tag:blogger.com,1999:blog-17907349982824692842024-02-02T11:12:03.120-08:00Guntur Quote : Sosok Pembelajar yang Senang BermimpiGuntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.comBlogger53125tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-86404497110166957372015-05-23T22:07:00.001-07:002015-05-24T03:01:14.057-07:00TIDAK ASAL KERJA<div align="justify">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTqxHnUkbejk21tfhPIvtnqTmEKXXYJScy9RdWtPT3DXWRJhqq673jajfywAS_09orxP542DGao0KORI2REn0IpP9lRIH9S7RyIxY9HX-5tr9I2jIXzASvqf5Cy4G8PLZJ7kLE6OQUkGQ/s1600/KERJA.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="153" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTqxHnUkbejk21tfhPIvtnqTmEKXXYJScy9RdWtPT3DXWRJhqq673jajfywAS_09orxP542DGao0KORI2REn0IpP9lRIH9S7RyIxY9HX-5tr9I2jIXzASvqf5Cy4G8PLZJ7kLE6OQUkGQ/s200/KERJA.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="st">"<i>Kalau hidup sekedar hidup</i>, <i>babi di hutan juga hidup</i>. <i>Kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja."</i><b> </b></span><br />
<span class="st"><b> Buya Hamka</b></span></div>
<br />
<br />
Bila dalam hidupmu, kamu masih bisa bekerja. Maka berbahagialah. Karena di luar sana tidak banyak orang yang masih seberuntung kamu. Coba kita tengok realita yang ada sekarang, dimana saat ada job fair, disitu pasti banyak sekali pelamar yang berdesak-desakan mencari pekerjaan. Rasio perbandingannya mungkin sudah tidak wajar lagi antara orang atau perusahaan yang menyediakan lapangan pekerjaan dengan si pencari kerja. Sehingga tidak heran mengenai pengangguran atau pencari kerja ini menjadi isu yang cukup meresahkan. Tidak hanya untuk pemerintah sebagai pengelola kehidupan bernegara. Tapi juga untuk masyarakat yang ingin merubah kehidupannya
<span class="fullpost">
<br /><br /> Nyatanya sangat ironis memang, saat di luar sana banyak orang berbondong-bondong, mencari pekerjaan. Di tempat lain, dimana orang sudah memiliki pekerjaan. Banyak dalam pekerjaannya hanya sebatas rutinitas yang menjemukan. Bekerja menjadi sebuah beban atau siksaan yang menakutkan. Ingin segera bertemu dengan hari jumat. Sampai ada istilah TGIF (Thank God it’s Friday). Dan menghawatirkan saat besok sudah hari senin. Ada juga istilahnya untuk hari senin dengan sebutan I Hate Monday. <br /><br />
Sejatinya, bekerja tidak hanya sebatas alat untuk mencukupi kebutuhan. Lebih dari itu bekerja adalah ibadah bila dilakukan dengan keikhlasan dan sukacita. Bekerja juga bagian dari pengabdian dan pelayanan. Kata seorang kawan, bekerja itu tidak harus selalu di ruang yang dingin, fasilitas yang super mewah dan penghasilan yang melimpah. Bekerja apapun profesinya apabila sesuai panggilan hati adalah cara kita untuk menikmati dan merayakan kehidupan. Maka jadilah pelukis, seniman, petani, nelayan, pengamen, dokter, atau auditor. Ikuti dorongan dan hasrat hati anda untuk menjadi apapun yang diinginkan. Tidak harus jadi PNS semua atau bekerja di BUMN ternama. <br /><br />
Teringat dulu alm. ayah saya yang sangat bangga dengan pekerjaannya. Bekerja sebagai guru SD yang bayarannya delapan koma, artinya tanggal delapan sudah koma. Tidak berlebihan rasanya karena saat itu memang gaji guru SD tidak sebesar seperti sekarang. Sekarang kabarnya sudah ada remunerasi dan beberapa tunjangan lainnya yang membuat profesi ini lebih sejahtera. Namun dulu, dengan kondisi yang serba keterbatasan pun, ayah tetap semangat untuk menekuni profesinya. Tiap hari dia harus berjalan belasan kilometer untuk mencapai tempat mengajarnya. Beberapa kali dia tertahan untuk pulang karena harus melewati sungai yang saat itu sedang banjir. Baginya bekerja dengan kondisi tersebut tidak masalah. Bekerja seperti panggilan jiwa untuk pengabdian dan memberi pelayanan ke sesama. Tidak ada imbalan yang setimpal yang dia harapkan. Setidaknya saya sebagai anaknya tidak pernah mendengar keluhan itu dari mulutnya. Cukup dengan mengantarkan anak didiknya berprestasi, sudah cukup membuat dia berbangga hati.
<br /><br />Belajar dari Ayah, bagi saya seorang laki-laki, bekerja itu adalah kehormatan. Kerja menjadi alat bukti dan wujud kecintaan pada keluarganya. Laki-laki yang bertanggungjawab, dia akan rela bekerja banting tulang untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Menjadi tulang punggung dan harapan buat keluarga itu sudah menjadi fitrah seorang laki-laki. Makanya saya berpesan kepada para wanita, jangan terlena pada pria yang hanya bisa berkata-kata. Bagaimana bisa percaya pada pria yang mengatakan akan menerjang lautan, mengarungi samudera dan mendaki gunung yang tinggi, tapi untuk sekedar bangun pagi dan berangkat kerja saja masih malas. <br /><br />
Bekerja adalah alat untuk merubah nasib kehidupan. Rezeki baik tidak mungkin dikirimkan pada orang yang hanya berpangku tangan. Bekerja menjadi jembatan yang menghubungkan rezeki dari langit bisa turun ke bumi. Dan sebaik-baiknya pekerjaan adalah yang dilakukan oleh dorongan hati. Meminjam kalimat Kahlil Gibran " Dan segenap pekerjaan adalah sia-sia, kecuali jika ada kecintaan." Masih menurut Kahlil Gibran kerja adalah cinta yang mengejawantah. Dan jika kau tiada sanggup bekerja dengan cinta, hanya dengan enggan, maka lebih baiklah jika engkau meninggalkannya. Lalu mengambil tempat di depan gapura kuil, meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan sukacita.<br /><br />
Hanya saja, saat kita bekerja keras dalam pekerjaan. Dengan dalih untuk mencukupi kebutuhan anak istri. Jangan sampai, karena pekerjaan kita, keluarga yang jadi korban. Saking sibuknya kita bekerja, kita mengabaikan kesehatan kita. Kita juga menjadi lalai untuk memberi perhatian pada hal-hal kecil. Kita terjebak dalam kondisi dimana kita sibuk memeras keringat dalam bekerja, tapi kita lupa menyisihkan waktu untuk keluarga. Kesuksesan yang kita raih pun akan menjadi sia-sia. Bila kita bekerja di perusahaan, sepenting apapun posisi kita, saat kita berhalangan hadir, pasti ada yang bisa menggantikan. Atau semisal kita berhenti pun, pasti dengan mudah perusahaan akan mendapatkan pengganti kita. Tapi buat keluarga kita, posisi dan peranan penting kita dalam keluarga tidak akan pernah tergantikan. Karena mungkin bagi dunia anda hanya dianggap seseorang, tapi buat keluarga anda lah dunia mereka.
</span></div>
Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-69296081547938837812015-02-13T09:01:00.003-08:002015-02-13T09:06:26.661-08:00PENTINGNYA PERNAH GAGAL DALAM KEHIDUPAN<div align="justify">
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKWYBhP841D0ZCAwz0FekkcUtnC9zmxbpvApt2RemR54kQ67p0SIcg8AneutDH1JUQiyOJcxsTR77xmZAvOj7E4lhvzavBD80Vij9lCHOOM3BrPn8k73fjrp-XSkKs5oSSJzHJLp5Zi7c/s1600/9966_4824129197526_676316574_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKWYBhP841D0ZCAwz0FekkcUtnC9zmxbpvApt2RemR54kQ67p0SIcg8AneutDH1JUQiyOJcxsTR77xmZAvOj7E4lhvzavBD80Vij9lCHOOM3BrPn8k73fjrp-XSkKs5oSSJzHJLp5Zi7c/s1600/9966_4824129197526_676316574_n.jpg" height="150" width="200" /></a><i>“Banyak kegagalan dalam hidup ini karena orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”</i> <b>Thomas Alva Edison</b></div>
<br />
<b>Anda Bukan Orang yang Pertama</b><br />
Kegagalan apapun bentuknya tidaklah mengenakan. Besar atau pun kecil kadar dari suatu kegagalan tersebut, tetap saja membuat perasaan kecewa. Dalam perjalanan hidup sampai menjadi sekarang, mungkin sudah tidak terhitung berapa banyak kegagalan-kegagalan yang kita alami. Suka atau tidak suka, senang atau tidak senang nyatanya kita tetap harus melewati sebuah patahan dalam kehidupan itu.
<span class="fullpost">
Seperti dalam kehidupan sehari-hari. Banyak kegagalan-kegagalan kecil yang kita alami. Pada saat disekolah, entah berapa kali kita pernah mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Kita dibuat kecewa karenanya, apalagi orang tua kita yang sudah membiayai kita. Kegagalan yang lebih sentimentil tentu saat kita gagal (ditolak) mendapatkan pasangan yang benar-benar ingin kita dapatkan. Padahal kita sudah berharap banyak dan sudah melakukan perjuangan yang hebat. <br /><br />
Semua kegagalan itu hampir semua orang pernah mengalaminya. Perasaan kecewa, kesal dan marah sangat wajar menemani kita saat itu. Tapi coba pikirkan, terhadap kegagalan itu ternyata anda bukan orang yang pertama mengalaminya. Kalau tidak percaya coba saja cek disekitar kita. Apapun kegagalan yang dialami, kita bukan orang pertama dan juga bukan orang terakhir yang mengalaminya.<br /><br />
<b>Pentingnya Kegagalan</b><br />
Kegagalan layaknya seperti obat yang terasa sangat pahit dan tidak enak di lidah, tapi penting untuk dikonsumsi agar kita bisa sembuh dari penyakit. Dari kegagalanlah kita bisa belajar dan introspeksi apa yang sudah dilakukan benar atau tidak. Gagal mengajarkan kita bahwa tidak semua yang diinginkan itu bisa diperoleh dengan mudah. Perlu kerja keras dan effort yang gigih untuk mencapai itu semua. Kegagalan seperti harga yang harus dibayar, kegagalan-kegagalan itu bisa dikonversi layaknya mata uang untuk bisa ditukarkan dengan kesuksesan. Tentu dengan tidak menyerah saat kegagalan itu datang. <br /><br />
Belajar dari nama-nama tersohor seperti Thomas Alva Edison yang harus gagal ribuan kali kali untuk bisa menemukan bola lampu. Ungkapan yang terkenalnya “Aku tidak gagal, aku malah berhasil membuktikan bahwa 9999 jenis bahan mentah itu tidak bisa dipakai (untuk membuat lampu)”. Walt Disney mengajukan “Disneyland” kepada bank-bank di Amerika Serikat ditolak sebanyak 302 kali. Begitupun juga Kolonel Sanders gagal sebanyak 1000 kali untuk bisa membangun kerajaan bisnis KFC-nya. Masih banyak contoh yang lain yang bisa menjadi inspirasi. <br /><br />
Andai saja nama-nama besar itu menyerah saat kegagalan pertama datang, mungkin kita tidak akan menikmati hasil karya mereka saat ini. Mereka itu berhasil menterjemahkan pepatah bijak yang mengatakan “Seorang pesimistis melihat kesulitan setiap kesempatan; seorang optimistis melihat kesempatan dalam setiap kesulitan”. <b><br /><br />
Kesuksesan adalah sebuah Perjalanan</b><br />
Seperti sudah menjadi sunnatullah bahwa kesuksesan dan kegagalan tidak bisa terpisahkan. Namun banyak diantara kita yang iri dan terpedaya dengan kesuksesan orang lain, tanpa mengetahui dengan cara apa dia bisa mendapatkan kesuksesannya. Kita hanya tertarik dengan kesuksesan yang tampak dari luarnya saja. Tanpa mau tahu bagaimana perjuangan untuk mencapainya. Tidak salah Soichiro Honda berkata “Apa yang orang lihat dari kesuksesan saya Cuma 1% atapi 99% yang tidak terlihat adalah kegagalan saya”. <br /><br />
Kegagalan menjadi kunci untuk melakukan perubahan. Itu mengandung arti bahwa apa yang sudah kita lakukan selama ini kurang tepat. Kalau kita jeli menangkap pesan, kegagalan adalah bahasa dan isyarat dari alam bahwa ada yang harus diperbaiki dari diri kita. Maka segerakan untuk perbaharui diri, belajar dari kesalahan dan kegagalan tersebut. Selama kita masih mau berusaha saat kita gagal, kesuksesan semakin dekat dengan kita. Ingat pesan Winston Churchil yang mengatakan “Kesuksesan adalah kemampuan untuk berpindah dari satu kegagalan ke kegagalan lain tanpa harus kehilangan antusiasme”. <br /><br />
<b>Jangan Mengeluh, coba lagi</b><br />
Kunci agar bisa keluar dari semua kegagalan adalah mencoba lagi. Oleh karenanya saat kegagalan datang jangan pernah mengeluh, apalagi menyalahkan Tuhan. Lebih baik gunakan energi ya</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span class="fullpost"></span></div>
<span class="fullpost">ng masih tersisa untuk bangkit kembali dan mencobanya lagi. Gunakan cara yang baru untuk menghasilkan sesuatu yang baru juga. Bila cara yang lama terbukti tidak berhasil, jangan dipakai lagi, harus ganti dengan cara lain. Berusaha terus sampai akhirnya kesuksesan itu bisa diraih. <br /><br />
Pepatah lama yang mengatakan “kegagalan itu adalah kesuksesan yang tertunda” itu banyak benarnya, tapi ada kelanjutannya, bagi mereka yang mau berusaha lagi. Bila kita berhasil melewati kegagalan itu, dan akhir bisa mencapai kesuksesan pasti kita lebih bangga, seperti yang Confucius katakan <b><i>“Kebanggan kita terbesar bukanlah tidak pernah gagal, melainkan bangkit kembali setiap kali jatuh</i></b>”.
</span></div>
Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-88682620564084652132015-02-07T23:12:00.001-08:002015-02-11T08:59:53.265-08:00ADAPTASI SEPERTI AIR<div align="justify">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOJ4PqlMSd-f-EiFHwbaD4q51yvLetwedO3PuMni8FfxtZ3ZSEeKxOZT5QwFGwmho5o3qrUiTBv_XAZFj7oWwVcoc7TR_ixB_kDy61WO9oS5l0skprxxvXPX938Ie7RSNHwm2si5o5YUQ/s1600/url.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOJ4PqlMSd-f-EiFHwbaD4q51yvLetwedO3PuMni8FfxtZ3ZSEeKxOZT5QwFGwmho5o3qrUiTBv_XAZFj7oWwVcoc7TR_ixB_kDy61WO9oS5l0skprxxvXPX938Ie7RSNHwm2si5o5YUQ/s1600/url.jpg" height="165" width="200" /></a>Bekerja di perusahaan multinasional dan memiliki jabatan tertentu, dipindahtugaskan adalah sebuah keniscayaan. Biasanya karena perusahaan memiliki beberapa cabang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Perpindahan karyawan dari satu cabang ke cabang lain atau dari divisi satu ke divisi lain merupakan hal yang biasa. Semua itu tergantung kebutuhan dan dalam hal ini manajemen-lah yang menentukan hal tersebut.<span class="fullpost">
Promosi dan mutasi adalah dua hal yang sering terjadi di perusahaan tempat saya bekerja. Itu terjadi pada siapa saja yang dikehendaki. Tidak terkecuali dengan saya sendiri. Sejak bergabung lima tahun yang lalu. Sudah hampir lima kali saya berpindah tempat lingkungan kerja. Bukan perpindahannya yang ingin saya bahas, akan tetapi bagaimana cara saya mengatasi itu semua. Terutama beradaptasi dengan lingkungan baru, yang secara kultur budaya banyak perbedaannya.<br /><br />
Dalam hal berdaptasi dengan lingkungan kerja, terutama berinteraksi dengan orang-orangnya, kita harus pintar-pintar untuk menempatkan diri. Datang sendiri dari kota yang jauh, tidak bisa kita langsung memposisikan diri dan mengatakan bahwa saya adalah atasan baru kalian. Kalian harus ikuti aturan saya, bagi yang tidak menuruti maka akan kenakan sanksi. Bisa saja kita menerapkan hal tersebut, karena secara kewenangan kita memilikinya. Tapi dalam perjalanannya hal ini menyebabkan kondisi yang tidak mengenakan di lingkungan kerja. Pengaruh yang muncul hanya karena ketakutan. Pengormatan yang timbul pun sesuatu hal yang semu.<br /><br />
Setiap datang ke kota atau cabang yang baru. Saya selalu berusaha memposisikan diri sebagai teman dan saudara. Meminjam jargon kampanye salah satu capres dalam pilpres </span><span class="fullpost"><span class="fullpost">yaitu “Jokowi adalah kita”, saat itu </span>memposisikan diri bahwa calon presiden yang akan menjadi pemimpin itu sama seperti rakyatnya. Bukan sosok yang tinggi dan tinggal di menara gading dan hanya bisa melihat dari kacamata<i> helicopter view</i>.
