiba-tiba telepon genggamku berbunyi. Dengan setengah hati dan masih diselimuti rasa malas, terpaksa kuangkat teleponnya. Ternyata telepon itu dari mantan bosku yang lama. Sebelumnya, kemarin sorenya saya sempat iseng telepon dia hanya ingin “say hello” dan mengetahui kabarnya.

Tidak ada yang berubah dari pembicaraan itu. Biasanya kami berbincang mengenai kesibukan pekerjaan yang dihadapi. Maklum, dulu selama bekerjasama dengan dia, banyak sekali wejangan dan nasehat yang selalu dia berikan, untuk bisa menjadi pemimpin yang baik dan berpengaruh. Dalam pembicaraan itu pun, dia berpesan agar dalam bekerja kita hendaknya memiliki jiwa dan sikap sebagai seorang pemenang bukan malah menjadi pencundang. Lalu apa beda dari keduanya, saya coba menjabarkannya dari penjelasan dia dan ditambah dengan referensi dari yang lainnya.

Pecundang selalu punya kambing hitam, pemenang punya program (solusi)
Sadar ataupun tidak, sikap mencari kambing hitam ini sudah mulai diajarkan hampir sebagian orang tua kita dari kecil. Ingat betul, saat kita lari sampai terjatuh, dan akhirnya menangis. Alih-alih memarahi anaknya, saking sayangnya justru mereka menyalahkan pihak lain. Supaya anaknya tersebut berhenti menangis. Kebiasaan itu mengakar sampai menjadi dewasa. Sehingga sering dalam banyak hal ketika kita dihadapkan pada kesulitan atau kegagalan. Kita sering menyalahkan kondisi di luar diri kita.

Dalam pekerjaan, seringkali kita dihadapkan pada kondisi yang serba sulit. Mulai dari penghasilan yang tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan, punya pimpinan yang otoritor, belum lagi punya teman sekerja yang tidak bisa diajak kerjasama dan bekerja seenaknya sendiri. Semua hal tersebut menambah daftar panjang untuk kita tidak bekerja dengan baik. Seorang pemenang dalam kondisi sesulit apapun tidak pernah mengeluh dan memiliki program serta rencana untuk menyelesaikannya.

Pecundang selalu berkata “Itu bukan salah saya.” Pemenang selalu berkata “Saya yang salah, biar saya yang bertanggungjawab menyelesaikannya”
Ini merupakan penyakit kita yang paling sering ditemui. Sulit sekali untuk mengakui kesalahan. Bahkan banyak kejadian sekarang, para koruptor yang sudah jelas-jelas tertangkap tangan menerima suap pun, tetap saja sulit untuk mengakuinya. Mereka menggunakan seribu macam alasan untuk bisa mengelak dari kesalahn tersebut.

Dalam pekerjaan. Saya pun pernah bahkan mungkin sering dihinggapi perasaan tersebut. Dengan dalih bukan pekerjaan saya dahulunya. Saya tidak mau dipersalahkan atau tidak mau untuk menyelesaikannya. Tak jarang saya sering menyalahkan bawahan untuk menjadi bantalan dari kesalahan kita. Padahal seharusnya untuk bisa menjadi pemenang harus berani mengakui salah apabila memang salah. Dan mau memilikul beban tanggung jawab untuk bisa menyelesaikannya.

Pecundang selalu berkata “Itu mungkin bisa, tapi sulit.” Pemenang selalu berkata “Itu memang sulit, tapi bisa”
Ini salah satu beda yang cukup menonjol yang membedakan kita seorang pecundang atau pemenang. Seorang pecundang selalu melihat kesulitan dalam setiap peluang. Dalam bahasa iklan rokok yang pernah tayang, seorang pecundang mudah putus asa dengan slogan “masih ada celah ko nyerah.” Seorang pecundang selalu melihat masalah dalam setiap jawaban. Sedangkan pemenang selalu melihat jawaban dari masalah. Makanya kenapa seorang pemenang selalu menjadi problem solver dimana pun dia berada.

