SOSOK PEMBELAJAR YANG SENANG BERMIMPI
Tampilkan postingan dengan label Bijaksana. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bijaksana. Tampilkan semua postingan

07 Februari 2015

MENSYUKURI KEKURANGAN

Maka Nikmat TuhanMu yang Mana Lagi Yang kau Dustakan (QS Arrahman)

Bila membaca judulnya. Jangankan anda. Saya pun sedikit merasa janggal dan aneh. Karena normalnya orang mah bersyukur apabila mendapatkan sesuatu. Atau bersyukur dengan kelebihan yang dimiliki. Ini malah mensyukuri kekuarangan, ga salah nih? Atau jangan-jangan makna kata syukurnya itu diartikan sebagai ledekan yang berarti syukurin…he..he. Tentu saya tidak sedang becanda saat menuliskan tema ini. Itu tak lain karena saya terinspirasi saat baca cerita dari Ajahn Bram dalam buku “Si Cacing & Kotoran kesayangannya” yang berjudul dua bata jelek. Bagi anda yang belum memiliki bukunya, bisa mencoba mencari di gramedia terdekat. Saya merekomendasikan buku ini untuk dimiliki. Atau bagi yang terbatas dana, dengan kata lain duitnya lagi cekak, pinjam ke perpustakaan atau pinjam punya teman bisa jadi solusi (pinjem buku yaa..bukan pinjem duit untuk beli buku he..he..).

Ceritanya kurang lebih seperti ini, ada seorang biksu yang sedang ingin membangun wihara, dan biksu itu sendiri sebagai tukangnya. Membuat tembok dengan bahan bata dan semen. Singkat cerita, bangunan berupa tembok bata itu sudah jadi. Betapa kaget ketika Sang Biksu menyadari bahwa dia keliru memasang dua bata, yang terlihat lebih miring dibandingkan yang lainnya. Permasalahannya, karena semen sudah terlanjur terlalu keras, untuk bisa mencabut bata itu tak mungkin lagi. Tentu saja biksu tersebut merasa gundah gulana akibat kesalahan yang ia perbuat. Dengan perasaan bersalah, dia selalu menghindar membawa tamu wihara melewati tembok bata yang dia perbuat. Sampai akhirnya setelah sekitar 3-4 bulan, ada seorang pengunjung yang melihatnya dan berkomentar “Tembok itu indah”.

Biksu itu kontan saja amat terkejut dengan perkataan orang tersebut, serta menanyakan apa tidak salah ucapannya. Orang tersebut berkata “ Ya, saya bisa melihat dua bata jelek itu, namun saya juga bisa melihat 998 bata yang bagus. Hebatnya ucapan orang tersebut telah mengubah keseluruhan pandangan biksu terhadap tembok itu. Dia baru menyadari bahwa, jumlah bata yang terpasang sempurna jauh lebih banyak dari dua bata jelek itu.

Begitulah cerita kehidupan, sering kita berfokus hanya pada kekurangan yang kita miliki (dua bata jelek). Tanpa pernah melihat kelebihan yang kita miliki (998 bata). Dari cerita tersebut tidak ada yang berubah dari tembok bata tersebut. Perubahan hanya terjadi pada persepsi dari pembuatnya yang berdampak pada perasaannya. Perasaan pertama adalah rasa bersalah, gundah gulana dan inferior dengan hasil kerjanya. Kemudian perasaan selanjutnya yaitu perasaan bangga dan senang telah berhasil menyusun begitu banyak bata dengan sempurna. Artinya, tak harus kita menginginkan menjadi orang lain untuk bisa merasa bahagia, hebat dan sukses. Tetapi apresiasi kita terhadap diri sendiri yang harus ditingkatkan. Caranya dengan mencari sisi lain atau sudut lain dari kelebihan-kelebihan yang kita miliki yang bisa kita maksimalkan.

Pada akhirnya saya bisa mempertanggungjawabkan judul tulisan di atas. Dengan penjelasan cerita tersebut, judul di atas menjadi sangat masuk akal dan logis. Dan satu penegasan dan peneguhan agar anda tetap bisa bersyukur terhadap kekurangan yang dimiliki dengan cara, bersyukurlah apabila sekarang anda memiliki pasangan (istri/suami) atau pacar yang tidak sempurna. Loh kok bisa ?? Bisa dounk. Karena kalau dia sempurna, belum tentu dia mau dengan anda, karena pasti dia akan mencari yang lebih baik dari anda…hahaha
Selengkapnya...

10 Desember 2011

THE MAGIC OF FORGIVENESS

Memutuskan untuk tidak memaafkan berarti mengambil keputusan untuk menderitaGerald G Jampolsky

Dalam kehidupan tak mudah rasanya kita untuk melakukan tindakan memberi. Bila hal itu (memberi) dilakukan pun, pasti kita lihat-lihat dulu orangnya. Orang terdekat, saudara, teman lama atau siapa saja yang punya hubungan dekat dengan kita itu yang biasanya dapat prioritas pertama untuk kita beri. Itu saat kita berbicara mengenai pemberian berupa barang, uang atau mungkin kasih sayang. Nah bagaimana kalau yang akan kita beri adalah pemberian maaf, apalagi itu menyangkut seseorang yang telah melukai perasaan kita.


Tentu tidak mudah dan selalu tidak gampang untuk bisa memaafkan seseorang yang telah menyakiti kita baik itu berupa ucapan atau tindakan. Yang tersisa pasti hanya rasa dendam untuk membalas atas apa yang semua yang sudah dilakukan, sehingga barulah kalau itu sudah tercapai, maka hati ini akan menjadi puas. Tapi pertanyaannya apakah lantas hati ini akan bisa damai apabila sudah balas dendam, lalu bila dendam itu tidak terlaksana, betapa gundahnya hati ini dibuatnya.

Adalah perasaan itu pula yang saya rasakan ketika merasa dikhianati oleh seseorang yang sangat saya cintai. Perjalanan waktu sesudahnya, nyatanya tak bisa serta merta mengobati rasa luka di dada. Waktu yang kata orang menjadi obat dari segala pelipur lara, buktinya tetap tak berdaya bila ingat memori lama. Ada perasaan dendam yang mengemuka dan perasaan tak rela bila ternyata dia bahagia bersamanya.

Perasaan dendam dan sakit hati itu tetap saja tumbuh subur sampai akhirnya saya dapat pencerahan lewat buku yang tak sengaja saya baca. Dari situ saya bisa mengetahui kenapa perasaan terluka dan sakit hati itu tak kunjung sembuh jua. Jawabannya itu karena kita belum bisa memaafkan kejadian menyakitkan itu dengan sempurna.

Alur logika bisa dijelaskan dengan memulainya dari kata lupa. Hukum alamnya, lupa itu sesuatu yang tidak kita sengaja (terjadi secara alami). Itu adalah fitrah manusia, atau dengan kata lain lupa itu hal yang manusiawi. Sedangkan melupakan berarti tindakan yang disengaja, atau men-sengaja-kan untuk lupa. Melupakan sama seperti melawan hukum alam. Itulah kenapa ketika kita ingin melupakan sesuatu atau seseorang, justru bayangan itu akan semakin kuat tertanam di benak kita. Usaha seperti membakar surat cinta, foto atau benda-benda pemberiannya, dengan harapan bisa melupakannya, hasilnya tetap saja tidak bisa.