Saya baru menyadari bahwa ternyata apa yang saya lakukan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru secara tidak saya sadari mengadopsi sifat-sifat air. Materi pelajaran yang dulu kita pernah pelajari saat masih di sekolah dasar. Tepatnya mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Adapun sifat-sifat air yang masih saya ingat dan ada relevansinya dengan cara kita beradaptasi dengan lingkungan baru adalah :<br /><b><br />
Air Menempati Ruangan</b><br />
Sifat air ini sangat mudah dipahami, bahwa air memiliki sifat menempati ruang. Seperti contoh saat air itu dimasukan ke dalam gelas. Maka air itu akan menempati ruang dalam gelas itu. Begitupun saat dimasukan ke dalam botol maka air akan menempati seluruh ruangan dalam botol tersebut. Itu pula yang saya lakukan saat berinteraksi dengan orang baru saya mencoba untuk masuk terlebih dahulu mengisi ruang-ruang kosong yang ada. Dengan mengenal latar belakang keluarganya, pendidikan atau lingkungan tempat mereka dibesarkan. Walaupun dalam batas-batas tertentu saya harus memberi garis batas yang jelas agar tidak dianggap <i>kepo</i> atau mau tau urusan orang.<br /><br />
<b>Air Mempunyai Berat</b><br />
Sifat air berikutnya adalah air memiliki berat. Sebagai contoh, bila air dimasukan ke dalam ember yang kosong, maka berat ember itu akan bertambah. Itu pula yang saya coba lakukan. Saat saya ada di cabang yang baru, saya berusaha agar saya bisa menambah masa atau kapasitas dari orang-orang yang ikut bekerja. Untuk karyawan baru, ini tugas yang lebih berat, karena harus mengisi “air” lebih banyak. Ada enaknya karena ketika dia datang dengan kondisi kosong, maka dengan mudah kita memasukan pemakahaman dan keterampilan untuk keperluan dalam bekerja.<br /><br />
<b>Air Mengalir dari Tempat Tinggi ke Tempat Rendah</b><br />
Sifat air yang lain adalah secara alami air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Semisal air sungai yang mengalir dari pegunungan atau mata air ke tempat yang lebih rendah dan kenyakan bermuara ke laut. Begitupun saya dalam berinteraksi dengan orang-orang yang ada cabang baru. Walaupun datang dengan label pimpinan cabang tempat baru tersebut, tapi secara sikap kita tetap harus tunjukan rendah hati. Ingat bukan rendah diri ya, karena beda maknanya. Sikap ini pula yang selalu Ibu wanti-wantikan kepada saya bahwa dimanapun berada jangan tinggi hati, tidak boleh jumawa. Tidak ada yang bisa kita sombongkan. <br /><br />
<b>Air dapat Melarutkan Beberapa Zat</b><br />
Sebagai contoh bahwa air dapat melarutkan beberapa zat. Pernah tidak kita minum teh pagi hari. Air bisa melarutkan gula yang padat dengan daun teh. Dalam waktu yang tidak lama setelah kita aduk. Maka butiran gula itu akan hilang. Begitu pula dengan teh akan larut dalam air sehingga merubah warna air. Prakteknya dalam pekerjaan pasti akan muncul berbagai macam friksi antar divisi dan departemen. Pemimpin yang baik adalah yang mampu mengakomodir semua, melarutkan semua kepentingan dan ego masing-masing untuk mencapai tujuan bersama meminjam istilah dosen saya saat kuliah pengendalian manajemen dulu dengan istilah <i>goal congruence</i>. <br /><br />
Tentu saja masih banyak sifat-sifat air yang tidak bisa dijelaskan lebih detail lagi. Intinya dengan mengadopsi beberapa filosofi sifat air ini, saya bisa mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Daya penerimaan (akseptabilitas) orang baru terhadap saya cukup baik. Beberapa peristiwa pernah saya merasa sakit yang sangat, dan tidak bisa ditahan-tahan lagi. Celakanya itu terjadi jam satu malam. Saya putuskan untuk menelepon salah satu karyawan saya dan akhirnya dengan sukarela dia datang menghampiri. <br /><br />
Beberapa kali mobil yang saya kendarai mogok di jalan dan kena paku. Tanpa menunggu waktu yang lama, setelah saya beritahu beberapa menit kemudian ada bantuan datang. Bantuan tidak selalu karyawan yang menjadi staf. Ada kalanya kawan kost atau kawan yang tidak memiliki hubungan bisnis dengan kita. Mereka dengan sukarela memberi bantuan kepada kita. Dalam kondisi seperti ini saya menyadari betul bahwa tetangga atau orang yang hidup dekat dengan kita secara domisili adalah saudara kita yang paling dekat.
</span></div>
Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-3568976354767551912015-02-07T22:38:00.003-08:002015-02-07T23:02:02.920-08:00MENSYUKURI KEKURANGAN<div align="justify">
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhY_6JrNpS41yk6cTJnB3-fbtbIIsxtW72_ZPx9Xybb6350iGthB0o8OYWYcXd6SvLkC5Z2rwhnRtqa2wr9UA1VT4wjzs1dsO8OXGX-q494bERUtBk-tjPTx1_zF5xBJzkLVW1SLaPEuxo/s1600/18306-apa-pun-yang-terjadi-tetaplah-bersyukur-jangan-sampai-penderitaan.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhY_6JrNpS41yk6cTJnB3-fbtbIIsxtW72_ZPx9Xybb6350iGthB0o8OYWYcXd6SvLkC5Z2rwhnRtqa2wr9UA1VT4wjzs1dsO8OXGX-q494bERUtBk-tjPTx1_zF5xBJzkLVW1SLaPEuxo/s1600/18306-apa-pun-yang-terjadi-tetaplah-bersyukur-jangan-sampai-penderitaan.png" height="200" width="200" /></a><i><b>Maka Nikmat TuhanMu yang Mana Lagi Yang kau Dustakan</b> (QS Arrahman)</i></div>
<br />
Bila membaca judulnya. Jangankan anda. Saya pun sedikit merasa janggal dan aneh. Karena normalnya orang mah bersyukur apabila mendapatkan sesuatu. Atau bersyukur dengan kelebihan yang dimiliki. Ini malah mensyukuri kekuarangan, ga salah nih? Atau jangan-jangan makna kata syukurnya itu diartikan sebagai ledekan yang berarti syukurin…he..he.
<span class="fullpost">
Tentu saya tidak sedang becanda saat menuliskan tema ini. Itu tak lain karena saya terinspirasi saat baca cerita dari Ajahn Bram dalam buku “Si Cacing & Kotoran kesayangannya” yang berjudul dua bata jelek. Bagi anda yang belum memiliki bukunya, bisa mencoba mencari di gramedia terdekat. Saya merekomendasikan buku ini untuk dimiliki. Atau bagi yang terbatas dana, dengan kata lain duitnya lagi cekak, pinjam ke perpustakaan atau pinjam punya teman bisa jadi solusi (pinjem buku yaa..bukan pinjem duit untuk beli buku he..he..). <br /><br />
Ceritanya kurang lebih seperti ini, ada seorang biksu yang sedang ingin membangun wihara, dan biksu itu sendiri sebagai tukangnya. Membuat tembok dengan bahan bata dan semen. Singkat cerita, bangunan berupa tembok bata itu sudah jadi. Betapa kaget ketika Sang Biksu menyadari bahwa dia keliru memasang dua bata, yang terlihat lebih miring dibandingkan yang lainnya.
Permasalahannya, karena semen sudah terlanjur terlalu keras, untuk bisa mencabut bata itu tak mungkin lagi. Tentu saja biksu tersebut merasa gundah gulana akibat kesalahan yang ia perbuat. Dengan perasaan bersalah, dia selalu menghindar membawa tamu wihara melewati tembok bata yang dia perbuat. Sampai akhirnya setelah sekitar 3-4 bulan, ada seorang pengunjung yang melihatnya dan berkomentar “Tembok itu indah”. <br /> <br />
Biksu itu kontan saja amat terkejut dengan perkataan orang tersebut, serta menanyakan apa tidak salah ucapannya. Orang tersebut berkata “ Ya, saya bisa melihat dua bata jelek itu, namun saya juga bisa melihat 998 bata yang bagus. Hebatnya ucapan orang tersebut telah mengubah keseluruhan pandangan biksu terhadap tembok itu. Dia baru menyadari bahwa, jumlah bata yang terpasang sempurna jauh lebih banyak dari dua bata jelek itu. <br /><br />
Begitulah cerita kehidupan, sering kita berfokus hanya pada kekurangan yang kita miliki (dua bata jelek). Tanpa pernah melihat kelebihan yang kita miliki (998 bata). Dari cerita tersebut tidak ada yang berubah dari tembok bata tersebut. Perubahan hanya terjadi pada persepsi dari pembuatnya yang berdampak pada perasaannya. Perasaan pertama adalah rasa bersalah, gundah gulana dan inferior dengan hasil kerjanya. Kemudian perasaan selanjutnya yaitu perasaan bangga dan senang telah berhasil menyusun begitu banyak bata dengan sempurna. Artinya, tak harus kita menginginkan menjadi orang lain untuk bisa merasa bahagia, hebat dan sukses. Tetapi apresiasi kita terhadap diri sendiri yang harus ditingkatkan. Caranya dengan mencari sisi lain atau sudut lain dari kelebihan-kelebihan yang kita miliki yang bisa kita maksimalkan.<br /><br />
Pada akhirnya saya bisa mempertanggungjawabkan judul tulisan di atas. Dengan penjelasan cerita tersebut, judul di atas menjadi sangat masuk akal dan logis. Dan satu penegasan dan peneguhan agar anda tetap bisa bersyukur terhadap kekurangan yang dimiliki dengan cara, bersyukurlah apabila sekarang anda memiliki pasangan (istri/suami) atau pacar yang tidak sempurna. Loh kok bisa ?? Bisa dounk. Karena kalau dia sempurna, belum tentu dia mau dengan anda, karena pasti dia akan mencari yang lebih baik dari anda…hahaha
</span></div>
Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-66876171998092757922014-01-17T06:37:00.001-08:002014-01-25T06:02:45.249-08:00INI BEDANYA PECUNDANG DENGAN PEMENANG<div align="justify">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho4oNdsH6j75WL7scMehh1UQkp4yq-EGyIiGmNKTf3uWx7Olc43d-SN3X03bCixFsVr0k_GO7-ysjq7x3Pt-Ny0jjxbT6-bOUqTC4UIWjWCBk4NsRcWG19-zrTAsXefBZtx1ydxnOcTVY/s1600/index.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho4oNdsH6j75WL7scMehh1UQkp4yq-EGyIiGmNKTf3uWx7Olc43d-SN3X03bCixFsVr0k_GO7-ysjq7x3Pt-Ny0jjxbT6-bOUqTC4UIWjWCBk4NsRcWG19-zrTAsXefBZtx1ydxnOcTVY/s1600/index.jpg" height="132" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<i><b>“Winners never quit and quitters never win”<i></i></b></i> – <b>Vince Lombardi</b></div>
<br />
Hari masih belum beranjak dari pagi. Tiba-tiba telepon genggamku berbunyi. Dengan setengah hati dan masih diselimuti rasa malas, terpaksa kuangkat teleponnya. Ternyata telepon itu dari mantan bosku yang lama. Sebelumnya, kemarin sorenya saya sempat iseng telepon dia hanya ingin “say hello” dan mengetahui kabarnya. <br />
<br />
Tidak ada yang berubah dari pembicaraan itu. Biasanya kami berbincang mengenai kesibukan pekerjaan yang dihadapi. Maklum, dulu selama bekerjasama dengan dia, banyak sekali wejangan dan nasehat yang selalu dia berikan, untuk bisa menjadi pemimpin yang baik dan berpengaruh. Dalam pembicaraan itu pun, dia berpesan agar dalam bekerja kita hendaknya memiliki jiwa dan sikap sebagai seorang pemenang bukan malah menjadi pencundang. Lalu apa beda dari keduanya, saya coba menjabarkannya dari penjelasan dia dan ditambah dengan referensi dari yang lainnya.
<span class="fullpost">
<br />
<br /><b>
Pecundang selalu punya kambing hitam, pemenang punya program (solusi)</b><br />
Sadar ataupun tidak, sikap mencari kambing hitam ini sudah mulai diajarkan hampir sebagian orang tua kita dari kecil. Ingat betul, saat kita lari sampai terjatuh, dan akhirnya menangis. Alih-alih memarahi anaknya, saking sayangnya justru mereka menyalahkan pihak lain. Supaya anaknya tersebut berhenti menangis. Kebiasaan itu mengakar sampai menjadi dewasa. Sehingga sering dalam banyak hal ketika kita dihadapkan pada kesulitan atau kegagalan. Kita sering menyalahkan kondisi di luar diri kita.
<br />
<br />Dalam pekerjaan, seringkali kita dihadapkan pada kondisi yang serba sulit. Mulai dari penghasilan yang tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan, punya pimpinan yang otoritor, belum lagi punya teman sekerja yang tidak bisa diajak kerjasama dan bekerja seenaknya sendiri. Semua hal tersebut menambah daftar panjang untuk kita tidak bekerja dengan baik. Seorang pemenang dalam kondisi sesulit apapun tidak pernah mengeluh dan memiliki program serta rencana untuk menyelesaikannya.<br />
<br />
<b>Pecundang selalu berkata “Itu bukan salah saya.” Pemenang selalu berkata “Saya yang salah, biar saya yang bertanggungjawab menyelesaikannya”</b><br />
Ini merupakan penyakit kita yang paling sering ditemui. Sulit sekali untuk mengakui kesalahan. Bahkan banyak kejadian sekarang, para koruptor yang sudah jelas-jelas tertangkap tangan menerima suap pun, tetap saja sulit untuk mengakuinya. Mereka menggunakan seribu macam alasan untuk bisa mengelak dari kesalahn tersebut. <br />
<br />
Dalam pekerjaan. Saya pun pernah bahkan mungkin sering dihinggapi perasaan tersebut. Dengan dalih bukan pekerjaan saya dahulunya. Saya tidak mau dipersalahkan atau tidak mau untuk menyelesaikannya. Tak jarang saya sering menyalahkan bawahan untuk menjadi bantalan dari kesalahan kita. Padahal seharusnya untuk bisa menjadi pemenang harus berani mengakui salah apabila memang salah. Dan mau memilikul beban tanggung jawab untuk bisa menyelesaikannya. <br />
<br /><b>
Pecundang selalu berkata “Itu mungkin bisa, tapi sulit.” Pemenang selalu berkata “Itu memang sulit, tapi bisa”</b><br />
Ini salah satu beda yang cukup menonjol yang membedakan kita seorang pecundang atau pemenang. Seorang pecundang selalu melihat kesulitan dalam setiap peluang. Dalam bahasa iklan rokok yang pernah tayang, seorang pecundang mudah putus asa dengan slogan “masih ada celah ko nyerah.” Seorang pecundang selalu melihat masalah dalam setiap jawaban. Sedangkan pemenang selalu melihat jawaban dari masalah. Makanya kenapa seorang pemenang selalu menjadi problem solver dimana pun dia berada.<br />
<br />
Seorang Pecundang lebih senang dengan kondisi yang sudah mereka ketahui atau orang menyebutnya zona aman. Ketimbang zona lain yang lebih menantang, padahal mungkin zona tersebut memungkinkan kita menuju kondisi yang lebih baik.