Seorang Pecundang lebih senang dengan kondisi yang sudah mereka ketahui atau orang menyebutnya zona aman. Ketimbang zona lain yang lebih menantang, padahal mungkin zona tersebut memungkinkan kita menuju kondisi yang lebih baik. Pecundang menolak “Jangan saya” Pemenang menantang “Mengapa bukan saya?” Seorang pecundang memiliki kata-kata ampuh untuk menghindar dari tugas lebih dengan mengatakan “jangan saya”. Mereka meminta tugas yang seringan-ringannya. Berbeda halnya dengan seorang pemenang yang selalu ingin tampil di depan dan mendapatkan banyak kesempatan. Pemenang selalu berpikir, semakin banyak kesempatan yang diberikan, maka akan semakin banyak pula pengalaman dan keterampilan yang dia miliki. Sehingga nantinya hal tersebut akan berguna di masa yang akan datang.

Herannya, seorang pecundang dengan hanya berencana saja, tidak berani tampil di depan dan melakukan tindakan yang sedikit. Dia mengharapkan hasil yang maksimal. Semisal ingin naik pangkat, ingin jadi pemimpin, dan ingin naik jabatan secepatnya. Padahal untuk seorang atasan, sangat kecil kemungkinan untuk memilih dia dan menaikan posisinya ke jabatan yang lebih tinggi. Bila yang dilakukannya pun tidak maksimal. Sekarang pilihannya ada di diri anda, mau tetap berdiam diri jadi pecundang atau bangkit dan berdiri tegak menjadi seorang pemenang.
Selengkapnya...

14 Januari 2014

Wanita Lebih “Kuat” dari Pria

Membaca judul tulisan ini, bagi anda kaum pria mungkin tidak akan terima. Judul tulisan ini seperti mengada-ada dan terkesan provokatif. Buat pria, tenang dan tidak usah gusar, karena yang menulis ini juga pria tulen…he..he. Tidak ada niat untuk mendiskreditkan pria. Saya ingin melihat dari sudut pandang yang berbeda yang membuat kenapa wanita lebih kuat dari pria.

Ini adalah tulisan pertama saya setelah menikah, sehingga semoga bisa menambah perbendaharaan pemahaman saya terhadap kaum hawa. Tulisan ini terinspirasi bukan karena saya kalah kuat di malam pertama..he..he. Tapi karena saya betul-betul mendapati fakta bahwa sejatinya wanita memang lebih “kuat” dari pria. Tentu definisi kuat bukan dari besarnya tenaga yang dimiliki wanita. Bukan wanita yang berotot dan bisa mengangkat beban lebih besar atau bukan wanita yang mampu berlari lebih jauh di lintasan. Tapi kemampuan luar biasa dari wanita untuk bisa mengatasi masalahnya. Berikut beberapa hal yang biasa dilakukan wanita untuk mengatasi masalah dan keluar dari stres.

Bercerita atau Berbagi
Fakta pertama saya kutip dari Louann Brizendine, penulis The Female Brain bilang kalau wanita itu menggunakan sekitar 20.000 kata/hari, sedangkan cowok hanya sekitar 7.000 kata/hari. Tidak mengherankan kalau wanita suka yang panjang-panjang..Upst..maksudnya bicaranya yang panjang lebar. Itulah kenapa cewek paling demen kalau yang namanya curhat. Dengan media ini, mereka bisa menghabiskan jatah bicaranya agar memenuhi kuota 20.000/hari.

Mengenai perbedaan pria dan wanita ini seorang penulis terkenal bernama John Gray, Ph.D. memakai istilah lebih ekstrem “Cowok dari Mars dan Cewek itu dari Venus” dalam buku “Men Are From Mars, Women Are From Venus” dijelaskan secara gamblang perbedaannya. Mungkin kita sebagai awam kita mengetahui perbedaannya terletak pada anatomi saja yang berhasil kita identifikasi, dimana pria punya 'burung' dan wanita punya 'sarangnya'...he..he becanda...Ini fakta, karena perbedaan ini kita menjadi melengkapi.

Ada fakta yang baru saya ketahui dan ternyata cukup menarik dan mengagetkan. Kenyataan bahwa wanita ternyata mudah mengalami stress. Namun menariknya 2/3 populasi yang mengkonsumsi alkohol adalah pria, 80% yang menggunakan narkotika dan obat terlarang adalah pria, dan 90% yang menghuni penjara adalah pria. Kemudian percobaan bunuh diri wanita tiga kali lebih banyak. Akan tetapi empat dari lima orang yang bunuh diri dilakukan oleh pria. Terasa aneh bukan kedengarannya?