Rasa sakit hati dan dendam terhadap seseorang atau kejadian buruk itu akan “sembuh” bila kita sudah memaafkan. Menerima kenyataan pahit tersebut dan kembali pada kehidupan yang normal, maka akan berangsur-angsur lupa pada kejadian itu. Inilah lupa yang terjadi secara alami. Memaafkan bukan berarti melupakan, dengan kita memaafkan kita akan berusaha menghilangkan “beban” yang kita alami karena kejadian pahit itu. Kejadian itu sendiri tidak perlu kita lupakan. Justru kita harus belajar banyak dari kejadian tersebut. Sehingga suatu saat nanti kita bisa menceritakan hal yang menyakitkan itu dengan tanpa emosi dan santai atau bahkan dengan dengan menertawakan diri kita sendiri. Karena kita sudah tidak terpengaruh secara emosional dan sudah melepaskan ikatan emosi pada peristiwa tersebut.

Selengkapnya...

25 Juni 2011

MENANG TANPA NGASORAKE

Setiap “note” yang saya tulis pasti tak akan jauh-jauh dengan apa yang sedang dirasakan, diamati dan diharapkan. Tulisan buat saya seolah catatan sejarah tentang apa saja yang sudah terjadi menimpa hidup. Tulisan juga merupakan penyemangat tentang apa saja yang akan saya hendak capai dalam hidup. Tulisan juga sebagai pengingat dan alarm, saat saya merasa ada sesuatu salah dalam hidup, saat jalan yang dilalui sudah keluar dari relnya. Saya berharap saat saya tak ingat (khilaf), orang lain yang sudah membaca tulisanku nanti yang mengingatkannya. Jadi tidak ada satu pun niat untuk menggurui, merasa lebih tahu atau sudah bisa melakukannya, ketika saya menulis tema tertentu.

Seperti saat ini saya sedang rasakan suatu hal. Saya sedang merakan sindrom sukses-isme. Bangga dengan apa yang sudah diraih, sehingga mengecilkan proses dan menganggap orang lain lebih kecil atau kalah dari kita. Terlena dengan apa yang sudah didapat dan agak enggan untuk belajar karena merasa sedang berada dalam kesibukan, kesudahbisaan dan kesudahtahuaan (he ngawur bahasanya). Dalam bahasa yang indah penulis buku Brian Tracy menyebutnya sebagai jebakan intelektual, perasaan merasa sudah cukup dengan apa yang sudah diraih dan enggan belajar lagi. Parahnya apa yang saya rasakan (jebakan intelkektual/jebakan kesuksesan) tersebut kadang menjadi dasar untuk merendahkan dan meremehkan pencapaian orang lain.



Perasaan adigung adiguna rasanya tidak bisa dilepaskan dari dari kata rendah hati. Karena kalau perasaan rendah hati itu ada, tidak mungkin kita terperosok ke dalam perasaan sombong itu. Ada falsafah jawa yang adi luhung mengatakan "Sugih tanpa bandha, Digdaya tanpa aji, Nglurug tanpa bala, Menang tanpa ngasorake". Demikian warisan leluhur yang diturunkan oleh RM Pandji Sosrokartono kepada anak cucunya. RM Pandji Sosrokartono ( Lahir tanggal 10 April 1877 ) adalah putra Bupati Jepara yaitu RM Adipati Ario Sosroningrat, dan adalah kakak dari Pahlawan Wanita Indonesia RA Kartini.

Menang tanpa ngasorake

Satu point saja yang ingin saya comot dari falsafah hidup yang luar biasa itu yaitu menang tanpa ngasorake. Saya mengenal istilah ini dan bisa melihat bagaimana cara atau contoh melakukannya ketika sedang senang-senangnya melihat debat pemilu. Dalam banyak kesempatan, saya jujur jatuh cinta dengan sosok yang memikat hati ketika dia sedang berdebat. Sebut saja dia Anas Urbaningrum, cara dia menyampaikan argumen, mempertahankan pendapat dan menyerang lawan debat, jauh dari kata menyakitkan, dilakukan dengan santun. Dan kalau pun lawan debatnya sudah mulai terpojok, dia selalu membuka ruang untuk lawannya bisa bersembunyi dan tidak merasa malu. Bukan personal orangnya yang ingin saya bahas melainkan ajaran apa yang sudah dia terapkan dalam melakukan debat, indah sekali rasanya bisa melihatnya.

Ternyata falsafah jawa tersebut lahir jauh sebelum manajemen modern ada. Hanya saja saya sendiri termasuk orang yang mengenal hal tersebut justru dari ajaran orang barat (mungkin karena saya sudah mengenal makanan Kentucky (KFC) sehingga melupakan makanan tempe bacem he3), adalah Dale Carnigie dalam sebuah karyanya “How to get friends and influence people”. Dia mengatakan “berikan kesempatan buat orang lain untuk menyembunyikan mukanya”. Namun saya yakin banyak diantara kita (termasuk saya), terkadang ketika emosi dan marah kepada seseorang, ingin rasanya menumpahkan semua sumpah serapah, ingin rasanya semua kejelekan dan aib orang tersebut kita buka. Biarlah dia tidak berkutik dan tidak ada kesempatan untuk menyembunyikan rasa malunya.


Padahal sejatinya, kita juga belum tentu lebih baik dari seseorang yang kita remehkan. Belum tentu sikap dan prilaku kita juga lebih baik dari apa yang kita tuduhkan ke mereka. Kalaupun ada perasaan kita bahwa kita merasa lebih di depan atau lebih dulu dari orang lain. Bukankan itu hanya masalah jarak dan waktu? Dengan percepatan, semangat dan motivasi yang kuat, rasanya kalau kita tidak mawas diri, akan sangat mudah buat orang lain untuk menyalip kita.

Keberhasilan dalam upaya pertama atau keberhasilan yang sudah digenggam, kadang membuat kita lengah dan terlena, sehingga akan mengerdilkan proses, dan menganggap semuanya sudah didapat dengan mudah. Kita sering tidak sadar bahwa, dunia akan cepat berputar, era akan cepat berganti. Kemampuan dan pengetahuan yang sudah kita dapat tidak akan relevan lagi dengan kondisi nanti. Jadi siapa saja yang tidak siap untuk perubahan dan persaingan, merasa puas dengan apa yang sudah dicapai, maka siap-siaplah dia akan digusur oleh orang lain yang lebih siap dan sedang berlari untuk mengejar ketertinggalannya.

Terakhir, tulisan ini hanya sebagai instrospeksi buat diri sendiri agar tidak mudah lalai dan terlena. Apa yang sudah dicapai tidaklah berarti apa-apa bila kita merasa angkuh dan tidak menjadi manfaat buat orang lain. Bersyukur bila tulisan ini bisa mengingatkan banyak orang juga yang sedang dimabukan dengan keberhasilan karena mungkin, sudah mendapatkan pekerjaan impian, pasangan idaman, materi dan harta yang didambakan. Selayaknya itu semua tidak membuat kita buta dan besar kepala. Karena itu sifatnya hanya sementara. Tak ada yang istimewa saat kita sudah dipanggil Sang Empunya. Wallahualam bisawab.....
Selengkapnya...

04 Maret 2011

Bahagia dan kaya, untuk siapa?