Pecundang menolak “Jangan saya” Pemenang menantang “Mengapa bukan saya?”
Seorang pecundang memiliki kata-kata ampuh untuk menghindar dari tugas lebih dengan mengatakan “jangan saya”. Mereka meminta tugas yang seringan-ringannya. Berbeda halnya dengan seorang pemenang yang selalu ingin tampil di depan dan mendapatkan banyak kesempatan. Pemenang selalu berpikir, semakin banyak kesempatan yang diberikan, maka akan semakin banyak pula pengalaman dan keterampilan yang dia miliki. Sehingga nantinya hal tersebut akan berguna di masa yang akan datang. <br />
<br />
Herannya, seorang pecundang dengan hanya berencana saja, tidak berani tampil di depan dan melakukan tindakan yang sedikit. Dia mengharapkan hasil yang maksimal. Semisal ingin naik pangkat, ingin jadi pemimpin, dan ingin naik jabatan secepatnya. Padahal untuk seorang atasan, sangat kecil kemungkinan untuk memilih dia dan menaikan posisinya ke jabatan yang lebih tinggi. Bila yang dilakukannya pun tidak maksimal.
Sekarang pilihannya ada di diri anda, mau tetap berdiam diri jadi pecundang atau bangkit dan berdiri tegak menjadi seorang pemenang.
</span></div>
Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-55223234450823297392014-01-14T03:21:00.002-08:002014-01-14T03:29:18.218-08:00Wanita Lebih “Kuat” dari Pria<div align="justify">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZkj7xopjoErfwnExZc8QVuHziththyphenhyphenuxTD2qB5XNlNEsminwWLtwufQcoLF-P4oETlBQ29a2xrt6coFqF2hd6riVMEZIqk4AJ4vzjM5LOzRbX-eCitVOvIL8yu0qBKXwnk05gO7ia4n4/s1600/082614_panco.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZkj7xopjoErfwnExZc8QVuHziththyphenhyphenuxTD2qB5XNlNEsminwWLtwufQcoLF-P4oETlBQ29a2xrt6coFqF2hd6riVMEZIqk4AJ4vzjM5LOzRbX-eCitVOvIL8yu0qBKXwnk05gO7ia4n4/s200/082614_panco.jpg" /></a>Membaca judul tulisan ini, bagi anda kaum pria mungkin tidak akan terima. Judul tulisan ini seperti mengada-ada dan terkesan provokatif. Buat pria, tenang dan tidak usah gusar, karena yang menulis ini juga pria tulen…<i>he..he</i>. Tidak ada niat untuk mendiskreditkan pria. Saya ingin melihat dari sudut pandang yang berbeda yang membuat kenapa wanita lebih kuat dari pria.<br />
<br />
Ini adalah tulisan pertama saya setelah menikah, sehingga semoga bisa menambah perbendaharaan pemahaman saya terhadap kaum hawa. Tulisan ini terinspirasi bukan karena saya kalah kuat di malam pertama.<i>.he..he</i>. Tapi karena saya betul-betul mendapati fakta bahwa sejatinya wanita memang lebih “kuat” dari pria. Tentu definisi kuat bukan dari besarnya tenaga yang dimiliki wanita. Bukan wanita yang berotot dan bisa mengangkat beban lebih besar atau bukan wanita yang mampu berlari lebih jauh di lintasan. Tapi kemampuan luar biasa dari wanita untuk bisa mengatasi masalahnya. Berikut beberapa hal yang biasa dilakukan wanita untuk mengatasi masalah dan keluar dari stres.
<br />
<br />
<span class="fullpost">
<b>Bercerita atau Berbagi</b><br />
Fakta pertama saya kutip dari <b>Louann Brizendine</b>, penulis <b>The Female Brain</b> bilang kalau wanita itu menggunakan sekitar 20.000 kata/hari, sedangkan cowok hanya sekitar 7.000 kata/hari. Tidak mengherankan kalau wanita suka yang panjang-panjang..<i>Upst</i>..maksudnya bicaranya yang panjang lebar. Itulah kenapa cewek paling demen kalau yang namanya curhat. Dengan media ini, mereka bisa menghabiskan jatah bicaranya agar memenuhi kuota 20.000/hari.<br /><br />
Mengenai perbedaan pria dan wanita ini seorang penulis terkenal bernama <b>John Gray, Ph.D</b>. memakai istilah lebih ekstrem “Cowok dari Mars dan Cewek itu dari Venus” dalam buku <b>“Men Are From Mars, Women Are From Venus”</b> dijelaskan secara gamblang perbedaannya. Mungkin kita sebagai awam kita mengetahui perbedaannya terletak pada anatomi saja yang berhasil kita identifikasi, dimana pria punya 'burung' dan wanita punya 'sarangnya'..<i>.he..he</i> becanda...Ini fakta, karena perbedaan ini kita menjadi melengkapi.<br /><br />
Ada fakta yang baru saya ketahui dan ternyata cukup menarik dan mengagetkan. Kenyataan bahwa wanita ternyata mudah mengalami stress. Namun menariknya 2/3 populasi yang mengkonsumsi alkohol adalah pria, 80% yang menggunakan narkotika dan obat terlarang adalah pria, dan 90% yang menghuni penjara adalah pria. Kemudian percobaan bunuh diri wanita tiga kali lebih banyak. Akan tetapi empat dari lima orang yang bunuh diri dilakukan oleh pria. Terasa aneh bukan kedengarannya?<br /><br />
Ternyata, pada saat menggadapi masalah berat, wanita cenderung membutuhkan seseorang yang bisa mendengar masalahnya. Dengan media curhat, mereka bisa menumpahkan seluruh keluh-kesahnya. Dan terkadang wanita hanya butuh didengarkan saja, sudah cukup mengurangi beban masalahnya. Tanpa harus kita memberi solusi atas masalah yang menimpanya.<br /><br />
Menurut John Gray, Ph.D hormon oksitosin akan muncul mengurangi rasa stress ketika berbicara. Sementara pada pria, hormon <i>testosterone</i>-lah yang mengurangi stress, hormon ini muncul ketika pria menyelesaikan masalah atau berkompetisi. Bagi pria, berbicara adalah kebalikan dari wanita, hal ini malah menurunkan hormon <i>testosterone</i>. Itulah kenapa pria tulen tidak suka curhat dan mereka pun tidak di-design untuk suka mendengarkan curhat. Karena itu wanita biasanya lebih nyaman kalau bercerita dengan sesama jenis.<br /><br />
<b>Menangis</b><br />
Bagi wanita, disamping berbicara. Jurus mereka agar bisa keluar dari perasaan stress adalah dengan menangis. Bagi kita kaum pria, menangis memang tidak pernah ada dikamus kita untuk bisa menyelesaikan masalah. Kita menganggap itu perbuatan yang cengeng dan hanya pantas dilakukan oleh wanita. Ada hukum tak tertulis melarang pria untuk menangis. Padahal menangis dalam ukuran yang wajar dan tidak lebay, itu sebenarnya sudah merupakan perwujudan dari kecerdasan emosi. Itu masuk kedalam sebuah kesadaran emosi atau jujur secara emosi. Ada perasaan lega dan beban sedikit berkurang, sehingga hal ini bisa membuat pikiran lebih jernih dan bisa memikirkan solusi untuk keluar dari permasalahan.<br /><br />
Dari buku <b>Gobind Vashdev</b> yang berjudul <b>“Happiness Inside”</b> saya mengutip ucapan <b>Frankl</b> yang berkata <b>“Ada banyak penderitaan yang harus kita jalani. Karenanya, kita perlu menghadapi seluruh penderitaan kita, dan berusaha menekan perasaan lemah dan takut. Akan tetapi, kita juga tidak perlu malu untuk menangis, karena air mata merupakan saksi dari keberanian kita untuk menderita.”</b><br /><br />
<b>Pelukan</b>
Pelukan ini aktivitas yang identik dilakukan oleh teletabis. Tokoh kartun yang sempat digemari sama anak-anak. Bagi wanita pun aktivitas ini lazim dilakukan. Berbeda dengan laki-laki yang merasa aneh dan janggal saat berpelukan. Berpelukan ternyata bisa menghilangkan depresi. Seorang psikiater senior dari Kansas Amerika Serikat yang bernama <b>Dr. Harold Voth</b> telah melakukan riset dengan hasil mereka yang berpelukan mampu mengusir depresi, meningkatkan kekebalan tubuh, awet muda, tidur lebih nyenyak dan lebih sehat.<br /><br />
Lebih mencengangkan lagi seorang terapis keluarga bernama <b>Virginia Satir</b> berkata <b>“Untuk bertahan hidup, kita membutuhkan empat pelukan sehari. Untuk kesehatan, kita butuh delapan pelukan per hari. Untuk pertumbuhan, awet muda, kebahagiaan, kita perlu dua belas pelukan per hari.”</b><br /><br />
Sekarang saya mengerti kenapa wanita lebih kuat dibanding pria dalam menghadapi stress dan keluar dari permasalahan. Bercerita mengenai apa yang sedang dialaminya. Jujur dengan emosi yang dimilikinya (menangis), dan berpelukan adalah beberapa cara terbaik yang dilakukan wanita untuk bisa keluar dari masalah yang membelenggunya. Sekarang bagi anda pria, tidak ada salahnya saat masalah mendera, belajar-lah pada wanita untuk mengatasinya. Bercerita, menangis dan Berpelukan… Selamat mencoba
</span></div>
Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-22035586347840132782013-08-23T08:48:00.005-07:002014-01-14T03:18:58.089-08:00SAAT EMOSI TIBA<div align="justify">
<div style="text-align: center;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRhoojTc4OXUMhh0qGyoUidVpcdeqWxOG8bpdj0ADFtYTDhm6kFjlm13963mQBpitH8hVkWRyrsquzdOI4KczC_A-JL4RrvJECKpbwbLZgEC8sftYzDlEdoAvfXe6kdVIGtImDx7VOvqE/s1600/angrycustomer.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRhoojTc4OXUMhh0qGyoUidVpcdeqWxOG8bpdj0ADFtYTDhm6kFjlm13963mQBpitH8hVkWRyrsquzdOI4KczC_A-JL4RrvJECKpbwbLZgEC8sftYzDlEdoAvfXe6kdVIGtImDx7VOvqE/s200/angrycustomer.jpeg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">ilustrasi</td></tr>
</tbody></table>
<i><b>“Jangan ambil keputusan saat marah karena anda akan menyesal. Orang marah itu sebenarnya telah kehilangan objektivitasnya, tak punya kedalaman dalam melihat sesuatu dan kurang dalam perenungannya” – Dr. Aidh Al Qarni</b></i></div>
<br />
<br />
Berbicara mengenai emosi, bagi orang sudah belajar mengenai kecerdasan emosi pasti tahu bahwa emosi itu bersifat netral. Tidak ada istilah emosi negatif atau emosi positif. Marah atau sedih pun yang kata orang merupakan emosi negatif, bila dikenali dan dikelola dengan baik bisa menjadi emosi positif. Tapi untuk saat ini (dalam penulisan ini) saya ingin membuat dikotomi untuk kata emosi ini memang sesuatu yang buruk dan harus dihindari karena dapat berakibat yang tidak bagus.<br />
<br />
Dalam dunia pekerjaan dan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak saya jumpai orang yang tidak bisa mengontrol emosinya mengakibatkan dia kehilangan pekerjaan dengan mudahnya. Semisal, sikap atasan yang kurang berkenan, membuat kita tak tahan lantas kita berkata-kata kasar kepadanya, tidak lagi menghargai dia sebagai atasan dan bahkan melakukan perlawanan.
<span class="fullpost">
<br /><br />Padahal mungkin saat itu kita merasa wajar bersikap hal tersebut karena sudah pada posisi puncak kekesalan yang amat sangat.
Memang saat itu mungkin perasaan kita terpuaskan akan kebutuhan dengan emosi mengganjal yang sudah terlampiaskan. Tapi akhirnya anda dibuat tak berdaya akibat dari perbuatan itu, dan hanya rasa penyesalanlah yang akan tersisa. Akibat dari emosi yang tidak bisa dikontrol, kita kehilangan semuanya dalam sekejap. Karir dalam pekerjaan yang kita bina dan rintis selama bertahun-tahun lenyap seperti tsunami yang menyapu apa saja yang ada dihadapannya.<br /><br />
Bahaya akan emosi negatif ini setidaknya sudah diperingatkan oleh seorang filsuf besar yang bernama Plato dengan mengatakan “Para dokter membuat kesalahan yang amat besar, yakni berusaha menyembuhkan badan tanpa berusaha menyembuhkan jiwa. Padahal jiwa dan badan adalah satu dan tidak boleh diperlakukan secara terpisah”. <br /><br />Perlu waktu yang cukup lama sampai akhirnya ilmu kedokteran mengakui bahwa emosi yang negatif tidak bagus untuk kesehatan dan berpengaruh terhadap kesehatan raga. Jelas sudah bahwa emosi negatif yang membabi buta yang tidak bisa dikendalikan, tidak hanya dapat mengganggu hubungan kita dengan sesama juga ternyata dapat merusak kesehatan ragawi. Karena itu ada beberapa tips praktis yang saya sendiri sudah beberapa kali mencoba mempraktekannya.<br /><br />
1. Berhitung sampai 10
Terkesan seperti anak kecil yang disuruh belajar menghitung. Ambil nafas dalam-dalam sambil berhitung satu hingga sepuluh. Nyatanya cara ini cukup ampuh untuk menahan reaksi yang mungkin spontan kita lakukan yang dapat membahayakan. Dalam bahasa kecerdasan emosional inilah yang dinamakan amigdala. Bila perlu menjauhlah dan hindari sementara kondisi, situasi atau orang yang membuat emosi itu. <br /><br />
2. Tenangkan Diri
Lakukan hal yang membuat anda merasa rileks dan tenang. Bisa dengan mendengarkan music favorit, nonton tv atau pergi ke sebuah tempat yang bisa membuat anda tenang. Saya pribadi biasanya melakukannya dengan mendengarkan lagu-lagu kesukaan saya. Lagu-lagu yang bisa membangkitkan kebahagiaan, ketenangan dan kedamaian. <br /><br />
3. Pikirkan Terlebih dahulu
Dalam kondisi emosi, kita sangat mudah sekali terpancing kata-kata kasar. Kata-kata yang kelak akan anda sesali. Alangkah baiknya anda berpikir lebih jernih mengenai apa saja yang akan dilakukan. Pikirkan dampak terburuk yang nanti akan dirasakan bila kita turuti emosi tersebut. Pernah saya juga dihadapkan kondisi ini, saat merasa terdesak dan kesulitan dalam pekerjaan. <br />Padahal kita merasa sudah melakukan banyak hal. Namun penerimaan atasan terhadap apa yang sudah kita lakukan adalah nol besar atau dinihilkan. Ingin rasanya saya melawan terhadap atasan dan terakhir bilang kata menyerah, karena jiwa ini merasa sudah lelah. Namun setelah saya pikirkan dan renungkan lagi dengan seksama. </span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span class="fullpost"></span></div>
<span class="fullpost">
Rasanya sangat disayangkan bila karena saya emosi sesaat dan menyerah, saya akan kehilangan segalanya yang sudah saya raih dengan susah payah. Sayang rasanya apabila pengorbanan kita untuk bisa merangkak naik ke atas, harus hilang dengan sekejap hanya karena kita tidak mampu mengontrol emosi.<br /><br />
4. Mencari solusi
Sama seperti penyakit yang ada beserta obatnya, virus yang menyerang computer dengan antivirusnya. Begitupun juga kesulitan, saya percaya kesulitan itu datang bersama dengan kemudahan. Tentu bagi manusia yang mau berpikir dan berusaha. Tidak berpangku tangan dan menyerah dengan keadaan. Carilah win-win (menang-menang) solution. Karena yakinlah anda tidak mungkin melakukan dengan cara win-lose (menang-kalah). Anda mungkin bisa menang dengan cara itu, tapi yakinlah anda hanya akan menang cuma satu kali. Tidak lebih.