Ternyata, pada saat menggadapi masalah berat, wanita cenderung membutuhkan seseorang yang bisa mendengar masalahnya. Dengan media curhat, mereka bisa menumpahkan seluruh keluh-kesahnya. Dan terkadang wanita hanya butuh didengarkan saja, sudah cukup mengurangi beban masalahnya. Tanpa harus kita memberi solusi atas masalah yang menimpanya.

Menurut John Gray, Ph.D hormon oksitosin akan muncul mengurangi rasa stress ketika berbicara. Sementara pada pria, hormon testosterone-lah yang mengurangi stress, hormon ini muncul ketika pria menyelesaikan masalah atau berkompetisi. Bagi pria, berbicara adalah kebalikan dari wanita, hal ini malah menurunkan hormon testosterone. Itulah kenapa pria tulen tidak suka curhat dan mereka pun tidak di-design untuk suka mendengarkan curhat. Karena itu wanita biasanya lebih nyaman kalau bercerita dengan sesama jenis.

Menangis
Bagi wanita, disamping berbicara. Jurus mereka agar bisa keluar dari perasaan stress adalah dengan menangis. Bagi kita kaum pria, menangis memang tidak pernah ada dikamus kita untuk bisa menyelesaikan masalah. Kita menganggap itu perbuatan yang cengeng dan hanya pantas dilakukan oleh wanita. Ada hukum tak tertulis melarang pria untuk menangis. Padahal menangis dalam ukuran yang wajar dan tidak lebay, itu sebenarnya sudah merupakan perwujudan dari kecerdasan emosi. Itu masuk kedalam sebuah kesadaran emosi atau jujur secara emosi. Ada perasaan lega dan beban sedikit berkurang, sehingga hal ini bisa membuat pikiran lebih jernih dan bisa memikirkan solusi untuk keluar dari permasalahan.

Dari buku Gobind Vashdev yang berjudul “Happiness Inside” saya mengutip ucapan Frankl yang berkata “Ada banyak penderitaan yang harus kita jalani. Karenanya, kita perlu menghadapi seluruh penderitaan kita, dan berusaha menekan perasaan lemah dan takut. Akan tetapi, kita juga tidak perlu malu untuk menangis, karena air mata merupakan saksi dari keberanian kita untuk menderita.”

Pelukan Pelukan ini aktivitas yang identik dilakukan oleh teletabis. Tokoh kartun yang sempat digemari sama anak-anak. Bagi wanita pun aktivitas ini lazim dilakukan. Berbeda dengan laki-laki yang merasa aneh dan janggal saat berpelukan. Berpelukan ternyata bisa menghilangkan depresi. Seorang psikiater senior dari Kansas Amerika Serikat yang bernama Dr. Harold Voth telah melakukan riset dengan hasil mereka yang berpelukan mampu mengusir depresi, meningkatkan kekebalan tubuh, awet muda, tidur lebih nyenyak dan lebih sehat.

Lebih mencengangkan lagi seorang terapis keluarga bernama Virginia Satir berkata “Untuk bertahan hidup, kita membutuhkan empat pelukan sehari. Untuk kesehatan, kita butuh delapan pelukan per hari. Untuk pertumbuhan, awet muda, kebahagiaan, kita perlu dua belas pelukan per hari.”

Sekarang saya mengerti kenapa wanita lebih kuat dibanding pria dalam menghadapi stress dan keluar dari permasalahan. Bercerita mengenai apa yang sedang dialaminya. Jujur dengan emosi yang dimilikinya (menangis), dan berpelukan adalah beberapa cara terbaik yang dilakukan wanita untuk bisa keluar dari masalah yang membelenggunya. Sekarang bagi anda pria, tidak ada salahnya saat masalah mendera, belajar-lah pada wanita untuk mengatasinya. Bercerita, menangis dan Berpelukan… Selamat mencoba
Selengkapnya...

e-book motivasi gratiss