"Saat anda sedang dekat dengan seseorang, mana yang akan anda pilih, "SESEORANG YANG MEMBUAT ANDA YAKIN BAHWA DIA ORANG HEBAT ATAU SESEORANG YANG MEMBUAT ANDA YAKIN BAHWA ANDA PUN ORANG HEBAT." Mana yang akan anda pilih? "

Saya awali note ini dengan ungkapan yang cukup menarik yang diucapkan oleh salah satu motivator Indonesia. Ucapan itu rasanya semakin kontektual dengan beberapa kejadian yang saya alami. Godaan untuk menunjukan siapa kita rasanya semakin kuat, apalagi saat kesuksesan kian mendekati kita. Rasanya ingin semua orang tau kalau kita ini orang hebat, punya harta banyak, jabatan tinggi. Tak puas rasanya kalau orang belum tau raihan kita. Dalam pribahasa sunda "asa aing uyah kidul". Muaranya cuma satu, yaitu pengakuan dari orang lain.


Banyak yang tak sadar kalau ternyata apa yang kita lakukan, untuk menunjukan kelebihan kita ternyata tak jarang membuat orang lain merasa iri. Bahkan yang lebih parah justru membuat orang lain merasa inferior dengan dirinya sendiri. Imbasnya mereka akan merasa kalah dan tidak semangat lagi dalam hidup. Karena apa yang kita capai akan menjadi pembanding yang cukup sulit untuk disamai bahkan didekati. Lantas pertanyaannya buat apa dong kesuksesan yang kita dapatkan dan kita bangga-banggakan selama ini?

Mengapa kita begitu menggebu untuk mengumpulkan banyak harta. Terobsesi untuk menaikan derajat dengan naik pangkat. Kalau ternyata apa yang kita dapatkan itu tidak berimbas atau tidak memberi manfaat buat banyak orang. Bukankah sejak dulu agama mengajarkan "khairunnas anfa'uhum linnas" bahwa sebaik baik manusia adalah yang banyak manfaatnya. Lalu buat apa harta yang banyak kalau tidak bisa membantu orang yang sedang kesusahan. Buat apa pangkat yang tinggi kalau ternyata tidak memberi dampatk positif buat orang lain.


Tak ada salah dengan menjadi kaya. Dan tak ada yang keliru bila ingin bahagia. Yang jadi masalah adalah, sudahkah anda merencanakan untuk mengikutsertakan kebahagiaan orang lain dari kebahagiaan yang ingin anda capai? Dan dalam rencana kesuksesan, sudahkah anda memasukan rencana untuk membuat banyak orang sukses juga? Kalau belum...periksa kembali rencana anda. Karena bahagia dan kaya kalau hanya untuk sendiri.... buat apa?


Selengkapnya...

13 November 2009

Bahagia Tanpa Syarat

Tulisan ini saya mulai dengan cerita tentang seorang tokoh bernama Nasrudin. Pada suatu hari, Nasrudin mencari sesuatu di halaman rumahnya yang penuh dengan pasir. Ternyata Nasrudin sedang mencari jarum. Melihat Nasrudin yang sedang kebingungan, tetangganya merasa kasihan, akhirnya ia ikut membantu untuk mencari jarum tersebut. Tetapi setelah sekian lama mereka mencari, jarum itu tidak ditemukan juga.

Dengan nada penasaran, tetangganya bertanya “memang jarumnya jatuh dimana?”. Dengan enteng Nasrudin menjawab “jarumnya jatuh di dalam”. Lalu tetangganya bertanya lagi “kalau jatuhnya di dalam kenapa mencarinya di luar?”. Nasrudin menjawab dengan ekspresi tanpa dosa ”karena di dalam gelap, di luar kan terang”


Cerita di atas bisa menjadi cermin bagi kita, seperti itulah yang sering kita lakukan untuk mencari kebahagiaan dalam hidup. Sering kali kita mencarinya di luar, sehingga akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Sedangkan daerah dimana kebahagiaan itu bias ditemukan justru luput dari pantauan kita.

Terlalu sering kita larut dalam perbandingan diri kita dengan orang lain. Yang Nampak seolah-olah adalah rumput halaman orang lain selalu lebih hijau. Seakan hati tidak terima kalau tetangga, teman atau saudara kita mendapatkan pencapaian yang lebih baik dari kita. Berat rasanya hati untuk bisa bahagia kalau melihat hal tersebut. Apalagi bila ingat masa lalu posisi mereka di bawah kita, baik secara intelektual dan materi.

Ada lagi satu hal yang berbahaya dan bisa menyebabkan seseorang susah bahagia maupun mencapai kesuksesan. David J Schwartz menyebutnya itu sebagai penyakit dalih, banyak diderita oleh orang yang tidak bahagia dan tidak sukses. Karena semakin banyak syarat yang kita tentukan untuk bahagia maka akan semakin sulit bagi kita untuk bahagia. Semisal, kita akan merasa bahagia kalau sudah punya rumah sendiri, sehingga kita bisa tenang untuk menempatinya. Nyatanya setelah kita punya rumah, kita juga tidak lantas bahagia karena kebahagiaan kita sudah berbeda lagi ukurannya. Begitu seterusnya sampai kita tidak pernah menemukan kebahagian karena syarat yang kita tetapkan terlalu banyak.

Padahal mungkin kebahagiaan itu tidak jauh dari diri kita, Cuma terkadang banyak orang tidak sadar dengan itu. Coba kita tengok akan diri kita sekarang!!! Apa yang kurang dari kehidupan kita sekarang? Hidup ditemani orang-orang yang sangat menyayangi kita. Ada orang tua yang bekerja keras banting tulang hanya untuk membahagiakan kita sebagai anaknya. Ada saudara yang akan membantu kita kalau kita mendapat kesusahan. Ada sahabat yang bisa kita ajak berbagi persoalan dalam hidup, seberat apapun itu. Dan bagi kita yang sudah punya amanah berupa anak, jaga dan rawat dengan baik, bukankah tawanya, candanya atau mungkin tangisnya bisa membuat kita bahagia.

Jadikan semua itu menjadi sumber kebahagiaan kita. Merekalah tempat kita untuk kembali ketika kita dihadapkan kesulitan dalam hidup. So mulai sekarang, bersyukurlah atas apa yang sudah diberikan Tuhan kepada kita, berupa orang-orang terbaik yang akan menemani kita. Mereka lebih berharga dari materi yang kita punya. Tak ada alasan lagi untuk tidak bahagia…optimislah anda memiliki semuanya….maka berbahagialah..
Selengkapnya...

25 Desember 2008

Guru baruku yang sederhana

Entah mengapa akhir-akhir ini saya sangat gandrung sekali dengan tulisan-tulisan Gede Prama. Dia adalah seorang Presiden Direktur dari Dynamics Consulting yang sebelumnya pernah menjadi CEO perusahaan jamu terkemuka di Indonesia, yang sekarang ini “mengasingkan” diri di tempat yang dia sebut sebagai Pulau Kedamaian yaitu di Bali. Sebenarnya saya sudah familiar dengan dia semenjak masih kuliah dulu, setiap saya pergi ke toko buku, tidak jarang saya menemui karya-karyanya, cuma tidak tahu kenapa, baru sekarang saya tertarik untuk membaca tulisan-tulisannya.

Adalah proses pencarian saya dalam menemukan sebuah titik kebahagiaan dalam hidup yang akhirnya mengantarkanku bertemu dengan filosofi-filosofi dia tentang kebahagiaan. Saat diri ini terpacu untuk mengejar sesuatu yang bersifat duniawi, sampai akhirnya terjebak dalam rimba kesesatan materialisme, dan ketika diri ini merasa ada sesuatu yang hampa, ternyata tulisan Beliau mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan menggantung, yang selama ini belum terjawab dalam literatur ilmiah yang sudah ada.