</span></div>
Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-61770498045700829042012-10-06T21:30:00.002-07:002012-10-06T21:39:30.732-07:00KEKUATAN DARI KETERDESAKAN<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaHhphP3P7rw3Nor4UvwGIoo3aftND0Qwafg16r7E281TiHY_4J-83WWBrhfYy1ZR4skmd6cS7hfqnMFIY27Ob4qKVhlwqAaCA7wUvpMU-WRnjSDixxevVDYlIhU0gcLOGCeZT7QyEHVg/s1600/Keterdesakan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaHhphP3P7rw3Nor4UvwGIoo3aftND0Qwafg16r7E281TiHY_4J-83WWBrhfYy1ZR4skmd6cS7hfqnMFIY27Ob4qKVhlwqAaCA7wUvpMU-WRnjSDixxevVDYlIhU0gcLOGCeZT7QyEHVg/s200/Keterdesakan.jpg" width="151" /></a></div>
<div align="justify">
<div style="text-align: center;">
<i><b>“Jika rasa sakit terhadap kondisi sekarang tidak kuat, orang tak akan beranjak untuk berubah”</b></i></div>
<br />
<br />
Dalam kehidupan sering kita dihadapkan kondisi-kondisi yang tidak nyaman, yang memaksa kita untuk beranjak atau bergerak. Padahal kita mungkin sudah merasa sangat nyaman dengan kondisi tersebut. Kondisi nyaman diartikan juga sebagai kondisi yang sudah sangat diketahui, walaupun sebenarnya belum tentu “nyaman” buat yang menjalani. Adanya ancaman atau bahaya dari luar itu memaksa kita untuk segera bergerak atau bertindak. <br />
<br />
Banyak contoh yang bisa menggambarkan kondisi tersebut, semisal ketika seorang dikejar anjing galak, orang tersebut berada pada kondisi bahaya. Saat itu, mekanisme tubuh bekerja dengan sendirinya, sehingga bisa menghasilkan energy yang mungkin pada saat kondisi normal tidak bisa. Dalam kondisi ini orang bisa menghasilkan energi ekstra yang digunakan untuk keluar dari kondisi kritis ini. Yang semula orang itu hanya bisa melompat 1 meter, kini secara tiba-tiba mampu melompat lebih dari 1,5 meter, untuk bisa lolos dari kejaran anjing tersebut.<span class="fullpost"><br />
<br />
Atau pernahkah Anda mendengar cerita atau melihat sendiri seorang ibu dengan kain yang membebat tubuhnya melesat dengan cepatnya dalam beberapa detik, demi menolong anaknya yang belum genap satu tahun bergelantungan di bagian atas tangga putar, lalu ketika tangan sang anak terlepas dari tangga putar, dengan cekatan si ibu menangkapnya dari bawah, sampai kain yang dipakainya robek-robek, dan akhirnya anaknya itu bisa diselamatkan. <br />
<br />
Bahkan masih banyak lagi, ribuan atau jutaan peristiwa atau kondisi dimana sesuatu itu dihadapkan pada kondisi bahaya atau terdesak. Bisa keluar dari kondisi tersebut dengan mengeluarkan kemampuan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Ini yang sering disebut orang sebagai The Power of Kepepet. Keterdesakan dan ancaman dari luar yang membuat kita harus bergerak untuk mempertahankan diri.<br />
<br />
<b>Prof Yohanes Surya</b> mengatakan kondisi ini sebagai <b>titik kritis</b>. Dalam bahasan yang lebih mendalam Profesor yang sudah mengantarkan beberapa siswa Indonesia meraih medali emas di ajang olimpiade fisika ini, menemukan teori yang dinamakan <b>Teori Mestakung</b>. Mestakung itu sendiri kepanjangannya dari Semesta Raya Mendukung. Gambaran umumnya kurang lebih seperti ini, pada saat sesuatu sedang dihadapkan pada kondisi bahaya atau disebut kritis. Tuhan telah menyediakan semesta (yang dimaksud semesta dalam hal ini adalah sel-sel tubuh kita, pikiran, keluarga, teman, lingkungan dan alam sekitar kita) yang akan mengatur diri untuk membantu kita keluar dari kondisi ini. Ada tangan-tangan tak nampak yang akan membantu kita, mereka sering disebut invisible hand. <br />
<br />
Teori Mestakung diturunkan menjadi 3 hukum yang sering di ringkaskan sebagai <b>KRILAKUN </b>(merupakan singkatan dari kata <b>KRI</b>tis, <b>LANG</b>kah dan te<b>KUN</b>). Hukum ini berbunyi sebagai berikut: <br />
<br />
<b>1. Hukum Kritis</b> <br />Pada setiap kondisi KRITIS ada jalan keluar.
Hal ini senada dengan apa yang dikatakan dalam agama bahwa <i>“….. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”</i> (QS. Alam Nasyroh: 5). Kita tidak sadar bahwa ketika kita sedang dihadapkan dengan kesulitan, percayalah bahwa kebahagiaan sebenarnya sedang menanti kita di ruang tamu. Tentunya kita akan bertemu kalau kita bisa dan berhasil menghadapi kesulitan. Tidak usah khawatirkan juga karena janji Tuhan juga, Dia tidak akan memberi beban di luar kemampuan hambanya. <br />
<br />
<b>2. Hukum Langkah</b> <br />
Ketika seorang MELANGKAH, ia akan melihat jalan keluar“.
Bukankah ada pepatah dari luar juga mengatakan <b>“if there's a will there's a way”</b> yang kurang lebih artinya setiap ada keinginan pasti ada jalan. Imbasnya jadilah pribadi yang dalam segala sesuatu itu selalu melihat ada solusi dari setiap masalah. Berpikir dengan paradigm bahwa kalau sesuatu hal itu sulit, tapi masih bisa untuk dipecahkan. Tidak mudah, tapi bisa dilaksanakan. Jalan keluar dan pengertian itu akan kita dapatkan kalau kita terus berlatih keras, berpikir, rajin bertanya pada banyak orang, meminta bantuan dan nasehat orang bijak, membaca buku dan literatur, belajar dari orang yang berhasil keluar dari kondisi yang mirip dengan kondisi tersebut. <br />
<br />
<b>3. Hukum Tekun</b> <br />Ketika seorang TEKUN melangkah, ia akan mengalami mestakung (semesta mendukung).
Tekun disini diartikan sebagai usaha yang kontinu untuk menghasilkan yang terbaik. Dalam ketekunan ada semangat pantang menyerah ketika bertemu dengan kegagalan. Kalau apa yang dilakukan saat ini dianggap kecil oleh orang lain. Maka lakukan hal kecil ini dengan kesungguhan yang besar. Tinggal tunggu waktu mengenai hal-hal besar yang akan datang kepada kita. Dalam ungkapan Arab yang terkenal <b>“Man Jadda WaJada”</b> yang artinya <b>“Barangsiapa bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil”</b>. <br />
<br />
Mengingat pentingnya kondisi keterdesakan yang membuat seseorang bergerak. Dan rela meninggal zona atau keadaan yang sudah dikenalnya atau sebagian orang mengatakan “nyaman”. Maka tak usah khawatir dan takut mengenai ancaman atau kondisi yang berbahaya yang mengancam kita. Nikmati setiap kesulitan dan keterdesakan yang menghadang. Karena didasari sebuah keyakinan bahwa setelah kita berhasil menghadapi dan melewati kondisi terdesak dan kritis itu, kita akan menjadi pribadi baru yang lebih hebat, kuat dan bijak dalam menghadapi kesulitan berikutnya.<br />
<i>Wallahu'alam bishowab</i>
</span></div>
Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-75091100598325892382012-10-06T06:41:00.005-07:002012-10-06T06:52:33.196-07:00ENERGI, UANG DAN WAKTU<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeFMaShI-WHHFcmFGqGmKEHFt-5SRVtrxocZtOCUvi_iwLZNgj1hIeHoB-mgXx_cZQTWoOE8yw0M75NdXlnajTh4JZKzW1-RLL0_RDU3EiISw3LgQiloYvKJUOSsWX4Hcc2kVyGzZh7Ow/s1600/demi_masa1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeFMaShI-WHHFcmFGqGmKEHFt-5SRVtrxocZtOCUvi_iwLZNgj1hIeHoB-mgXx_cZQTWoOE8yw0M75NdXlnajTh4JZKzW1-RLL0_RDU3EiISw3LgQiloYvKJUOSsWX4Hcc2kVyGzZh7Ow/s200/demi_masa1.jpg" width="200" /></a></div>
<div align="justify">
<i><b>”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al Ashr)."</b></i><br />
<br />
Saya sempat tersenyum kecut saat salah satu teman kontak di bbm saya memasang gambar profile yang berisi tulisan seperti ini, manusia itu dihadapkan 3 kondisi:<br />
1. Masa Sekolah ; Energi ada, waktu ada, tapi uang tak ada.<br />
2. Masa Bekerja ; Energi ada, uang ada, tapi waktu tak ada. <br />
3. Masa Tua ; Uang ada, waktu ada, tapi energy tak ada. <br />
<br />
Saya yakin kita pernah mengalami salah satu fase di atas. Saya termasuk orang yang sudah merasakan fase pertama dan saat ini sedang menjalani fase yang kedua. Fase pertama saya rasakan betul saat masih duduk di bangku sekolah. Saat dimana energy masih sangat banyak, waktu luang juga banyak, tapi sayang saat itu uang tak ada. Karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya mengandalkan kiriman bulanan dari orang tua. Saat itu banyak sekali keinginan dan cita-cita yang ingin dicapai. Dari mulai ingin bekerja di perusahaan bonafit, ingin mendapat penghasilan besar dll. <span class="fullpost"><br />
<br />
Dan ujung-ujungnya tentu dengan itu semua semua saya bisa membeli apapun yang saya inginkan. Kebetulan 2 hal yang saya dendam saat itu adalah makanan dan buku. Saya dendam sama makanan yang tidak bisa saya beli, karena kalau beli pasti uang saku saya akan bermasalah sampai akhir bulan. Saya juga dendang dengan buku-buku bagus yang menjadi kegemaran saya dalam membaca. Tapi saya hanya bisa meminjamnya di perpustakaan. <br />
<br />
Itulah kenapa saat saya sudah bekerja, dan saya sudah memiliki kelebihan sedikit uang, saya tidak sungkan-sungkan untuk membeli makan apapun yang saya mau dan suka. Bahkan saat saya melewati sekolahan, dimana disana banyak sekali jajanan yang dijual, tak jarang saya berhenti dulu untuk sekedar membelinya dan mencobanya. Memang rasanya sudah tak seenak dulu saat saya masih sekolah, tapi tetap bisa menikmatinya. Walaupun saya harus bersembunyi untuk mengkonsumsinya. Karena saya tau diri kalau saya sudah tak pantas lagi makan jajanan anak sekolahan tersebut.
Ada perasaan puas dimana saya bisa membeli makanan dan jajanan yang dulu merupakan barang yang cukup mewah kala itu. Tapi sekarang, makanan seperti ayam goreng yang dulu cukup jarang aku makan, saat ini menjadi makanan sehari-hari yang sudah tak lagi terasa istimewa buatku (walaupun tetap enak). Karena saya bisa membelinya dan mengkonsumsinya kapan pun saya mau.<br />
<br />
Tentu saja yang cukup saya syukuri adalah dimana saya bisa membeli buku-buku pengembangan diri, motivasi dan psikologi popular yang selama ini jadi tema favorit untuk dibaca. Sekarang saya tak perlu lagi menunggu buku itu masuk rak diskon, atau nunggu bulan depan untuk membelinya. Saat dirasa saya tertarik sama sebuah buku dan memang isi serta tampilannya menarik, sudah pasti tidak akan luput untuk dibeli.
<br />
<br />Itu kondisi yang saya syukuri disaat saya sudah bekerja. Bahkan diusia yang tergolong cukup muda (27 tahun) saya sudah bisa menjadi Kepala Cabang di perusahaan tempat saya bekerja. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, saya punya cukup penghasilan untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-hari. Bahkan yang tak pernah terbayangkan dimana saya memiliki kendaraan dinas berupa mobil. Saya pun “diperkosa” untuk bisa mengemudikan kendaraan roda empat tersebut, yang sebelumnya tidak pernah sedikitpun terdetik dalam hati akan bisa mengemudikannya. <br />
<br />
Dan yang sangat membanggakan saya bisa mengantarkan ade saya untuk lulus dari sekolah menengah atas, dengan hampir seluruhnya biaya saya tanggung. Tinggal menjadi PR saat dia sudah masuk perguruan tinggi. Semoga saat itu pun saya masih bisa membiayai dia sampai lulus kelak nanti. Karena itu salah satu janji saya ke alm Bapa saat berdoa di atas pusaranya.<br />
<br />
Kesuksesan yang saya dapat sekarang bukan tanpa harga. Pertama saya harus jauh dari keluarga, bukan saja beda kota, bahkan sekarang beda pulau. Selanjutnya tentu saya banyak kehilangan moment-moment berharga semisal saat teman atau saudara menikah. Beberapa diantaranya adalah teman dekat. Sedih rasanya tidak bisa hadir dalam acara yang sangat penting, karena itu terjadi hanya sekali seumur hidup. Resiko lain adalah saat saya terkena sakit. Beberapa kali saya kesulitan dan kerepotan saat sakit dimana saya harus menjaga pola makan dan makanan yang harus dimakan. Semisal saat saya harus mengkonsumsi bubur, sangat sulit untuk bisa mendapatkannya. Mungkin kalau masih bersama ibu, pasti dia yang membuatkannya, mengingatkan untuk makan atau mungkin hanya sekedar menyuruh untuk minum obat.<br />
<br />
Tapi semua tak apa buatku. Dari awal memang sudah ditekadkan untuk mengembara dan membeli mimpi-mimpi yang sudah disemai saat masih kuliah dulu. Apa yang aku ceritakan di atas hanya sedikit dari harga yang harus aku bayar untuk mendapatkan kesuksesan. Yang paling menyedihkan dan miris tentu karena kesibukan kerja, aku punya sedikit waktu untuk bercengkerama dengan orang-orang terdekatku. Tak jarang untuk telepon saja, kadang harus menunggu hari sabtu atau minggu. Dan karena alasan jarak juga, aku tidak bisa mendampingi ade-ku untuk daftar kuliah di universitas yang dia inginkan.<br />
<br />
Ketiadaan waktu pula yang menyebabkan aku tertinggal dari kawan-kawan sebayaku. Satu persatu mereka sudah menikah, bahkan ada beberapa diantaranya yang sudah punya anak. Padahal secara umur kadang mereka jauh dibawah, dan tentu secara penghasilan juga. Tapi mereka berani dan mereka bisa juga. Itulah yang membuatku sedikit gamang dengan apa yang dikejar. Karena saat karir sudah saya dapatkan, tapi dalam masalah asmara yang ditandai dengan membangun sebuah keluarga, ternyata saya belum apa-apa dibanding mereka.<br />
<br />
Berharap masa-masa ini tidak terlalu lama. Karena saya yakin dalam hidup yang baik itu adanya keseimbangan. Seimbang antara pekerjaan dan keluarga. Saya berharap bertemu dengan orang yang tepat untuk memulai usaha. Sehingga saya sudah tidak bekerja sama orang lagi saat saya berusia 35 tahun. Saya tetap memiliki energy, uang dan waktu untuk menikmati indahnya dunia….Amien… <br />
<br />
</span></div>
Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-74161182333359647922012-07-12T05:01:00.001-07:002012-07-13T03:21:49.673-07:00Dream, Believe and Make It Happen!<br />
<div align="justify">
<div style="border: medium none;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAJuxGRmM4b1QD7lkoRulWsDVyJXuwsftYnRIVrnngiAdV3LuCJw8yRZMZmsIAEIf2KXNQyU_xd3twgxMWG6kzZ3JFKANVZZCYI2aZTdX8ACr1Aej9nMsVJiLScfeTpA4908Ra-iYYlLM/s1600/dream.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img $ca="true" border="0" height="169" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAJuxGRmM4b1QD7lkoRulWsDVyJXuwsftYnRIVrnngiAdV3LuCJw8yRZMZmsIAEIf2KXNQyU_xd3twgxMWG6kzZ3JFKANVZZCYI2aZTdX8ACr1Aej9nMsVJiLScfeTpA4908Ra-iYYlLM/s200/dream.jpg" width="200" /></a>“<span style="font-style: italic;"> “the future belongs to those who believe in the beauty of their dreams”. (Masa depan hanya dimiliki oleh orang-orang yang percaya pada keindahan mimpi-mimpi mereka) </span>” <span style="font-weight: bold;">-Eleanor Roosevelt- </span></div>
<div style="border: medium none;">
<br /></div>
<div style="border: medium none;">
