Bila membaca judulnya. Jangankan anda. Saya pun sedikit merasa janggal dan aneh. Karena normalnya orang mah bersyukur apabila mendapatkan sesuatu. Atau bersyukur dengan kelebihan yang dimiliki. Ini malah mensyukuri kekuarangan, ga salah nih? Atau jangan-jangan makna kata syukurnya itu diartikan sebagai ledekan yang berarti syukurin…he..he. Tentu saya tidak sedang becanda saat menuliskan tema ini. Itu tak lain karena saya terinspirasi saat baca cerita dari Ajahn Bram dalam buku “Si Cacing & Kotoran kesayangannya” yang berjudul dua bata jelek. Bagi anda yang belum memiliki bukunya, bisa mencoba mencari di gramedia terdekat. Saya merekomendasikan buku ini untuk dimiliki. Atau bagi yang terbatas dana, dengan kata lain duitnya lagi cekak, pinjam ke perpustakaan atau pinjam punya teman bisa jadi solusi (pinjem buku yaa..bukan pinjem duit untuk beli buku he..he..).
Ceritanya kurang lebih seperti ini, ada seorang biksu yang sedang ingin membangun wihara, dan biksu itu sendiri sebagai tukangnya. Membuat tembok dengan bahan bata dan semen. Singkat cerita, bangunan berupa tembok bata itu sudah jadi. Betapa kaget ketika Sang Biksu menyadari bahwa dia keliru memasang dua bata, yang terlihat lebih miring dibandingkan yang lainnya. Permasalahannya, karena semen sudah terlanjur terlalu keras, untuk bisa mencabut bata itu tak mungkin lagi. Tentu saja biksu tersebut merasa gundah gulana akibat kesalahan yang ia perbuat. Dengan perasaan bersalah, dia selalu menghindar membawa tamu wihara melewati tembok bata yang dia perbuat. Sampai akhirnya setelah sekitar 3-4 bulan, ada seorang pengunjung yang melihatnya dan berkomentar “Tembok itu indah”.
Biksu itu kontan saja amat terkejut dengan perkataan orang tersebut, serta menanyakan apa tidak salah ucapannya. Orang tersebut berkata “ Ya, saya bisa melihat dua bata jelek itu, namun saya juga bisa melihat 998 bata yang bagus. Hebatnya ucapan orang tersebut telah mengubah keseluruhan pandangan biksu terhadap tembok itu. Dia baru menyadari bahwa, jumlah bata yang terpasang sempurna jauh lebih banyak dari dua bata jelek itu.
Begitulah cerita kehidupan, sering kita berfokus hanya pada kekurangan yang kita miliki (dua bata jelek). Tanpa pernah melihat kelebihan yang kita miliki (998 bata). Dari cerita tersebut tidak ada yang berubah dari tembok bata tersebut. Perubahan hanya terjadi pada persepsi dari pembuatnya yang berdampak pada perasaannya. Perasaan pertama adalah rasa bersalah, gundah gulana dan inferior dengan hasil kerjanya. Kemudian perasaan selanjutnya yaitu perasaan bangga dan senang telah berhasil menyusun begitu banyak bata dengan sempurna. Artinya, tak harus kita menginginkan menjadi orang lain untuk bisa merasa bahagia, hebat dan sukses. Tetapi apresiasi kita terhadap diri sendiri yang harus ditingkatkan. Caranya dengan mencari sisi lain atau sudut lain dari kelebihan-kelebihan yang kita miliki yang bisa kita maksimalkan.
Pada akhirnya saya bisa mempertanggungjawabkan judul tulisan di atas. Dengan penjelasan cerita tersebut, judul di atas menjadi sangat masuk akal dan logis. Dan satu penegasan dan peneguhan agar anda tetap bisa bersyukur terhadap kekurangan yang dimiliki dengan cara, bersyukurlah apabila sekarang anda memiliki pasangan (istri/suami) atau pacar yang tidak sempurna. Loh kok bisa ?? Bisa dounk. Karena kalau dia sempurna, belum tentu dia mau dengan anda, karena pasti dia akan mencari yang lebih baik dari anda…hahaha