Kesederhanaan adalah kata yang sering didengung-dengungkan pak Gede dalam setiap ucapannya, sesuatu sikap yang sebenarnya sangat mudah untuk dilakukan, tapi pada praktek nya begitu sulit untuk dijalani. Konsep hidup sederhana ini bukan berarti kita harus pelit, terlalu irit, kikir, medit,buntut kasiran atau apapun istilahnya. Kesederhanaan dalam hidup adalah kesediaan untuk menjalani hidup apa adanya. Tidak ada yang ditutup-tutupi, tidak ada yang dilebih-lebihkan dan tidak ada yang perlu digengsi-gengsikan.

Konsep kesederhanaan ini akan matching dengan konsep teori ekonomi yang mengatakan bahwa adanya kelangkaan (scarcity) yang diakibatkan oleh besarnya keinginan (want) yang tidak terbatas dibandingkan dengan sumberdaya (source) yang terbatas. Inilah yang menyebabkan timbulnya harga ekonomis yang melekat dalam setiap sumberdaya yang dibutuhkan. Kesederhanaan akan menjadi jembatan yang memadai untuk menghubungkan antara rezeki yang kita terima dengan keinginan yang ingin terpenuhi.

Perjalanan dan pengalaman yang mengharuskan kita meniti tangga kehidupan dari bawah, harusnya membuat kita akan sering ingat akan pentingnya kesederhanaan hidup. Bagi yang memulai kehidupan dari bawah, akan ada makna yang dalam dan rasa syukur yang tak terhingga, ketika dulu masih bergelantungan di bus kota, ternyata sekarang sudah punya motor atau bahkan punya mobil, yang mungkin bagi sebagian anak orang kaya, hal itu hanya sebatas rutinitas yang hambar tanpa ada rasa.

Akhirnya saya berharap jangan sampai apa yang ditulis Deana Rick dan rekan di Personal Excellence terjadi pada kita, “having too much can actually be a hindrance to an attitude of gratitude because, in reality, you can not appreciate what you have, if you have too much“. Yang pada intinya, memiliki kekayaan yang terlalu banyak sering mengurangi rasa syukur. Sebab, penghargaan terhadap rezeki sering menurun sejalan dengan semakin banyaknya uang yang dimiliki. Semoga kita terhindar dari hal-hal yang bisa mengurangi rasa syukur kita terhadap apa yang sudah dimiliki, sehingga akan selalu ada godaan dalam diri ini untuk menolong sesama, bila ada kemampuan untuk melakukannya…..

Selengkapnya...

05 Desember 2008

Menjadi Kaya dengan Bersyukur

Dalam hidup kita sering berfokus pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Contoh yang sederhana semisal kita sudah mempunyai sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang baik, tapi pikiran kita masih saja merasa kurang. Pikiran kita sering dipenuhi dengan beban dan berbagai target yang ingin dicapai. Kalaupun apa yang kita inginkan dan cita-citakan tercapai, anehnya kita “tidak merasa puas”, kalau pun ada rasa puas paling hanya sesaat.

Belum lagi kecederungan kita untuk membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita sering membandingkan kelemahan kita dengan kelebihan orang lain. Sehingga semakin merasa inferior-lah diri kita. Bila melihat teman, tetangga atau orang lain yang punya kehidupan lebih baik, kita sering merasa iri hati melihatnya. Apalagi bila melihat teman kita yang penghasilannya lebih tinggi, padahal dulunya sama dengan kita, atau bahkan dibawah kita, akan menambah rasa sesak saja di dada ini. Sehingga tidak jarang kita sering gonta-ganti pekerjaan hanya untuk kelihatan hebat dimata orang lain. Tanpa peduli apakah yang kita kerjakan baik untuk kehidupan kita atau tidak.

Untuk lebih memaknai arti bersyukur ini, ada cerita yang saya ambil dari tulisannya Pak Gede Prama yang sangat menarik untuk kita simak. "Suatu hari, Nasrudin lari terbirit-birit menemui gurunya. Begitu berjumpa, tanpa permisi ia langsung minta tolong: ‘Tolong guru rumah saya jadi neraka. Ada istri cerewet, mertua yang banyak maunya, putera-puteri beserta sepupu-sepupu mereka yang ribut lari ke sana ke mari. Apa pun yang guru sarankan akan saya lakukan, asal nerakanya hilang surganya datang’.

Yakin Nasrudin akan memenuhi janji, gurunya pun bertanya: ‘Apakah kamu punya binatang peliharaan?’. Dengan gesit Nasrudin menyebut ada empat angsa, enam ayam, tujuh kambing, delapan kelinci, serta sejumlah burung. Karena itu, sang guru menyuruh Nasrudin memasukkan semua binatang peliharaan ke dalam rumah, semua manusia juga harus ada di dalam, kemudian tutup pintu dan jendela rapat-rapat. Selama sebelas hari tidak boleh ada satu pun manusia atau binatang yang keluar dari rumah.
‘Tapi, tapi….’, sahut Nasrudin dengan nada gugup. Dengan sigap gurunya menjawab: ‘Jangan lupa kamu sudah janji!’. Dan terpaksalah Nasrudin kembali ke rumah melaksanakan perintah gurunya.

Sebelas hari kemudian, Nasrudin datang dengan langkah yang jauh lebih kacau dari sebelumnya. ‘Toloong guru, tolong, jangankan manusia, bahkan kambing pun sudah mau gila sebelas hari di dalam rumah’. Dengan tersenyum bijaksana gurunya berucap: ‘Sekarang keluarkan semua binatang, bergotong royong penuh gembiralah, bersihkan rumah’. Dan beberapa waktu kemudian, Nasrudin mendatangi rumah gurunya dengan wajah ceria: ‘Terimakasih guru, rumahnya sudah jadi surga!’.

Inilah cerita manusia dari dulu hingga sekarang. Banyak rumah kehidupan yang berubah jadi neraka karena saling benci dan saling memarahi. Dan ternyata menemukan surga hanya persoalan memilih pembanding yang tepat. Bila pembandingnya tepat (dalam kisah Nasrudin pembandingnya rumahnya yang penuh binatang), surga terbuka. Jika pembandingnya selalu yang serba lebih (lebih kaya, lebih cantik, lebih terkenal, lebih bijaksana) maka surga pun tidak pernah terbuka".

Akhirnya, hidup ternyata persoalan sikap. Surga maupun neraka ternyata hasil ikutan dari sikap. Bila sikapnya keluhan dan kekurangan maka neraka yang terlihat. Jika sikapnya bersabar dan bersyukur maka surga yang tampak. Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena rasa syukur merupakan kualitas hati yang tertinggi dan merasa cukup merupakan harta terbesar kita. Salam Sukses!!!
Selengkapnya...

28 November 2008

SEDERHANA SEBAGAI SEBUAH PILIHAN

Salah satu bentuk paradok yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari adalah kenyataan bahwa menjalani hidup sederhana (yang seharusnya mudah) justru paling sulit dilakukan (The simplest is the most difficult). Padahal kenyataannya konsep hidup sederhana lebih mudah untuk dilaksanakan dan lebih membawa ketenangan batin.

Hidup sederhana bukan brarti hidup susah, senang menderita, atau meninggalkan kesenangan dunia akan tetapi sederhana brarti konsep hidup yang mengerti mana kebutuhan dan mana keinginan. Disinilah kita harus cerdik dalam mengidentifikasi dan memilah antara sesuatu yang memang “real” sebagai kebutuhan, dan mana sesuatu yang itu hanya bisikan dari “nafsu” keinginan sesaat.