Beberapa dari sebagian anda mungkin sudah sangat mahfum dengan ucapan tersebut (judul). Slogan tersebut populer dikampanyekan oleh artis multi talenta Indonesia yaitu <b>Agnes Monica</b>. Bukan tentang sosok Agnes monica nya yang ingin saya bahas, melainkan tentang kedalaman penggalan kata yang ada dalam ucapan tersebut. </div>
<div style="border: medium none;">
<br /></div>
<div style="border: medium none;">
<b>Dream</b> </div>
<div style="border: medium none;">
Dunia saat ini sudah menjadi saksi dan bukti bahwa yang dulunya tidak mungkin, sekarang malah hadir ditengah-tengah kita. Tak sulit untuk menunjukan buktinya. Salah satunya kita pantas berterimakasih ke Bill Gates yang memiliki mimpi <b>“Suatu saat nanti seluruh rumah di dunia ini akan menggunakan komputer “</b>. Padahal saat itu ukuran komputer sangat besar dan sangat tidak mungkin untuk masuk ke dalam rumah. </div>
<span class="fullpost"><br />Belajarlah kepada <b>Wright Bersaudara</b> yang yang mempunyai mimpi manusia bisa terbang seperti layaknya burung. Jelas mimpi saat itu dianggap sebagai mimpi yang gila dan tak masuk akal. Lebih menyedihkan lagi karena orang tuanya adalah orang yang paling menentang mimpi gila itu. Tapi Wright Bersaudara mengabaikan seluruh hinaan, cibiran dan makian yang diterimanya, sehingga mulai mendeskripsikan dengan jelas mimpinya. Dan kalau kita saat ini bisa bepergian kesana-kemari dengan mudah melalui naik pesawat terbang, itu tidak lepas dari hasil mimpi mereka yang akhirnya mempelopori penemuan pesawat terbang. <br /><br />Tentu masih banyak lagi contoh tokoh-tokoh yang dengan mimpi besarnya akhirnya kita dijaman sekarang bisa menikmati hasilnya. <b>“Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia, berlarilah tanpa lelah hingga engkau meraihnya”</b>. Apabila ada orang diantara kita yang mencibir dan menghina apa yang kita cita-citakan tak usah dihiraukan. <b>Jangan dengarkan dan abaikan saja omongan orang yang tidak akan membantu dan menolongmu saat kita jatuh dan gagal. </b><br /><br /><b>Believe</b><br />Believe erat hubungannya dengan visi. Bisa melihat dengan jelas gambaran masa depan walaupun belum mengalaminya. Tentu mimpi tidak akan berarti apa-apa tanpa kita mempercayai dan meyakininya. Karena kitalah orang pertama yang harus percaya bahwa mimpi besar kita bisa tercapai. Kita tidak bisa berharap orang lain mempercayai mimpi kita tanpa kita sendiri mempercayai, meyakini dan membuktikannya. Believe juga berhubungan dengan iman. Kita meyakini sesuai yang tidak kasat mata. Tapi kita yakin itu ada dan bisa. <br /><br />Simak cerita nyata dari <b>Kolonel Sanders</b> (Pendiri KFC), keyakinannya untuk membangun suatu restoran dengan konsep franchise tetap menyala dan membara walaupun ditolak oleh ribuan orang, dan pada orang ke-1007 barulah mimpinya diterima. Bisa kita bayangkan, dia masih tetap yakin dan semangat walaupun sudah gagal sampai 1006 kali. Hanya kekuatan believe yang mampu mengantarkan dia sampai ke tujuan tersebut. <br />
<br />
Tak lengkap rasanya kalau tidak membahas <b>Thomas Alfa Edison</b>, yang berhasil mambantu manusia dari kegelapan dengan mengciptakan lampu pijar. Padahal dia sudah gagal sampai 999 kali. Saatitu dia berkata bahwa dia bukan gagal, tapi berhasil membuktikan bahwa bahan-bahan yang ada dalam 999x eksperimennya itu tidak bisa digunakan. Dia memimpikan dengan jelas malam yang terang itu seperti apa. Terus-menerus ia memperkuat dan memperjelas mimpinya sambil terus mencoba membuat lampu. Hingga akhirnya kita bisa menikmati hasil dari upayanya. <br /><br /><b>Make it Happen!</b> <br />Mimpi yang besar tidak akan berarti apa-apa tanpa ada action. Karena yang terjadi adalah NATO (<i>No action Talk Only</i>) atau NADO (<i>No Action Dream Only</i>). Mimpi itu tak ubahnya seperti mimpi di siang bolong. Untuk bisa mencapai mimpi besar itu, selain dari percaya (believe), kita harus mulai break down. Mimpikan yang besar, tapi lakukan dari hal-hal kecil. Seperti pepatah cina <b>“Perjalanan 1000 mil dimulai dari langkah pertama”.</b> Tak usah bersedih hati dan berkecil hati, apabila saat ini kita masih berada diposisi yang jauh dari mimpi itu. Teruslah berjuang untuk meraihnya. Break down apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai mimpi tersebut. Mengutip pepatah Mario Teguh <b>“Lakukan hal kecil dengan kesungguhan yang besar”.</b> Karena hal-hal besar akan datang pada orang yang mau melakukan hal kecil tapi dengan keseriusan dan kesungguhan yang besar. <br /><br /><b><i>Life is not theory. Life is action!</i></b> Karena hidup tidak hanya teori, tapi hidup adalah tindakan. Maka jadilah bukti dari apa yang anda ucapkan. Kalau kita berkata bahwa disiplin itu baik, jadilah orang yang pertama datang ke tempat kerja. Terakhir saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan kalimat indah milik <b>Thomas Henry Huxley</b> bahwa <b>“Akhir agung kehidupan bukanlah pengetahuan, melainkan tindakan.” </b></span></div>Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-28631630652229959682011-12-10T21:06:00.000-08:002011-12-11T01:35:16.349-08:00THE MAGIC OF FORGIVENESS<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDnL9z2W2xTXk3ZPnhixzwlDws7mOUXMlZ7CQcHjNS29EJ4vepwUg6N1ubA_oB6Br4N-QHGCkJI43Q67gfpfgDv2I2plra__Xka7Ra0_rnJ12t6IcbCvavvzKmd7qPhlFX0hbbkhNsivc/s1600/forgiveness.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 134px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDnL9z2W2xTXk3ZPnhixzwlDws7mOUXMlZ7CQcHjNS29EJ4vepwUg6N1ubA_oB6Br4N-QHGCkJI43Q67gfpfgDv2I2plra__Xka7Ra0_rnJ12t6IcbCvavvzKmd7qPhlFX0hbbkhNsivc/s200/forgiveness.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5684733928637191362" border="0" /></a><div align="justify">“<span style="font-style: italic;">Memutuskan untuk tidak memaafkan berarti mengambil keputusan untuk menderita</span>” <span style="font-weight: bold;">Gerald G Jampolsky</span><br /><br />Dalam kehidupan tak mudah rasanya kita untuk melakukan tindakan memberi. Bila hal itu (memberi) dilakukan pun, pasti kita lihat-lihat dulu orangnya. Orang terdekat, saudara, teman lama atau siapa saja yang punya hubungan dekat dengan kita itu yang biasanya dapat prioritas pertama untuk kita beri. Itu saat kita berbicara mengenai pemberian berupa barang, uang atau mungkin kasih sayang. Nah bagaimana kalau yang akan kita beri adalah pemberian maaf, apalagi itu menyangkut seseorang yang telah melukai perasaan kita.<br /><br /><span class="fullpost"><br />Tentu tidak mudah dan selalu tidak gampang untuk bisa memaafkan seseorang yang telah menyakiti kita baik itu berupa ucapan atau tindakan. Yang tersisa pasti hanya rasa dendam untuk membalas atas apa yang semua yang sudah dilakukan, sehingga barulah kalau itu sudah tercapai, maka hati ini akan menjadi puas. Tapi pertanyaannya apakah lantas hati ini akan bisa damai apabila sudah balas dendam, lalu bila dendam itu tidak terlaksana, betapa gundahnya hati ini dibuatnya.<br /><br />Adalah perasaan itu pula yang saya rasakan ketika merasa dikhianati oleh seseorang yang sangat saya cintai. <span style="font-weight: bold;">Perjalanan waktu sesudahnya, nyatanya tak bisa serta merta mengobati rasa luka di dada. Waktu yang kata orang menjadi obat dari segala pelipur lara, buktinya tetap tak berdaya bila ingat memori lama</span>. Ada perasaan dendam yang mengemuka dan perasaan tak rela bila ternyata dia bahagia bersamanya.<br /><br />Perasaan dendam dan sakit hati itu tetap saja tumbuh subur sampai akhirnya saya dapat pencerahan lewat buku yang tak sengaja saya baca. Dari situ saya bisa mengetahui kenapa perasaan terluka dan sakit hati itu tak kunjung sembuh jua. Jawabannya itu karena kita <span style="font-weight: bold;">belum bisa memaafkan kejadian menyakitkan itu dengan sempurna.</span><br /><br />Alur logika bisa dijelaskan dengan memulainya dari kata lupa. <span style="font-weight: bold;">Hukum alamnya, lupa itu sesuatu yang tidak kita sengaja</span> (terjadi secara alami). Itu adalah fitrah manusia, atau dengan kata lain lupa itu hal yang manusiawi. Sedangkan <span style="font-weight: bold;">melupakan berarti tindakan yang disengaja, atau men-sengaja-kan untuk lupa</span>. Melupakan sama seperti melawan hukum alam. Itulah kenapa ketika kita ingin melupakan sesuatu atau seseorang, justru bayangan itu akan semakin kuat tertanam di benak kita. Usaha seperti membakar surat cinta, foto atau benda-benda pemberiannya, dengan harapan bisa melupakannya, hasilnya tetap saja tidak bisa.<br /><br />Rasa sakit hati dan dendam terhadap seseorang atau kejadian buruk itu akan “sembuh” bila kita sudah memaafkan. Menerima kenyataan pahit tersebut dan kembali pada kehidupan yang normal, maka akan berangsur-angsur lupa pada kejadian itu. Inilah lupa yang terjadi secara alami. <span style="font-weight: bold;">Memaafkan bukan berarti melupakan, dengan kita memaafkan kita akan berusaha menghilangkan “beban” yang kita alami karena kejadian pahit itu</span>. Kejadian itu sendiri tidak perlu kita lupakan. Justru kita <span style="font-weight: bold;">harus belajar banyak dari kejadian tersebut</span>. Sehingga suatu saat nanti kita bisa menceritakan hal yang menyakitkan itu dengan<span style="font-weight: bold;"> tanpa emosi </span>dan santai atau bahkan dengan dengan menertawakan diri kita sendiri. Karena kita sudah tidak terpengaruh secara emosional dan sudah melepaskan ikatan emosi pada peristiwa tersebut.<br /><br /></span></div>Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-54731487567830458092011-06-25T06:49:00.000-07:002011-06-25T06:56:48.046-07:00MENANG TANPA NGASORAKE<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivRna-yFwoDbWhGc38ohYugFS13aZ4BowRqEIBftdM06iO8lxlCsEdi88SmJ1EbgJBY6Vy1q7KWv0PCWZyuVfUHocXGxKZYgQS-sgfFNr5_tTNA1m7PC1sKpF4O8uIHY4BsXaOYjZPiOs/s1600/menang+tanpa.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 200px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivRna-yFwoDbWhGc38ohYugFS13aZ4BowRqEIBftdM06iO8lxlCsEdi88SmJ1EbgJBY6Vy1q7KWv0PCWZyuVfUHocXGxKZYgQS-sgfFNr5_tTNA1m7PC1sKpF4O8uIHY4BsXaOYjZPiOs/s200/menang+tanpa.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5622155385991423362" border="0" /></a><div align="justify">Setiap “note” yang saya tulis pasti tak akan jauh-jauh dengan apa yang sedang dirasakan, diamati dan diharapkan. Tulisan buat saya seolah catatan sejarah tentang apa saja yang sudah terjadi menimpa hidup. Tulisan juga merupakan penyemangat tentang apa saja yang akan saya hendak capai dalam hidup. Tulisan juga sebagai pengingat dan alarm, saat saya merasa ada sesuatu salah dalam hidup, saat jalan yang dilalui sudah keluar dari relnya. Saya berharap saat saya tak ingat (khilaf), orang lain yang sudah membaca tulisanku nanti yang mengingatkannya. Jadi tidak ada satu pun niat untuk menggurui, merasa lebih tahu atau sudah bisa melakukannya, ketika saya menulis tema tertentu.<br /><br />Seperti saat ini saya sedang rasakan suatu hal. Saya sedang merakan sindrom sukses-isme. Bangga dengan apa yang sudah diraih, sehingga mengecilkan proses dan menganggap orang lain lebih kecil atau kalah dari kita. Terlena dengan apa yang sudah didapat dan agak enggan untuk belajar karena merasa sedang berada dalam kesibukan, kesudahbisaan dan kesudahtahuaan (he ngawur bahasanya). Dalam bahasa yang indah penulis buku Brian Tracy menyebutnya sebagai jebakan intelektual, perasaan merasa sudah cukup dengan apa yang sudah diraih dan enggan belajar lagi. Parahnya apa yang saya rasakan (jebakan intelkektual/jebakan kesuksesan) tersebut kadang menjadi dasar untuk merendahkan dan meremehkan pencapaian orang lain.<br /><br /><span class="fullpost"> <br /><br />Perasaan adigung adiguna rasanya tidak bisa dilepaskan dari dari kata rendah hati. Karena kalau perasaan rendah hati itu ada, tidak mungkin kita terperosok ke dalam perasaan sombong itu. Ada falsafah jawa yang adi luhung mengatakan "Sugih tanpa bandha, Digdaya tanpa aji, Nglurug tanpa bala, Menang tanpa ngasorake". Demikian warisan leluhur yang diturunkan oleh RM Pandji Sosrokartono kepada anak cucunya. RM Pandji Sosrokartono ( Lahir tanggal 10 April 1877 ) adalah putra Bupati Jepara yaitu RM Adipati Ario Sosroningrat, dan adalah kakak dari Pahlawan Wanita Indonesia RA Kartini.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Menang tanpa ngasorake</span><br /><br />Satu point saja yang ingin saya comot dari falsafah hidup yang luar biasa itu yaitu menang tanpa ngasorake. Saya mengenal istilah ini dan bisa melihat bagaimana cara atau contoh melakukannya ketika sedang senang-senangnya melihat debat pemilu. Dalam banyak kesempatan, saya jujur jatuh cinta dengan sosok yang memikat hati ketika dia sedang berdebat. Sebut saja dia Anas Urbaningrum, cara dia menyampaikan argumen, mempertahankan pendapat dan menyerang lawan debat, jauh dari kata menyakitkan, dilakukan dengan santun. Dan kalau pun lawan debatnya sudah mulai terpojok, dia selalu membuka ruang untuk lawannya bisa bersembunyi dan tidak merasa malu. Bukan personal orangnya yang ingin saya bahas melainkan ajaran apa yang sudah dia terapkan dalam melakukan debat, indah sekali rasanya bisa melihatnya.<br /><br />Ternyata falsafah jawa tersebut lahir jauh sebelum manajemen modern ada. Hanya saja saya sendiri termasuk orang yang mengenal hal tersebut justru dari ajaran orang barat (mungkin karena saya sudah mengenal makanan Kentucky (KFC) sehingga melupakan makanan tempe bacem he3), adalah Dale Carnigie dalam sebuah karyanya “How to get friends and influence people”. Dia mengatakan “berikan kesempatan buat orang lain untuk menyembunyikan mukanya”. Namun saya yakin banyak diantara kita (termasuk saya), terkadang ketika emosi dan marah kepada seseorang, ingin rasanya menumpahkan semua sumpah serapah, ingin rasanya semua kejelekan dan aib orang tersebut kita buka. Biarlah dia tidak berkutik dan tidak ada kesempatan untuk menyembunyikan rasa malunya.<br /><br /><br />Padahal sejatinya, kita juga belum tentu lebih baik dari seseorang yang kita remehkan. Belum tentu sikap dan prilaku kita juga lebih baik dari apa yang kita tuduhkan ke mereka. Kalaupun ada perasaan kita bahwa kita merasa lebih di depan atau lebih dulu dari orang lain. Bukankan itu hanya masalah jarak dan waktu? Dengan percepatan, semangat dan motivasi yang kuat, rasanya kalau kita tidak mawas diri, akan sangat mudah buat orang lain untuk menyalip kita.<br /><br />Keberhasilan dalam upaya pertama atau keberhasilan yang sudah digenggam, kadang membuat kita lengah dan terlena, sehingga akan mengerdilkan proses, dan menganggap semuanya sudah didapat dengan mudah. Kita sering tidak sadar bahwa, dunia akan cepat berputar, era akan cepat berganti. Kemampuan dan pengetahuan yang sudah kita dapat tidak akan relevan lagi dengan kondisi nanti. Jadi siapa saja yang tidak siap untuk perubahan dan persaingan, merasa puas dengan apa yang sudah dicapai, maka siap-siaplah dia akan digusur oleh orang lain yang lebih siap dan sedang berlari untuk mengejar ketertinggalannya.<br /><br />Terakhir, tulisan ini hanya sebagai instrospeksi buat diri sendiri agar tidak mudah lalai dan terlena. Apa yang sudah dicapai tidaklah berarti apa-apa bila kita merasa angkuh dan tidak menjadi manfaat buat orang lain. Bersyukur bila tulisan ini bisa mengingatkan banyak orang juga yang sedang dimabukan dengan keberhasilan karena mungkin, sudah mendapatkan pekerjaan impian, pasangan idaman, materi dan harta yang didambakan. Selayaknya itu semua tidak membuat kita buta dan besar kepala. Karena itu sifatnya hanya sementara. Tak ada yang istimewa saat kita sudah dipanggil Sang Empunya. Wallahualam bisawab.....<br /></span></div>Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-88728793785288126122011-06-25T06:06:00.000-07:002011-06-25T12:17:31.470-07:00Proud To Be a Salesman<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiowVAS9qpgKUc4ZiUVIR8NcyQgelFmollwrcewffB2y1lIQLLJqYhB25IpP7xFv2zFKxpGAtC1D5V4HLVnbzb_V7SjupvnCrrb_ZQ7sdCMcYQtrik4-HeniAUZfWqghaT9E5dGhM4xf3A/s1600/salesman.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 160px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiowVAS9qpgKUc4ZiUVIR8NcyQgelFmollwrcewffB2y1lIQLLJqYhB25IpP7xFv2zFKxpGAtC1D5V4HLVnbzb_V7SjupvnCrrb_ZQ7sdCMcYQtrik4-HeniAUZfWqghaT9E5dGhM4xf3A/s200/salesman.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5622143843377424482" border="0" /></a><div align="justify">Salesman…hmm…pasti banyak diantara kita yang menyepelekan dan menganggap remeh profesi yang satu ini. Jauh kalah menterengnya dibandingkan dengan profesi yang lain seperti dokter, pengacara, konsultan, auditor dll. Bagi mahasiswa yang baru lulus dan sedang mencari kerja, lowongan kerja sebagai tenaga penjual sangat dihindari. Paling tidak seperti itu pula yang aku rasakan saat itu.<br /><br />Sehingga dalam berbagai kesempatan banyak perusahaan yang menjebak calon mangsanya dengan nama-nama pekerjaan yang cukup asing. Seperti contoh dalam dunia perbankan kita mengenal istilah account officer, dunia farmasi mengenalnya sebagai medical representative, dalam perusahaan pembiayaan dikenal sebagai credit marketing officer, untuk perusahaan asuransi menyebutnya sebagai agen asuransi.<br /><br /><span class="fullpost"><br /><br />Saya termasuk salah seorang yang terkena jebakan itu…he3. Karena tadinya saya termasuk ke dalam kategori orang yang secara stereotif memandang sebelah mata pekerjaan sebagai seorang sales. Makanya dalam banyak pekerjaan yang saya coba lamar, prinsip kehati-hatian selalu saya jaga agar tidak salah ambil pilihan pekerjaan tersebut.<br /><br />Dan seperti biasa, langkah awal selalu terasa berat untuk memulai sesuatu yang baru. Begitu pula yang aku rasakan saat pertama kali saat jadi sales. Beban target yang cukup besar dan pressure pekerjaan yang cukup kencang sempat membuat aku sedikit goyah dengan profesi ini. Sampai pada akhir saya meyakini, bahwa ini profesi yang cukup menjanjikan dan mampu mengembangkan segenap potensi yang dimiliki.<br /><br />Kenyataannya, dunia penjualan merupakan tempat yang cukup tepat untuk mengasah sikap mental, daya tahan terhadap tekanan, dan juga dalam mengelola kecerdasan emosi untuk bisa membina hubungan baik dengan banyak orang lain, baik itu teman sekantor maupun pelanggan. Secara jenjang karir pun cukup jelas, dimana kinerja seorang sales bisa diukur dengan jelas dari pencapaian target yang dibebankan. Dari segi pendapat pun cukup menggiurkan karena penghasilan tidak hanya diperoleh dari gaji pokok, tapi penghasilan lebih besar didapat dari insentif, bonus, atau komisi.<br /><br />Bahkan secara idealisme, profesi sales pantas dibanggakan juga. Bagaimana tidak, coba kita runut dengan analisa logika seperti ini, pendapatan negara sebagian besar diperoleh dari pajak, subyek pajak badan usaha member porsi yang cukup besar dibandingkan pajak yang dikenakan kepada individu. Dan dalam laporan keuangan perusahaan atau badan usaha, pajak diperoleh dari persentase (tarif pajak) di kali laba yang diperoleh. Laba sendiri diperoleh dari hasil selisih penjualan dikurangi biaya pokok dan biaya operasional lainnya. Jadi jelas lah sudah kalau penjualan menjadi pembentuk utama bagaimana laba bisa diperoleh. Dan kalau berbicara tentang penjualan, peran sales lah yang cukup dominan untuk transaksi itu bisa terjadi. Jadi seorang sales sebenarnya telah banyak memberi sumbangsih cukup besar pendapatan kepada negara walaupun secara tidak langsung.<br /><br />Terakhir, menghadapi ketatnya persaingan hidup di masa depan, rasanya tidak berlebihan kalau kemampuan menjual menjadi keterampilan yang cukup dibutuhkan. Yang pertama adalah kemampuan untuk menjual, artinya menjual produk apapun yang dipegangnya. Dan kalau pun kita tidak mempunyai hal tersebut, paling tidak kita bisa menjual kemampuan yang kita miliki, apapun profesi kita. Karena dengan kemampuan ini kita bisa menjadi dokter yang lebih banyak pasiennya dibandingkan dokter lain, pengacara yang lebih terkenal dari pengacara yang lain, auditor yang lebih handal dari auditor yang lain dan banyak lagi yang lainnya…Dan bagi saya menjadi sales salah satu cara untuk bisa hijrah dari kuadran kiri ke kuadran kanan..semoga dimudahkan….<br /></span></div>Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-72618319869738214612011-03-04T05:53:00.000-08:002011-03-04T18:13:59.911-08:00Bahagia dan kaya, untuk siapa?<div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiir-21N79n9GFCsb_AbQ0Ak640VJhAGKGtcYrKxBIfshmmrzgpT07fvBHPWiVd1ox5I6-vP-bFS9o4fuq1A9o777Ay09_mn-pvTDV6o2CzajQ76GEY_7tAqZW-FDbqzZItTeZjYRiFlbc/s1600/01_BAHAGIA.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 181px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiir-21N79n9GFCsb_AbQ0Ak640VJhAGKGtcYrKxBIfshmmrzgpT07fvBHPWiVd1ox5I6-vP-bFS9o4fuq1A9o777Ay09_mn-pvTDV6o2CzajQ76GEY_7tAqZW-FDbqzZItTeZjYRiFlbc/s200/01_BAHAGIA.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5580226380472459138" border="0" /></a>"Saat anda sedang dekat dengan seseorang, mana yang akan anda pilih, <span style="font-weight: bold;">"SESEORANG YANG MEMBUAT ANDA YAKIN BAHWA DIA ORANG HEBAT ATAU SESEORANG YANG MEMBUAT ANDA YAKIN BAHWA ANDA PUN ORANG HEBAT</span>." Mana yang akan anda pilih? "<br /></div><div align="justify"><br />Saya awali <span style="font-style: italic;">note</span> ini dengan ungkapan yang cukup menarik yang diucapkan oleh salah satu motivator Indonesia. Ucapan itu rasanya semakin kontektual dengan beberapa kejadian yang saya alami. Godaan untuk menunjukan siapa kita rasanya semakin kuat, apalagi saat kesuksesan kian mendekati kita. Rasanya ingin semua orang tau kalau kita ini orang hebat, punya harta banyak, jabatan tinggi. Tak puas rasanya kalau orang belum tau raihan kita. Dalam pribahasa sunda "asa aing uyah kidul". Muaranya cuma satu, yaitu pengakuan dari orang lain.<br /><span class="fullpost"><br /><br />Banyak yang tak sadar kalau ternyata apa yang kita lakukan, untuk menunjukan kelebihan kita ternyata tak jarang membuat orang lain merasa iri. Bahkan yang lebih parah justru membuat orang lain merasa inferior dengan dirinya sendiri. Imbasnya mereka akan merasa kalah dan tidak semangat lagi dalam hidup. Karena apa yang kita capai akan menjadi pembanding yang cukup sulit untuk disamai bahkan didekati. Lantas pertanyaannya buat apa <span style="font-style: italic;">dong </span>kesuksesan yang kita dapatkan dan kita bangga-banggakan selama ini?<br /><br />Mengapa kita begitu menggebu untuk mengumpulkan banyak harta. Terobsesi untuk menaikan derajat dengan naik pangkat. Kalau ternyata apa yang kita dapatkan itu tidak berimbas atau tidak memberi manfaat buat banyak orang. Bukankah sejak dulu agama mengajarkan "khairunnas anfa'uhum linnas" bahwa sebaik baik manusia adalah yang banyak manfaatnya. Lalu buat apa harta yang banyak kalau tidak bisa membantu orang yang sedang kesusahan. Buat apa pangkat yang tinggi kalau ternyata tidak memberi dampatk positif buat orang lain.<br /><br /><br />Tak ada salah dengan menjadi kaya. Dan tak ada yang keliru bila ingin bahagia. Yang jadi masalah adalah, sudahkah anda merencanakan untuk mengikutsertakan kebahagiaan orang lain dari kebahagiaan yang ingin anda capai? Dan dalam rencana kesuksesan, sudahkah anda memasukan rencana untuk membuat banyak orang sukses juga? Kalau belum...periksa kembali rencana anda. Karena bahagia dan kaya kalau hanya untuk sendiri.... buat apa?<br /><br /><br /></span></div>Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-38848483092813825402010-11-17T07:23:00.000-08:002011-03-04T06:29:35.936-08:00KESEMPATAN ITU MASIH ADA !!!<div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQGiODQkghPAIdya-IjnWUg8rQkXDj_VGEEAMKw8WlYVVkdh2LfDkQoQonj1o2lAnp76WrnFvD48M9VMzLr1rheZOA4Qbi6KtQy1rk7UFI7HxHzbqYr72GIgQgJ9NZyhruoxNe46hdYNQ/s1600/hope.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 180px; height: 135px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQGiODQkghPAIdya-IjnWUg8rQkXDj_VGEEAMKw8WlYVVkdh2LfDkQoQonj1o2lAnp76WrnFvD48M9VMzLr1rheZOA4Qbi6KtQy1rk7UFI7HxHzbqYr72GIgQgJ9NZyhruoxNe46hdYNQ/s200/hope.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5540548560056518370" border="0" /></a>“Dalam bahasa Inggris kata kesempatan adalah opportunity, inisial huruf O di depan kata, bukannya tanpa makna, itulah kenapa dalam kata <span style="font-style: italic;">yesterday</span> (kemarin) tidak terdapat huruf O, karena memang hari kemarin sudah berlalu, tak ada kesempatan lagi untuk dirubah, Berbeda dengan kata <span style="font-style: italic;">Today</span> (sekarang/hari ini), terdapat 1 huruf O, itu karena kita punya 1 kesempatan untuk yang harus dimanfaatkan, dan jangan takut, dengan berapa besarnya kesalahan yang kita perbuat kemarin dan hari ini, bila kita punya hari esok (<span style="font-style: italic;">Tommorow</span>), itu karena kita punya banyak O (<span style="font-style: italic;">opportunity</span>) untuk merencanakan dan melakukan perubahan”<br /></div><div align="justify"><br />Kalimat bijak itu tak sengaja aku baca di bbm-ku, karena saat itu masih pagi buta, makanya aku tak sempat mencerna maknanya, karenanya aku berlalu ke kamar mandi untuk melakukan hajatku. Penasaran dengan maksud kalimat itu, aku coba baca kembali isi bbm dengan seksama. Akhirnya aku tersenyum simpul, setelah aku pahami maksudnya dan setelah tau siapa yang mengirimnya. Pesan itu sengaja dikirim oleh bos-ku, sebagai “sarapan pagi”, sebelum aku berangkat kerja. Maklum saja sebagai seorang sales, aku dituntun untuk terus memelihara api semangat itu agar tetap membara. Karena kesempatan akan terbuka lebar saat ini dan esok hari.<br /><span class="fullpost"><br />Dalam perjalanannya, aku pikir kalimat itu semakin kontektual dengan beberapa kejadian yang sering kita alami. Tak jarang kita tak bersemangat lagi, dan menyesali dengan apa yang sudah terjadi/apa yang sudah diperbuat. Seolah semuanya sirna gara-gara kita melakukan satu kesalahan dan kegagalan. Dunia seperti mau kiamat, matahari seakan tak akan terbit lagi, semua sinar pencerahan terhalangi oleh kesalahan yang sudah kita perbuat. Makanya tak heran ada diantara kita yang menyikapi kondisi ini dengan sikap putus asa dan penuh penyesalan.<br /><br />Padahal kalau kita benturkan apa yang kita alami dengan kalimat di atas. Tak ada alasan kita untuk patah semangat dan putus asa. Ya…hari kemarin..hanya sebuah kenangan, tak ada yang bisa kita rubah, seperti pepatah “nasi sudah menjadi bubur”. Tanpa kita sadari, kita ternyata masih punya hari ini, artinya kita punya kesempatan untuk melakukan perbaikan dari kesalahan yang telah kita perbuat. Dan tentunya terakhir kita harus tetap optimis dan semangat, untuk menyambut hari esok, karena yakinlah, akan banyak kesempatan yang datang.<br /><br />Penyesalan dan ratapan saja tak akan membantu menyelesaikan apa-apa. Justru jadikan kegagalan hari kemarin sebagai batu loncatan untuk melakukan perbaikan diri. Bahkan John C Maxwell (Pakar Kepemimpinan Dunia) pernah berpesan jangan takut dengan banyaknya kegagalan yang kita alami, dia berceloteh ‘tak peduli berapa banyak susu yang anda tumpahkan, yang penting anda masih mempunyai sapinya” artinya selagi kita masih punya semangat dan optimisme kita akan bisa tetap survive.<br /><br />Dalam banyak hal, justru sering kita lihat, orang yang berhasil dan sukses. Orang yang sebelumnya banyak melakukan kesalahan dan kegagalan. Itu karena mereka mampu bangkit dari kesulitan itu. Seperti pepatah “nahkoda yang hebat, tidak akan lahir dari ombak yang tenang”. Artinya seseorang yang hebat dan menjadi pemenang adalah orang yang mampu mengatasi banyaknya kesulitan dan hambatan.<br /><br />Satu hal yang penting dan tak boleh diabaikan adalah, ada kalanya semangat itu redup, bahkan padam, lalu bagaimana caranya agar itu menyala dan membara terus ? Salah satu caranya, yang coba saya resapi dari nasehatnya Pak Mario teguh “ jadikan diri anda bernilai pada orang-orang disekitar anda (orang yang kita cintai)”. Karena saat semangat kita mulai meredup, atau kita lagi dalam kondisi lemah….Maka merekalah yang akan menguatkan kita. Karena mungkin bagi dunia kita hanyalah seseorang, tapi bagi mereka, kitalah dunianya…..So bersemangatlah…..KESEMPATAN ITU MASIH ADA!!!<br /><br /></span></div>Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-45127452282881550162010-06-07T09:03:00.001-07:002011-03-04T06:29:07.987-08:00JADILAH PRIBADI YANG MUDAH BERTEMAN<div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZnTSDhyphenhyphenMfxFxq9LyjCtUAfSHUvLRXN2JdWMeuHU-FiUD5Uxvutcio5YAuFN4lOdb_1q4O7lQ6962xbVSz75sj38O6C6QfK41iqPE-_s_mxfeKp86laNmtS08uM5TTNPck1ef1MT0fILY/s1600/ramah.