Seperti saat kita lapar, maka kita butuh sesuatu untuk kita makan, bila hal ini dibenturkan dengan kontek kebutuhan dan keinginan, maka bila kita bertindak sesuai dengan kebutuhan mungkin cukup dengan makan nasi putih dengan lauk pauk yang sederhana tapi bergizi seperti tempe, tahu atau telur. Tapi bila kita bertindak menurut keinginan hati, mungkin kita akan pergi ke restoran yang mahal yang menyediakan berbagai menu yang sangat mahal. Tidak jarang banyak diantara kita yang menghabiskan penghasilan bulanan hanya untuk memenuhi gengsi agar bisa dipuji dan dihormati orang lain.

Padahal kalau kita mau belajar banyak pada orang-orang besar yang sampai sekarang namanya masih harum walaupun jasadnya sudah tiada, mereka senantiasa bersikap hidup sederhana walaupun harta mereka sangat melimpah. Tentu salah satu contoh yang paling monumental adalah Albert Nobel. Penemu dan pemilik lebih dari dari 300 hak paten berbagai penemuan teknologi baru. Royalti dari hak patennya membuat dia mempunyai penghasilan yang besar dan menjadi kaya raya. Tapi ternyata tak satupun hartanya dia wariskan ke ahli warisnya ataupun digunakan untuk foya-foya, sebaliknya ia berikan seluruh harta kekayaannya untuk Nobel Foundation, pemberian hadiah Nobel untuk para ilmuwan dunia yang berhasil meraih prestasi gemilang. Pilihan hidup sederhana itulah yang menjadi kunci bagi dia untuk selalu dikenang dunia sampai sekarang.

Dari penjelasan tersebut saya mengajak para generasi muda yang mungkin sepuluh atau dua puluh tahun mendatang menjadi pejabat pemerintahan, entrepreneur sukses atau pebisnis yang kaya, untuk selalu memilih sikap sederhana sebagai suatu pilihan dalam hidup. Dan sederhana disini jangan disalah artikan sebagai pilihan untuk serba kekurangkan atau mencoba “mengkurangkan diri” tapi memposisikan sederhana sebagai sikap untuk melakukan atau memenuhi sesuatu dengan sewajarnya, bukankah Tuhan juga tidak suka yang berlebihan. Tapi saya tetap menyarankan untuk berusaha menjadi orang kaya, jadi orang super tapi tetap sederhana dalam bersikap. Semakin kita berkelimpahan secara materi, semakin bermanfaat harta kita dan semakin banyak orang yang akan teruntungkan dari dari kondisi kita. Mulai sekarang,…bersederhanalah dalam hidup, karena dalam kesederhanaan, kita tidak akan kehilangan identitas…SALAM SUKSES!!!
Selengkapnya...

26 Oktober 2008

Mencintai Apa yang Kita Lakukan


Adalah hal yang wajar ketika dalam hidup kita menginginkan banyak hal, dan hal yang sangat lumrah juga ketika kita pernah dihadapkan dengan nafsu untuk memiliki dan melakukan suatu hal. Kenyataannya ada beberapa yang kita inginkan bisa langsung tercapai, akan tetapi tak jarang juga kita membutuhkan kerja keras dan usaha yang pantang menyerah untuk mendapatkan semua itu. Bahkan kadang kita sampai putus asa karena ternyata apa yang benar-benar diimpikannya tidak tercapai….Lantas bagaimana dong kita menyikapi hal tersebut…haruskah kita terus mengomel, haruskah kita terus menggerutu, atau mungkin kita harus terus rewel dan gusar dengan keadaan itu……

Stop !!! berhentilah berteman dengan sikap yang akan trus mengerdilkan diri anda…..Coba deh tengok ke belakang…kalau dalam hidup anda merasa terus menerus diberi kesulitan, tapi lihat anda sekarang, anda masih bisa berdiri tegak, berjalan dengan tegap, anda bisa mengatasi itu semua, dan yang pasti anda masih hidup sampai sekarang. Kalau toh kondisi masih belum berpihak, kita masih punya tenaga untuk memperbaikinya, kita masih punya matahari yang masih terus menerangi langkah kita, dan kita juga masih punya udara yang segar & gratis untuk jadi modal dalam menjalankan semua aktivitas kita.

Teman, saudara, keluarga dan siapa aja yang sampai sekarang masih mendukung kita, bisa menjadi modal yang super dahsyat untuk meraih apapun yang kita inginkan. Belum lagi potensi yang dianugerahkan Tuhan berupa multi kecerdasan yang kita miliki, yang membuat kita berbeda dan unik.

Kalau sekarang ini anda mengalami kegagalan dalam pekerjaan…..terus emang kenapa dengan kegagalan itu??? Toh matahari tidak akan berhenti bersinar, langit juga tidak akan runtuh, dan air laut tidak akan menerjang anda….kalaupun anda mengalami kegagalan…anda bukan orang yang pertama yang mengalaminya dan anda juga pasti bukan orang yang terakhir. Terus kenapa kita harus gundah gulana, kenapa kita harus gelisah….Bukankah pepatah bijak mengatakan, “ Tidak masalah berapa banyak susu yang anda tumpahkan, yang penting anda masih memiliki sapinya”, itu artinya tidak masalah berapa banyak kita dalam mengalami kegagalan dan kesulitan dalam hidup, selama kita masih memiliki semangat, kemauan untuk berhasil, berani mencoba lagi.

Belajar dari orang yang mempunyai prestasi tinggi di bidangnya, ternyata urusan mencintai pekerjaan ini adalah hal yang paling utama yang membedakan antara mereka yang dengan kebanyakan orang di lingkungannya. Dapat diambil kesimpulan, mereka yang mempunyai prestasi tinggi itu menikmati apa yang dilakukan (enjoy their work) dengan sepenuh hati (total involvement). Hasil itu diperoleh dari wawancara yang dilakukan oleh Doris Lee McCoy, Ph.D penulis buku “ Mega Traits for successful People” terhadap 1000 orang Amerika.

Namun pada prakteknya memang masalah mencintai pekerjaan tidak semudah yang dibanyangkan. Karenanya tidak aneh ketika terjadi banyaknya turn over karyawan, yang pindah dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain. Faktor pertama jelas uang yang akan menyebabkan terjadi hal tersebut, walaupun pada akhirnya, seseorang akan sampai pada titik nyaman atau tidak nyaman untuk tetap bertahan dengan pekerjaan tersebut. Terus bagaimana donk??? Apa yang harus kita dahulukan, apakah kita harus mencari pekerjaan yang sesuai dengan keinginan kita dulu, baru kita mencintai pekerjaan. Atau kita mencintai dulu pekerjaan yang sekarang, lalu dengan cinta itu akan mengantarkan kita ke pekerjaan yang benar-benar kita cintai.

Masalah menentukan pilihan mana yang pertama inilah mungkin sama bingungnya ketika kita dihadapkan dengan mana yang lebih dahulu antara telur dengan ayam. Pertanyaan klasik yang dari dulu belum ada jawabanya he3. Tapi apapun pilihan anda, atau pun anda berada di posisi yang mana, itu tidak penting, karena yang penting adalah apapaun pekerjaan anda dan apapun pekerjaan yang anda inginkan adalah semuanya itu sebagai sarana bagi anda untuk bisa menjadi manusia yang senantiasa bisa belajar dari pekerjaan itu. Dari pekerjaan yang lakukan anda bisa banyak belajar tentang berbagai masalah dan tentunya bisa membuat anda lebih bijak dan lebih dewasa dalam menyikapi hidup.