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 153px; height: 162px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZnTSDhyphenhyphenMfxFxq9LyjCtUAfSHUvLRXN2JdWMeuHU-FiUD5Uxvutcio5YAuFN4lOdb_1q4O7lQ6962xbVSz75sj38O6C6QfK41iqPE-_s_mxfeKp86laNmtS08uM5TTNPck1ef1MT0fILY/s200/ramah.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5480069907436672658" border="0" /></a>Sudah sedari dulu memang manusia disebut sebagai mahluk sosial. Pribadi yang membutuhkan bantuan orang lain untuk mencukupi kebutuhannya. Jika kita runut mulai dari awal, pas ketika kecil dulu, untuk sampai bisa menjadi berjalan sendiri, kita perlu bantuan orang tua. Dari mulai belajar merangkak, belajar makan, belajar mandi orang tua-lah yang membantu kita melakukan aktivitas tersebut, sampai pada akhirnya kita bisa melakukannya sendiri.<br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br />Ketika kita beranjak dewasa, dimana kebutuhan kita semakin komplek, maka tambah banyak pula kita dipaksa untuk berinteraksi dengan orang lain. Mungkin saat kita kecil, kita hanya bergaul dengan teman kecil kita satu komplek atau tetangga rumah. Tetapi menginjak sekolah dasar, kita berteman dengan jumlah yang lebih banyak, dan dengan banyak karakter. Begitu seterusnya saat kita kuliah sampai kerja kita dihadapkan dengan pergaulan dengan orang-orang yang lebih majemuk dari mulai berbeda suku, agama, budaya, bahasa, bahkan negara. Semakin luas ruang lingkup kita, entah semakin tinggi jabatan atau banyaknya orang yang dilayani, semakin banyak pula kita harus mengerti dan memahami karakter orang-orang tersebut.<br /><br />Kemampuan untuk bisa mudah bergaul dengan orang lain dan gampang mendapat teman, tidak serta merta turun dari langit sebagai sebuah bakat. Bahwa memang ada sebagian orang yang sejak kecil senang berbicara atau terlihat extrovert, itu tidak lantas menjadi penentu untuk bisa sukses dalam bergaul dan mempunyai banyak teman. Atau ada mungkin dari kita atau teman kita, yang sejak kecil sangat pendiam. Bicara hanya ketika ditanya, ngomong seperlunya, dan lebih banyak membisu. Lantas pertanyaannya apakah tipe orang model begitu bisa mudah bergaul dan mendapatkan banyak teman?<br /><br />Sejatinya, yang namanya bergaul dan berteman pasti akan terjadi interaksi antara kita dengan orang lain. Dalam proses interaksi itu pasti ada komunikasi, baik verbal maupun non verbal. Komunikasi verbal erat kaitannya dengan ucapan, perkataan dan tutur bahasa yang kita gunakan, sedangkan non verbal berhubungan dengan bahasa tubuh dan gerak gerik tubuh kita saat komunikasi. Kecerdasan emosional menyebut itu sebagai keterampilan intrapersonal, keterampilan untuk membina hubungan baik dengan orang lain atau keterampilan yang digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain.<br /><br />Lalu artinya apa?…artinya adalah yang namanya mudah bergaul, agmpang berteman dan memiliki acceptabilitas yang tinggi, itu semua adalah keterampilan. Bagaimanapun sulitnya, yang namanya keterampilan pasti bisa dilatih. Konteknya dengan pernyataan di atas, orang yang pendiam sekalipun, bila terus berusaha berlatih dan membuka diri untuk bisa menerima orang lain, pasti akan bisa mudah juga mendapatkan teman. Kemampuan membina hubungan baik dengan orang akan semakin baik seiring dengan banyaknya orang yang kita temui dengan berbagai macam karakternya.<br /><br />Mulai sekarang, jadilah pribadi menarik, yang kehadiran kita ditunggu oleh banyak orang lain. Pastikan ada sesuatu yang kurang kalau kita tidak bersama mereka, jadilah pribadi pembeda yang selalu membawa keceriaan dalam setiap pertemuan. Tunjukan kalau kehadiran kita bukan merupakan ancaman bagi mereka, tapi justru akan memberi manfaat dan keceriaan. Bukankah manusia terbaik juga yang banyak manfaatnya?<br /><br />Berusahalah untuk menjadi pribadi yang menyenangkan. Pribadi yang senantiasa menyunggingkan senyum ketika bertemu. Ramah terhadap siapapun yang ditemui, hormat pada atasan dan yang lebih tua, pribadi yang asik untuk diajak untuk MKLL (Minum Kopi Lambat-Lambat), karena kalau tidak panas-panas pun orang lain akan cepat habiskan agar bisa meninggalkan kita.<br /><br />Terakhir, saya percaya, bahwa dalam hidup, untuk bisa mencapai sukses. Pada dasarnya kita sedang menunggu untuk ditemukan orang lain. Karena kenyataannya, tidak jarang sebuah deal bisnis, dan kerjasama dalam usaha terjadi lewat pergaulan dan pertemanan yang sudah kita jalin. Tentu sembari kita menunggu untuk ditemukan oleh orang lain, kita juga tidak henti-hentinya mengasah kemampuan dan potensi apapun keterampilan dan profesi kita sekarang. Bersiap-siaplah untuk menjadi, karena ganjaran bagi orang yang sudah siap….ya menjadi (jadi). Semangat Sukses Selalu!!!<br /></span></div>Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-65652664226056787632009-11-13T22:33:00.000-08:002011-03-04T06:28:48.022-08:00Bahagia Tanpa Syarat<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6i-zdhTb7s8-Auft4aebeuLbadNkGg1GMGenQUne3cy6U8Yn69sIQbVFeQ5lKTOr2iJn-7Uih9Vs-Bx_PBj3nu8l6nBGgCLMSutNw28CvSQQKGxVU0p-TXgId2CpGGd4Grhk7LeCQ7nI/s1600-h/fly_by_brvno1.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 147px; height: 196px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6i-zdhTb7s8-Auft4aebeuLbadNkGg1GMGenQUne3cy6U8Yn69sIQbVFeQ5lKTOr2iJn-7Uih9Vs-Bx_PBj3nu8l6nBGgCLMSutNw28CvSQQKGxVU0p-TXgId2CpGGd4Grhk7LeCQ7nI/s200/fly_by_brvno1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5403844882177317474" border="0" /></a><div align="justify">Tulisan ini saya mulai dengan cerita tentang seorang tokoh bernama Nasrudin. Pada suatu hari, Nasrudin mencari sesuatu di halaman rumahnya yang penuh dengan pasir. Ternyata Nasrudin sedang mencari jarum. Melihat Nasrudin yang sedang kebingungan, tetangganya merasa kasihan, akhirnya ia ikut membantu untuk mencari jarum tersebut. Tetapi setelah sekian lama mereka mencari, jarum itu tidak ditemukan juga.<br /><br />Dengan nada penasaran, tetangganya bertanya “memang jarumnya jatuh dimana?”. Dengan enteng Nasrudin menjawab “jarumnya jatuh di dalam”. Lalu tetangganya bertanya lagi “kalau jatuhnya di dalam kenapa mencarinya di luar?”. Nasrudin menjawab dengan ekspresi tanpa dosa ”karena di dalam gelap, di luar kan terang”<br /><br /><span class="fullpost"><br />Cerita di atas bisa menjadi cermin bagi kita, seperti itulah yang sering kita lakukan untuk mencari kebahagiaan dalam hidup. Sering kali kita mencarinya di luar, sehingga akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Sedangkan daerah dimana kebahagiaan itu bias ditemukan justru luput dari pantauan kita.<br /><br />Terlalu sering kita larut dalam perbandingan diri kita dengan orang lain. Yang Nampak seolah-olah adalah rumput halaman orang lain selalu lebih hijau. Seakan hati tidak terima kalau tetangga, teman atau saudara kita mendapatkan pencapaian yang lebih baik dari kita. Berat rasanya hati untuk bisa bahagia kalau melihat hal tersebut. Apalagi bila ingat masa lalu posisi mereka di bawah kita, baik secara intelektual dan materi.<br /><br />Ada lagi satu hal yang berbahaya dan bisa menyebabkan seseorang susah bahagia maupun mencapai kesuksesan. David J Schwartz menyebutnya itu sebagai penyakit dalih, banyak diderita oleh orang yang tidak bahagia dan tidak sukses. Karena semakin banyak syarat yang kita tentukan untuk bahagia maka akan semakin sulit bagi kita untuk bahagia. Semisal, kita akan merasa bahagia kalau sudah punya rumah sendiri, sehingga kita bisa tenang untuk menempatinya. Nyatanya setelah kita punya rumah, kita juga tidak lantas bahagia karena kebahagiaan kita sudah berbeda lagi ukurannya. Begitu seterusnya sampai kita tidak pernah menemukan kebahagian karena syarat yang kita tetapkan terlalu banyak.<br /><br />Padahal mungkin kebahagiaan itu tidak jauh dari diri kita, Cuma terkadang banyak orang tidak sadar dengan itu. Coba kita tengok akan diri kita sekarang!!! Apa yang kurang dari kehidupan kita sekarang? Hidup ditemani orang-orang yang sangat menyayangi kita. Ada orang tua yang bekerja keras banting tulang hanya untuk membahagiakan kita sebagai anaknya. Ada saudara yang akan membantu kita kalau kita mendapat kesusahan. Ada sahabat yang bisa kita ajak berbagi persoalan dalam hidup, seberat apapun itu. Dan bagi kita yang sudah punya amanah berupa anak, jaga dan rawat dengan baik, bukankah tawanya, candanya atau mungkin tangisnya bisa membuat kita bahagia.<br /><br />Jadikan semua itu menjadi sumber kebahagiaan kita. Merekalah tempat kita untuk kembali ketika kita dihadapkan kesulitan dalam hidup. <span style="font-style: italic;">So</span> mulai sekarang, bersyukurlah atas apa yang sudah diberikan Tuhan kepada kita, berupa orang-orang terbaik yang akan menemani kita. Mereka lebih berharga dari materi yang kita punya. Tak ada alasan lagi untuk tidak bahagia…optimislah anda memiliki semuanya….maka berbahagialah..<br /> </span> </div>Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-45184280300045956992009-07-27T01:24:00.000-07:002009-09-12T02:43:28.129-07:00MENANTI KEAJAIBAN ITU TIBA<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMzc_KhNpwixE4xt3VGtAVEEnRUd9DJG6nWIEZ37O0heKTwbfCE0F-jXP39_Qtu4zxlbayu-CLrHSxiPyX6CyzmOA_9JDqnXXVps4Kn7jSaalb5g_XqF0KHqtyglDaGury3DHA7RwAYzE/s1600-h/Pohon_Kelapa.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 161px; height: 128px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMzc_KhNpwixE4xt3VGtAVEEnRUd9DJG6nWIEZ37O0heKTwbfCE0F-jXP39_Qtu4zxlbayu-CLrHSxiPyX6CyzmOA_9JDqnXXVps4Kn7jSaalb5g_XqF0KHqtyglDaGury3DHA7RwAYzE/s200/Pohon_Kelapa.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5363059657837919762" border="0" /></a>“<span style="font-style: italic;">Keajaiban itu lahir dari ibu yang bernama kesulitan dan ayah yang bernama upaya</span>.” <span style="font-weight: bold;">Mario Teguh</span>.<br /><br /><div style="text-align: justify;">Hampir seluruh negara didunia saat ini sedang dilanda krisis ekonomi global. Krisis yang bermula dari negara adikuasa Amerika Serikat telah merusak stabilitas ekonomi dihampir seluruh negara. Layaknya seperti virus, krisis ekonomi ini cepat menyebar ke seluruh belahan penjuru dunia. Indonesia pun tidak luput dari serangan ‘virus’ yang membahayakan ini. Bila ini tidak cepat diatasi, kondisi ini akan berpengaruh terhadap kesetabilan perekonomian kita. Pemerintah harus berupaya sekuat tenaga untuk bisa membendungnya, paling tidak, derasnya laju hantaman krisis ekonomi global bisa ditahan agar dampaknya tidak semakin parah.</div><br /><br /><span class="fullpost"><br /><div style="text-align: justify;">Dalam kondisi krisis, masyarakat lapisan bawah (<span style="font-style: italic;">Wong Cilik</span>) akan menjadi pihak yang sangat terpukul apabila pemerintah gagal mengatasi kondisi ini. Carut marut yang selama ini meraka rasakan akan semakin bertambah pelik dengan datangnya krisis. Alih-alih bisa bisa keluar dari kemiskinan yang sudah dirasakan sejak lama, justru makin terpuruk oleh keadaan.<br /><br />Kondisi ekonomi di seluruh dunia memang sulit, tapi mari kita coba dari sudat pandang yang bisa lebih mencerahkan. Coba kita sedikit flashback pada masa-masa dimana kita dihadapkan pada kesulitan. Tentu kita masih ingat betul krisis ekonomi yang menimpa pada negara kita ditahun 1998. Tapi akhirnya lambat laun kesulitan itu bisa diatasi, dan kita bisa beradaptasi serta akhirnya keluar dari kondisi sulit itu.<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Begitu juga dalam kehidupan pribadi, kita pernah berkali-kali menghadapi kesulitan dan ujian dalam hidup. Tapi coba kita lihat sekarang, kita masih ada dan masih berdiri kokoh dalam melewati setiap kesulitan yang datang. Selama matahari hari masih terbit dari timur dan tenggelam dari barat, selama embun pagi masih menetes dipagi hari, dan selama raga ini masih bisa bernafas, kita masih mempunyai kesempatan untuk bisa merubah keadaan dengan semangat pantang menyerah dan berusaha untuk keluar dari kesulitan. Yakinlah bahwa sesungguhnya setelah kesulitan, pasti akan datang kemudahan. Mengutip ucapan <span style="font-weight: bold;">Gede Prama </span>“ketika kita sedang dilanda kesedihan, percayalah bahwa di ruang tamu ada yang sedang menunggu, yaitu kebahagiaan.”<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Sebetulnya ketika kesulitan datang, itu pertanda bahwa cara-cara yang kita gunakan sudah tidak tepat lagi. Karena kalau apa yang kita lakukan benar, pasti kita tidak akan bertemu dengan kesulitan itu. Kalau kita ikhlas dan sadar menerima itu berarti setiap kesulitan adalah perintah agar kita menyegerakan pembaharuan diri. Bagi orang yang melihat bahwa setelah kesalahan akan datang hukuman, maka kesulitan yang datang akan dianggap sebagai sarana untuk menghukum dirinya, dampaknya dia akan bersedih hati dan mengulangi kesalahannya. Tetapi bagi orang yang menganggap setelah kesalahan akan datang hadiah dari disadarinya kesalahannya, maka dia akan memperbaiki dirinya dengan ikhlas.<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Tuhan kadang menempatkan kita pada posisi yang sangat sulit, agar kita menyadari bahwa tidak ada yang sulit bagi Dia. Kita sering tidak berserah kepadaNya sampai kita tidak memiliki apa-apa. Dalam kondisi sulit yang dialami hampir seluruh negara di dunia, yakinlah itu hanya masalah yang bersifat statistik, dan ketika kita berbicara statistik, maka hitungannya akan rata-rata. Tapi dalam kondisi sesulit apapun yakinlah bahwa rejeki itu bersifat pribadi, apapun kesulitan yang kita alami dalam masalah ekonomi, kita harus tetap bersemangat dan berpikir positif, jadi disaat orang lain mengeluh, merintih, meratap dan menyalahkan kepada banyak hal, ini kesempatan kita untuk berdoa dan berusaha dengan keras, maka hal itu akan menjadi pembeda kita dengan orang lain di hadapan Tuhan. Sehingga dalam ekonomi yang sulit, rejeki kita tetap pribadi dan berbeda dengan orang lain, maka perbaikilah hubungan pribadi kita agar kita semakin dekat denganNya. Yakinlah bahwa ketika Tuhan berpihak pada kita, tidak ada yang tidak mungkin.