Di akhir tulisan ini, ijinkan saya mengutip kata-kata Herman Chain yang menyimpulkan bahwa “Kesuksesan bukanlah kunci kebahagiaan. Kebahagiaanlah yang menjadi kunci kesuksesan". Jika kamu mencintai apa yang kamu lakukan, maka kamu akan sukses.“ Dan bagi anda yang pernah, sedang dan akan mengalami cinta, mungkin ini puisi cinta buat anda “Anda tidak mencintai gadis karena dia cantik tetapi si dia menjadi cantik karena anda mencintainya.” Bukankah begitu??….Salam Sukses!!!
Selengkapnya...

19 Agustus 2008

Dan Surga Itu Bernama Keluarga

Inilah tempat dimana kehadiran pertama kali kita ke dunia yang disertai jerit tangis, disambut dengan senyum tawa penuh kegembiraan. Inilah tempat kita pertama belajar tentang nilai-nilai dan norma-norma sehingga kita bisa menilai sesuatu baik atau buruk.

Di tempat ini pula kita mendapatkan rasa nyaman dan rasa terlindungi dari pengaruh lingkungan diluar. Dan tentu tempat ini pula yang pertama kali kita diberi kasih sayang penuh cinta keikhlasan, sehingga kita mengenal arti dari sebuah pengorbanan. Ini juga tempat yang akan menguatkan kita, ketika kita merasa lemah. Tempat yang akan menggembirakan disaat kita sedang sedih. Tempat yang akan membangkitkan kita dikala kita sedang terpuruk. Inilah tempat dimana kita menemukan kebahagiaan, tempat dimana Tuhan menitipkan sebuah anugerah berupa surga kecil yang akan menemani kita selama di dunia. Dan surga itu bernama keluarga……

Cuma berapa banyak dari kita yang menyianyiakan surga itu. Tak jarang dari kita bahkan mencari kebahagiaan di luar sana. Sering kita tidak ikut acara keluarga hanya karena ada acara dengan teman kita. Tak jarang kita juga mengabaikan waktu untuk sedikit bercengkrama dan bersenda tawa dengan keluarga. Kadang sempat terbersit dipikiran kita sebuah pertanyaan, kenapa kita dilahirkan dari keluarga yang seperti ini. Kita sering berandai-andai, berjikalau, dan berumpama andaikata kita dilahirkan dari keluarga terpandang, dari keluarga harmonis, dari keluarga terhormat, dan keluarga kaya yang serba berkecukupan secara materi. Kita juga sering melihat rumput tetangga lebih hijau dan lebih menarik dari halaman rumah kita.

Berapa banyak dari kita yang ketika pulang ke rumah hanya meninggalkan sisa-sisa energi dari aktivitas kita seharian. Dan orang-orang yang ada di rumah hanya merasakan sedikit sisa energi, sedikit sisa perhatian, sedikit sisa kasih sayang. Bahkan tak jarang pula kita sering memarahi mereka, dan meminta mereka untuk mengerti kesusahan kita, atau sekedar mengerti akan rasa keletihan kita setelah seharian beraktivitas. Padahal mereka sangat membutuhkan sentuhan perhatian dari kita dan mereka tidak butuh dengan oleh-oleh rasa lelah yang kita bawa. Lebih parah lagi ada sebagian dari kita yang pergi memulai beraktivitas saat meraka masih tidur di pagi hari dan baru pulang ketika mereka telah terlelap nyenyak dalam peraduan lagi.

Biasanya kita akan merasakan kehilangan ketika segala sesuatu itunya sudah pergi. Sama seperti kita akan merasakan arti sebuah pertemuan ketika kita akan mengalami perpisahan, kita baru merasakan bahwa mereka sosok yang penting yang selama ini telah mengisi hidup dan memberi warna indah kehidupan kita. Sering dari kita telat untuk meyadari hal itu. Yang tersisa pasti hanya ada rasa penyesalan yang mendalam dan kita berharap agar waktu itu bisa kembali.

So…mulai sekarang tunggu apalagi, kenapa kita harus menunggu kaya dulu untuk bisa memberi, kenapa kita harus menunggu waktu luang untuk bisa bercengkrama, kenapa kita harus menyaratkan sesuatu untuk memberikan sesuatu kepada keluarga. Karena waktu akan terus berjalan, dan kita tidak pernah tau kapan perpisahan itu datang, dan kapan ajal menjemput. Sebelum kita menyesal, dan sebelum kita menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi….Ya lakukanlah sekarang juga…jaga dan rawat surga kecil yang telah dititipkan Tuhan kepada kita…pupuk dan siramilah keluarga kita dengan air mata kebahagian, dengan senyum keikhlasan, dan keringat pengorbanan, agar menjadi mekar dan bisa berbunga, sehingga kita bisa menikmati buahnya. Mumpung kita masih punya waktu…..
Selengkapnya...

24 Juli 2008

Jadilah orang yang pantas untuk dipantaskan


Dalam hidup banyak hal yang ingin kita dapatkan dan banyak hal yang ingin kita peroleh. Tidak jarang untuk mendaptkan hal tersebut, banyak upaya dan usaha yang kita lakukan.

Tapi perjalanannya tidak semua yang kita inginkan tercapai...pasti ada saja hal-hal yang menghalangi kita untuk mendapatkan sesuatu. Padahal kita merasa sudah berupaya dengan maksimal, tapi ternyata hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan....lantas apa sikap kita...??? Menyesal...mengeluh...atau marah...

Perasaan itu mungkin wajar, tapi yang tidak wajar ketika perasaan itu terus membelenggu kita dan memungkinkan untuk merusak masa depan kita, tentunya hal tersebut sangat disayangkan.....

Mungkin ada benarnya juga pesan Aa Gym, dia mengatakan bahwa dalam melakukan sesuatu kita harus meluruskan niat dan maksimalkan ikhtiar...hanya itu saja ko...hasilnya pasrahkan saja sama Tuhan yang Maha Berkuasa. Dan yang harus jadi titik tekan adalah sudahkah kita melakukan usaha yang maksimal untuk mencapai itu...Jangan sampai kita belum melakukan usaha yang maksimal dan bersembunyi dibalik kata syukur pada saat terjadi kegagalan. Karena ada beda makna antara kurang bersyukur dan kurang maksimal. Dan kadang kita terjebak untuk membedakan kedua hal tersebut...

Mengambil pesan dari seorang motivator (Mario Teguh red), jadilah orang yang pantas untuk dipantaskan, artinya jangan-jangan selama ini, Tuhan masih menganggap kita belum pantas untuk mendapatkan sesuatu yang pantas kita dapatkan. Mungkin karena usaha yang kita lakukan, belum cukup untuk membayar harga dari semua keinginan kita. Untuk menjadi Hebat kita tidak harus hebat dulu, untuk menjadi orang baik kita tidak harus baik dulu, dan untuk menjadi orang pantas kita tidak harus pantas dulu. Jadi mulai lah sekarang untuk menjadi orang hebat, orang baik dan orang pantas....dan pastikan bahwa suatu saat nanti Tuhan akan memantaskan anda untuk semua itu, tentunya dengan usaha yang telah kita lakukan.

Dalam hidup, tidak penting kita berasal dari mana, yang penting adalah kita akan kemana dan sejauh mana kita sudah melangkah....Dan perjalanan 1000 mil akan dimulai dari 1 mil yang pertama....Jadi lakukan sekarang!!!

Ya...kalaupun pada akhirnya kita tidak mendapatkan apa yang kita cintai, minimal kita mencintai apa yang kita dapatkan....
Selengkapnya...

02 Maret 2008

BAHAGIA SAAT MEMBERI

Dalam hidup kadang kita tersibukan dengan banyak hal yang ingin kita capai. Banyak energi yang tercurah untuk mendapatkan hal tersebut. Segala potensi dan kemampuan dikerahkan untuk bisa menggapai hal tersebut. Sampai pada akhirnya kita menuju pada sebuah titik dimana sesuatu yang kita inginkan tersebut tercapai. Tapi pertanyaannya, apakah setelah itu kita berhenti untuk berkeinginan….Tentu jawabannya tidak, karena yang namanya manusia tidak pernah merasa puas dengan apa yang sudah didapat.

Setiap kita menggapai satu mimpi, pasti kita akan terdorong untuk mencapai mimpi yang lain , begitu seterusnya dalam hidup. Salah kah semua itu…eit tunggu dulu kita tidak bisa langsung menvonis apakah itu benar atau salah. Karena apa, pada dasarnya dalam hidup banyak hal yang harus kita dapatkan dan banyak hal yang harus kita lakukan. Kita juga tidak bisa menyalahkan orang yang terus menerus bekerja untuk mencapai mimpi-mimpinya. Karena sebenarnya mimpi-mimpi itulah membuat seseorang semangat dalam hidup, mimpi-mimpi itu pula yang membuat seseorang berusah lebih keras dan berusaha bangkit dari kegagalan….Lantas dimana donk letak kesalahannya…..

Kita kadang tidak sadar tentang hal tersebut, kita terlalu disibukan dengan sejuta keinginan. Kita kadang tejebak dalam sebuah perlombaan untuk memperoleh dan mendapatkan semua itu. Kita kadang tidak sadar kalau ada seseorang disekitar yang sangat menginginkan pertolongan kita atau bahkan ada orang terdekat kita yang butuh kasih sayang kita. Tidak hanya materi yang melimpah atau harta yang banyak tapi mungkin yang mereka butuhkan hanya sedikit waktu untuk bermanja-manja, sedikit waktu untuk bersenda gurau, untuk bercerita banyak hal. Kadang kita tidak punya waktu untuk itu, lalu buat apa semua materi dan jabatan yang kita miliki, semua impian yang ingin kita dapatkan kalau membuat orang yang terdekat kita saja tidak bahagia, apalagi untuk orang-orang sekitar kita yang sangat membutuhkan kita. Semua yang kita miliki tidak akan berarti apa-apa kalau kita kita bisa memberi arti buat sesama.

Bukankah hidup akan lebih bermakna, ketika kita memberi nilai pada kehidupan dan kita bisa memberi sesuatu pada kehidupan. Karena kita harus yakin kalau kita dilahirkan ke dunia oleh Tuhan, pasti kita dibutuhkan untuk bisa berbuat sesuatu. Manusia terbaik adalah manusia yang dalam hidup nya banyak memberi manfaat buat orang lain. Mungkin kita sekarang belum bisa untuk menjadi manusia terbaik dengan memberi manfaat buat orang lain, tapi paling tidak kita bisa memberi perhatian pada orang-orang paling dekat dengan kita, orang tua, kaka, ade, saudara, teman, suami atau istri kita.

Mereka itu semua anugerah yang hadir ke dunia untuk menemani kita. Meminjam istilah Ebit G Ade, mumpung “masih ada waktu”, mumpung mereka masih ada, jangan sampai kita menyesal ketika dikemudian hari. Bahagiakan orang itu sekarang juga dengan semua perhatian dan kemampuan yang kita punya, karena kalau tidak sekarang kapanlagi. SALAM SUKSES!!!
Selengkapnya...

01 Juli 2007

TUHAN TIDAK PERNAH MEMBERI APA YANG SAYA MINTA

Hidup memang penuh misteri, banyak hal yang sampai saat ini belum terpecahkan, banyak kejadian yang samapai saat ini sulit untuk menemukan jawabannya. Mungkin karena itulah manusia dituntut harus terus belajar untuk menyibak tabir misteri yang belum terbuka.
Judul tulisan di atas mungkin aga sedikit aneh dan “propokatif”, judul tersebut tidak bisa dicerna secara menntah-mentah harus ada pemahaman yang lebih, tentunya dengan membaca kelanjutan dari tulisan ini.

Ya memang saya akui bahwa selama ini yang saya rasakan dan saya pahami, bahwa Tuhan tidak pernah memberi apa yang saya minta, bahkan saya kadang merasa aneh ketika saya meminta kemudahan dalam segala hal, eh…. ternyata malah yang datang kesulitan terus menerus. Hal ini jelas membuat saya frustasi bahkan itu tak jarang membuat saya berburuk sangka pada Tuhan. Bahkan saya tak jarang berfikir dan bertanya bukankah Tuhan Maha Mendengar, tapi kenapa apa-apa yang saya minta jarang langsung dikabulkan. Saya yakin banyak orang merasa seperti apa yang saya rasakan, Terus bagaimana donk?!?

Perasaan itulah yang sering muncul, dan semakin disesali justru akan semakin membuat kita terpuruk. Coba pernah tidak anda mengalami ketika anda Memohon kepada Tuhan kekuatan, Tuhan malah memberi kita kesulitan. Ketika kita memohon untuk bisa menjadi manusia bijak, Tuhan malah memberi kita banyak masalah. Bahkan ketika saya meminta untuk menjadi manusia pemberani, Tuhan malah memberi kondisi bahaya, dan ketika saya memohon sebuah cinta, Tuhan memberi saya orang-orang bermasalah.

Tapi ada yang aneh disini ketika kita pikir lebih dalam, bahwa benar apa yang kta minta tidak di kasih, tetapi ternyata kita dikasih sesuatu masalah untuk kita hadapi.Analogi sederhananya ketika kita minta makanan tapi ternyata Tuhan memberi kail buat kita. Bukan kah itu menjadi jawaban atas doa-doa kita selama ini, pernah tidak terbanyangkan kalau kita hanya diberi ikan, pasti ikan itu habis dan kita pasti akan meminta lagi. Beda dengan kita diberi kail, maka kail itu akan bisa menghidupi kita. Itulah mungkin jawaban Tuhan atas doa-doa saya selama ini, bahwa “ TUHAN TERNYATA TIDAK PERNAH MEMBERI APA YANG SAYA MINTA TETAPI TUHAN MEMBERI APA YANG SAYA BUTUHKAN”. Ya …Tuhan memberi semua kebutuhan yang saya minta, dan hal ini akan diketahui bagi mereka yang mau membuka hati dan tidak berburuk sangka pada Tuhan, bukankah Tuhan adalah sebagaimana prasangka mahluknya, kalau kita berprasangka baik, maka baik pulalah, begitu sebaliknya. Makanya cobalah mengungkap hikmah dibalik fakta, walaupun itu kedengarannya klasik, tapi ga ada salahnya untuk dicoba…SALAM SUKSES !!!
Selengkapnya...

19 Juni 2007

PRIBADI YANG TAK MUDAH TERLUKAI


Dalam hidup saya yakin bahwa kita pasti pernah mengalami suatu keadaan yang tidak enak, entah itu berupa perbuatan, ucapan maupun, bahasa tubuh. Dan tak jarang kita mendapat perlakuan tersebut dari orang disekeliling kita, baik itu teman, saudara, rekan sekantor atau bahkan orang tua kita sendiri. Yang paling sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah kita sering merasa jengkel, marah, dan kecewa bila kita menerima kata-kata yang tidak enak, baik itu ledekan, hinaan atau bahkan cacian.

Bahkan tak jarang dari kita merasa bahwa apa yang dikatakan oleh orang tersebut kepada kita adalah hal yang benar, dan hal ini akan berdampak kita semakin merasa inferior dalam menghadapi hidup. Bahkan tak jarang juga dampak dari kata-kata negatif itu akan mengakibatkan kita semakin terpuruk dan memusuhi orang yang mengatakan hal tersebut. Pertanyaan besarnya benarkah sikap kita dalam menghadapi hal tersebut?

Saya pikir secara manusiawi hal yang wajar ketika kita merasa kecewa, sedih dan marah bila kita menerima kata-kata negatif dari orang lain. Banyak orang yang salah kaprah dengan mengatakan bahwa emosi yang saya bilang diatas adalah emosi negatif. Padahal yang namanya emosi adalah netral, positif dan negatifnya suatu emosi adalah tergantung bagaimana kita mengelolanya, apabila kita bisa mengelola emosi marah, sedih dan kecewa maka kita sudah bisa dikatakan memiliki kecerdasan emosi. Karena mengelola emosi merupakan salah satu substansi dari kecerdasan meosional menurut Daniel Golemen.

Terus bagaimana donk sikap kita dalam menghadapi kata-kata negatif yang keluar dari mulut orang lain. Ada sebuah kalimat yang dikatakan oleh istri mantan presiden Amerika yaitu Eleano Rosevelt (istri FD Rosevelt) dia mengatakan bahwa tidak ada satu orang pun di dunia ini yang bisa menyakiti anda, kecuali diri anda mengijinkannya. Kalimat tersebut mempunyai arti bahwa andalah sebenarnya pemegang keputusan terakhir, apakah anda akan terlukai dengan kata-kata negatif tersebut, atau anda menganggap kata-kata itu sesuatu yang tidak bermakna dan tidak mempunyai arti apapun bagi anda.

Jadi disini jelas bahwa anda mempunyai kuasa penuh atas diri anda, anda mempunyai kuasa penuh untuk menolak perkataan itu dan mengatakan pada diri anda bahwa hal itu tidak benar. Bahwa yang anda ketahui tentang diri anda itulah yang benar, karena Brian Tracy pernah mengatakan apa yang anda pikirkan tentang diri anda itulah anda, dan penilaian dan penghargaan anda terhadap diri anda jauh lebih penting dari apa yang orang lain katakan kepada anda.

Semuanya terserah anda, karena decision maker nya anda sendiri, anda bisa menggunakan cara yang di atas untuk bisa menjadi pribadi yang cerdas secara emosi dan menjadi prbadi yang kuat yang tak mudah terlukai. SALAM SUKSES !!!
Selengkapnya...

30 Mei 2007

SATU HAL YANG SAYA KETAHUI BAHWA SAYA TIDAK TAHU


Tulisan ini terilhami dari dari proses diri saya dalam menemukan makna hidup. Banyak hal yang telah saya lalu, dan banyak hal yang bisa dijadikan pembelajaran buat kita. Untuk hal kecil saja kita kadang sulit untuk mau belajar pada seseorang yang umurnya dibawah kita. Kita seakan terhalang dinding yang tebal dan gengsi yang besar untuk mau belajar dengan yang lebih muda. Apalagi bila sosok tersebut (yang lebih muda dari kita) terlihat sok dalam memamerkan kemampuannya. Hal itu akan semakin membuat kita enggan untuk menimba ilmu.

Secara psikologis hal itu sangat wajar dan itu manusiawi, hal ini karena dalam diri manusia ada suara rasa ingin dihargai dan dihormati. Sehingga kita akan merasa takut ketika kita belajar dengan yang lebih muda, maka kita akan kehilangan harga dirinya, dan dia berpikir tidak akan ada lagi orang yang menghormati dia. Namun apakah hal ini memang seperti itu adanya, atau hanya perasaan kita saja? Mari kita bahas...

Terkait dengan masalah tersebut, saya tertarik dengan ungkapannya socrates, salah satu filsuf besar yunani, dia mengatakan : "satu hal yang saya ketahui didunia ini adalah tentang ketidaktahuan saya". Kata-kata ini menurut saya sangat filosofis dan mengandung makna yang sangat besar. Betapa tidak, oleh sebagian orang dianggap salah satu orang besar didunia, tapi dia masih merasa bahwa dia yang paling tidak tahu. Coba bandingkan dengan kita, yang baru punya kemampuan sedikit saja kita sudah banyak pamer ke temen-temen kita. socrates telah mengajarkan kepada kita bagaimana ilmu padi, yaitu semakin berisi semakin merunduk. Alangkah indahnya saya pikir ketika di dunia ini banyak orang yang pinter tapi dia tetap rendah hati atau tawadu. Sehingga di dunia ini bisa terisi orang-orang pintar yang berpikir bijak dan menghargai terhadap orang lain.

Sudah saatnya kita meniatkan hidup kita untuk belajar, agar kita bisa belajar untuk memaknai hidup. Sehingga kita tidak akan merasa gengsi lagi bila kita harus belajar pada orang lain sekalipun orang tersebut lebih muda dari kita ataupun orang tersebut lebih rendah posisinya/jabatannya dari kita, karena ada pepatah lama mengatakan, kalau itu TELOR, walaupun keluar dari "maaf" dubur ayam, maka ambilah. Artinya ketika ada sesuatu kebaikan yang kita lihat, maka ambilah walaupun itu keluar dari anak kecil sekalipun, dan kalau tidak salah agama pun sudah menjelaskan tentang hal tersebut. Akhirnya cuma ada tiga kata untuk hal ini Belajar, Belajar dan Belajar. SALAM SUKSES!!!
Selengkapnya...

23 Mei 2007

KARENA HIDUP UNTUK DIMENGERTI


Mungkin anda sering mengeluh dalam menghadapi setiap persoalan dalam hidup. Bahkan mungkin anda tidak jarang memaki kehidupan setiap menghadapi kesulitan. Hidup memang aneh, banyak hal yang kita tidak ketahui, dan banyak hal yang masih menjadi misteri. Mungkin hal inilah yang harus menjadi perhatian kita untuk selalu belajar dalam memaknai hidup. Karena saya yakin dalam hidup ada kehidupan, dan kehidupan itulah yang sudah mati bagi sebagian orang.

Padahal kalau kita bisa menghidupkan lagi kehidupan itu, maka yakinlah kalau kita akan benar-benar hidup, dan hidup kita tidak asal hidup-hidupan. Kebanyakan dari kita ingin selalu dimengerti dalam hidup, inlah yang membuat kita sering merasa resah, gusar dan rewel. Kita terlalu egois untuk memandang segala seuatu dari sudut pandang kita. Jarang sekali kita mencoba berpikir untuk bisa memahami segala sesuatu diluar logika kita. Sehingga inilah yang membuat kita sulit untuk menjadi manusia bijak. Padahal yakinlah bahwa apa yang kita pikirkan atau yakini tidak selamanya benar.

Oleh sebab itulah itulah manusia dituntut untuk terus belajar dari semenjak lahir sampai tua nanti. Sehingga dengan kita meniatkan hidup untuk belajar maka kita akan belajar tentang kehidupan. SALAM SUKSES!!!
Selengkapnya...

e-book motivasi gratiss