<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Karena Tuhan akan memberi rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka dan hanya dengan upaya maka kita akan bisa merubah nasib maka mulai dari sekarang berusahalah lebih keras lagi. Pantaskanlah diri kita untuk bisa mendapatkan apa yang pantas kita dapatkan dengan cara melakukan hal-hal yang sekarang kita anggap kecil dengan kesungguhan yang besar. Dalam kondisi sesulit apapun cobalah berdiri lebih gagah, duduk lebih tegak, mengangguklah lebih anggun dan tersenyumlah lebih ramah. Kalau kita memilih menjadi pribadi yang pantas mendapatkan keajaiban, bukan hanya keajaiban itu yang akan datang pada kita, tapi kita akan menjadi pengundang keajaiban bagi diri dan lingkungan kita. Bila kita percaya maka kita akan melihatnya.<br /></div><br /></span>Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-10860175255114081282009-06-01T02:34:00.000-07:002009-09-12T02:44:05.998-07:00HIDUPLAH DALAM KEHIDUPANMU<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGy3CYRzXhrQ6nxt2RgH0CsSwm1uUS2gcQ0p8j71IbSnUx3uXgJR44HkH3ee2w5A2i0W4m0auNdeLxsLzRzF74aQFWX8u1hFqhCtREUoybu4Pgyv32F4ofPqvNp2bP1KjmZEYIP7avQQg/s1600-h/happiness.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 190px; height: 127px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGy3CYRzXhrQ6nxt2RgH0CsSwm1uUS2gcQ0p8j71IbSnUx3uXgJR44HkH3ee2w5A2i0W4m0auNdeLxsLzRzF74aQFWX8u1hFqhCtREUoybu4Pgyv32F4ofPqvNp2bP1KjmZEYIP7avQQg/s200/happiness.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5380509042261239090" border="0" /></a>“<span style="font-style: italic;">Dalam hidup ada kehidupan. Kita harus mampu menghidupkan kehidupan ini agar kita bisa benar-benar hidupdalam menjalani hidup kita. Setelah kita benar-benar hidup, kita dapat menghidupkan kehidupan orang lain sehingga hidup kita tidak sekedar hidup-hidupan</span>.”Adi W. Gunawan<br /><div style="text-align: justify;"><br />Tulisan ini saya mulai dengan untaian kata filosofis yang didapat dari salah satu buku best seller milik Adi W. Gunawan. Dia salah satu guru imajiner dari sekian banyak orang-orang hebat yang saya kagumi, dia sendiri senang menyebut dirinya sebagai Re-Educator dan Mind Navigator. Ucapan dalam buku dia tersebut jelas cukup menggelitik saya untuk bisa merenungkan kembali dan bertanya pada diri tentang apa itu hidup? Mengapa saya hidup? Untuk apa saya hidup?<br /><span class="fullpost"><br />Mencoba menjawab pertanyaan tersebut di atas dengan menggunakan pendekatan akademis yang tersisa dari proses pendidikan di kampus dulu semasa kuliah, hasilnya ternyata masih belum bisa menjawab pertanyaan sesulit itu. Maklum selama dikampus dosen saya banyak mengajarkan tentang pengetahuan dan keterampilan teknis yang masih bersifat semu dan maya. Konsekuensi logisnya tidak mengherankan jika saya masih bingung dalam menghadapi dunia yang riil dan tidak jarang saya merasa terasing dengan diri sendiri.<br /><br />Sistem pendidikan yang ada sekarang masih belum mampu untuk bisa menghasilkan lulusan yang bisa menjawab pertanyaan diatas. Apalagi untuk menghasilkan lulusan yang mempunyai kualitas dan mental yang kuat, serta menghasilkan manusia-manusia yang bijak dan bisa bermanfaat buat sesama. Maka dalam kontek ini tidaklah mengherankan kalau Topatimasang (1998) mengatakan bahwa pendidikan tidak ubahnya seperti candu yang memabukan, membuat banyak orang terlena dan terbius sehingga tidak bisa mengenal realitas yang ada disekitarnya. Tentunya ini bertolak belakang dengan apa yang inginkan oleh salah satu tokoh pendidikan dunia yaitu Paulo Freire yang berpendapat bahwa tujuan akhir dari upaya proses pendidikan adalah memanusiakan manusia (humanisasi) yang berarti pemerdekaan atau pembebasan manusia dari situasi batas yang menindas dari kehendak kita.<br /><br />Dalam prakteknya pendidikan yang kita dapat selama ini belum mengakui sepenuhnya bahwa manusia itu sosok yang unik, artinya sosok yang satu akan berbeda dengan sosok yang lain. Buktinya untuk bisa mengukur kecerdasan seseorang masih saja menggunakan kecerdasan tunggal yaitu kecerdasan inteletual, dengan melihat dari ketrampilan menghitung, merinci, dan menganalisis. Tidak heran kalau nilai raport dan IPK (Indek Prestasi Kumulatif) menjadi ukuran kebanggaan yang mutlak bagi anak didik dan orang tua sehingga tidak jarang banyak yang menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan nilai yang bagus. Hal inilah yang menyebabkan Adi W. Gunawan mengatakan dengan bahasa provokatif disalah satu artikelnya bahwa sekolah hanya dirancang untuk menghasilkan orang-orang gagal.<br /><br />Dalam kehidupan ini, ternyata secara tidak sadar kita sering merasa minder dengan kelemahan yang dimiliki. Dan celakanya proses itu muncul dari interaksi dengan lingkungan terdekat kita. Lingkungan dalam keluarga, pertemanan dan sekolah sering menjadi titik awal rasa minder dan lemah itu muncul. Sebagai contoh kecil, ketika kita dulu sekolah pernah mengalami kesulitan dengan salah satu pelajaran, semisal bermasalah dengan pelajaran matematika. Ketidakmampuan kita dalam menyelesaikan soal-soal matematika membuat kita berpikir bahwa ”Akulah anak paling bodoh di kelas ini!” atau ”Akulah siswa yang pantas gagal!”. Bahkan tidak jarang ucapan yang bernada pengecilan terhadap kemampuan anak itu berasal dari orang tua dan guru.<br /><br />Kondisi di atas bila dipelihara terus akan sangat berbahaya, ini akan menyebabkan seseorang terpenjara mentalnya seumur hidup. Karena ketika persepsi ketidakmampuan kita terus dipelihara, bahkan didukung oleh lingkungan terdekat kita, maka lama kelamaan ini akan menjadi belief system yang akan mengakar kuat, sehingga pada akhirnya akan menempel dan mengendap pada alam bawah sadar kita. Keadaan ini akan membelenggu dan membenamkan setiap potensi besar kita untuk diaktualisasikan. Jelas kalau sudah pada tahap ini tidak mudah untuk “disembuhkan”. Memerlukan upaya yang cukup keras dan lumayan rumit untuk bisa mengembalikan pada kondisi semula. Ibarat sebuah komputer yang sudah terkena virus ganas, maka harus cepat-cepat diinstal ulang, dengan menghilangkan program-program lama diganti dengan yang baru.<br /><br />Berbicara masalah cerdas atau tidak cerdasnya seseorang, jawabannya mungkin ada pada hasil penelitian Howard Gardner, dia menemukan bahwa dalam diri seseorang terdapat kecerdasan majemuk, artinya terdapat beberapa kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Beberapa jenis kecerdasan tersebut adalah linguistic, logical-mathematical, bodily-kinesthetic, spatial-visual, musical, intrapersonal, dan interpersonal. Penemuan tersebut disempurnakan oleh Daniel Goleman dengan hasil penelitian yang cukup menggemparkan dan merubah tatanan nilai yang dianut serta dipercaya sebelumnya, dia mengatakan bahwa kecerdasan intelektual hanya berpengaruh 20% terhadap kesuksesan dalam hidup. Selebihnya itu ditentukan oleh kecerdasan lain yaitu kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional itu sendiri merupakan kemampuan untuk memahami diri sendiri sehingga bisa memahami orang lain dan bisa membina hubungan baik dengan orang lain. Kecerdasan inilah yang sangat dibutuhkan seseorang dalam menghadapi kesulitan dalam hidup.<br /><br />Hanya saja sangat disayangkan, karena banyak orang yang tidak mengetahui dan menyadari hal ini. Kelemahan yang kita miliki telah membutakan mata hati kita untuk mengali potensi dan kekuatan yang telah diberikan Tuhan pada kita. Kita sering fokus untuk membanding-bandingkan kelemahan kita dengan kelebihan yang dimiliki orang lain. Mengutip ucapan Mario Teguh bahwa ketika kita berfokus pada satu hal, maka kita akan tumbuh pada hal tersebut. Jadi ketika hanya berfokus pada kelemahan yang dimiliki hasilnya kita akan semakin menyesali diri dan merasa inferior. Sehingga ketika kesulitan datang, kita sudah buru-buru mengatakan bahwa kita tidak mampu, ini terlalu berat buat kita, ini tidak mungkin untuk diselesaikan. Ketika perasaan ini muncul, maka sebenarnya kita telah mati dalam kehidupan ini.<br /><br />Kembali pada ucapan indah diatas, ternyata banyak diantara kita belum benar-benar hidup dalam kehidupan, ini bisa dilihat dengan belum maksimalnya atau bahkan masih terkuburnya potensi besar dalam diri kita. Jelas ini tugas kita untuk bisa membangunkan setiap kemampuan terpendam yang masih tertidur, dengan harapan kita akan semakin merasa percaya diri dan bersyukur pada Tuhan karena telah diberi kemampuan sehebat ini. Sehingga tugas kita tinggal satu lagi, yaitu memberi manfaat dari kehadiran kita dengan membantu dan menolong orang lain untuk bisa menghidupkan kehidupannya. Karena ketika kita berhasil membantu orang dalam menemukan dan mengembangkan potensinya, maka kehadiran kita bisa memberi manfaat buat orang lain. Bukankah orang hebat dan terbaik itu, adalah orang yang paling bermanfaat. SALAM SUKSES !!!<br /></span></div>Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-58399132673357518182009-04-05T19:12:00.000-07:002009-09-12T02:42:49.397-07:00SAAT KITA MERASA LEMAH<div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMUBJyBDcELvM1rhUlLXKkCicIFnwwnmCVgjh8pFdmOAmVIxsS3VtxRNfGX9gXu-AfmoboW1aKjanOeNckHweFCdPG6shu1KI50ENT5Om1731gfiO0U7SjWZ06qe0pOIz5gh5VaHEHcVI/s1600-h/stres-pekerjaan.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 127px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMUBJyBDcELvM1rhUlLXKkCicIFnwwnmCVgjh8pFdmOAmVIxsS3VtxRNfGX9gXu-AfmoboW1aKjanOeNckHweFCdPG6shu1KI50ENT5Om1731gfiO0U7SjWZ06qe0pOIz5gh5VaHEHcVI/s200/stres-pekerjaan.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5380512257849719186" border="0" /></a><span>Pernahkan anda mengalami perasaan letih dan tidak berdaya? Tentu perasaan tersebut bukan ditujukan untuk fisik kita melainkan untuk kondisi mental dan jiwa kita. Pertanyaan itu juga muncul dalam benak karena didasari oleh keyakinan bahwa setiap orang pasti pernah merasa atau berada dalam kondisi ini. Karena pentingnya menyikapi kondisi ini, maka saya terpanggil untuk menulis topik ini.</span><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /><span>Adalah suatu hal yang biasa ketika manusia dalam hidupnya dihadapkan beberapa persoalan. Ada sebagian dari kita yang merasa putus asa dan tidak sanggup lagi menghadapi semuanya. Sehingga tidak jarang kita kehilangan semangat untuk hidup di dunia ini. Pikiran kita seolah tak mampu lagi untuk berpikir dengan jernih hanya sekedar untuk mencari solusi atas masalah yang belum menemukan titik temunya.</span><br /><span class="fullpost"><br /><span>Kondisi lemah akibat dari masalah yang belum terselesaikan sebenarnya adalah perintah bagi kita untuk melakukan upaya-upaya yang baru. Karena kalau tindakan atau apa yang kita kerjakan tepat, kita tidak akan mungkin bertemu dengan kesulitan ini. Anggapkan kesulitan yang datang sebagai petunjuk untuk dilakukannya tindakan dan cara-cara yang baru.</span><br /><br /><br /><span>Kadang kita tidak sadar bahwa pada saat kita berada dalam kondisi sulit, itu sebenarnya kita semakin didekatkan dengan datangnya keajaiban. Bukankah keajaiban itu datang dari ibu yang bernama kesulitan dan ayah yang bernama upaya. Karena itulah jadikan setiap kesulitan yang datang untuk dijadikan lecutan agar kita bersemangat lagi dalam melakukan upaya. Karena saat itulah keajaiban itu semakin dimungkinkan oleh yang Maha memungkinkan untuk terjadi. Karena kalau menurut Dia jadi maka jadilah.</span><br /><br /><br /><span>Sebenarnya persoalan akan semakin mudah bila kita hanya mengambil posri yang bisa kita lakukan, selebihnya serahkan semuanya ke Tuhan. Biar dia yang mengambil alih semuanya, kita hanya diwajibkan untuk berusaha. Tetapi kita harus berhari-hati dengan kualitas usaha kita, jangan sampai kita hanya terjebak pada kata usaha, tanpa menghiraukan kualitas dari usaha yang kita lakukan. Bukankan ada janji Tuhan bahwa upaya merupakan pengubah nasib. Maka lakukan setiap upaya dengan keras dan sepenuh hati sehingga itu bisa menjadi tanda buat Beliau untuk menjawab doa kita.</span><br /><br /><br /><span>Perjalanan kehidupan sudah membuktikan bahwa banyak orang-orang besar yang tumbuh dari kesulitan hidup. Kuncinya mereka tidak menyerah pada nasib yang ada. Mereka tidak pernah mengeluh dengan kondisi yang ada, karena mereka melihat ada banyak harapan untuk hidup lebih baik bila berusaha dengan baik, tanpa harus mengandai-andai mendapatkan bantuan dari langit, jadi anak orang-kaya, terlahir di kaum bangsawan atau apapun itu.</span><br /><br /><span>Sekarang lihatlah ke langit, mintalah untuk diberi kekuatan dan kewenangan untuk bisa melewati setiap kesulitan yang ada. Mintalah bahu yang kuat untuk menanggung beban yang lebih berat lagi, jadilah bahu yang kuat untuk menanggung kehidupan banyak orang. Sehingga ketika kesusahan itu datang, akan ada banyak orang yang memberi semangat dan mengharapkan kita untuk bangkit lagi. Sehingga ketika kondisi letih dan lemah pun ada banyak orang yang akan menjadi topangan dan sandaran untuk kita semangat lagi. Selamat Mencoba Ya….</span></span></div>Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-36827577606939092482009-02-23T20:24:00.000-08:002009-09-12T02:38:32.634-07:00KENAPA HARUS BERUBAH???<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2X8DYflJVJRyNMvi9jTk8C_KXvDuHpN5hhrsQBGCbQ4q1H7LdtmMeEL4dJe5VnE1M5I7cNcRivl2FGJEljb-BHRm_bEErsE4n-xutGQ1qltCvpomqugI2bnWPBlDwhLItayxj6etCknM/s1600-h/change.JPG"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 179px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2X8DYflJVJRyNMvi9jTk8C_KXvDuHpN5hhrsQBGCbQ4q1H7LdtmMeEL4dJe5VnE1M5I7cNcRivl2FGJEljb-BHRm_bEErsE4n-xutGQ1qltCvpomqugI2bnWPBlDwhLItayxj6etCknM/s200/change.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5308435306731119058" border="0" /></a><div align="justify">Sebelum mengambil judul ini, saya sempat tersenyum kecil, maklum judul ini mengingatkan saya dengan judul sinetron yang dulu pernah diputar di SCTV. Kenapa Harus Inul??? Itulah sinetron yang pernah melambungkan nama Inul sebagai pedangdut kesohor. Terlepas dari banyak kontroversi yang sempat menghampirinya, toh ending ceritanya kita sudah tahu semua bagaimana inul sekarang.<br /><br />Tentu bukan masalah pribadi inul yang akan saya bahas disini. Hanya untuk mencoba mengkorelasikan antara masalah yang akan saya bahas dengan kondisi riil yang pernah terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Bila melihat kasus di atas, sebenarnya inul lah yang telah merubah kondisi wajah “dangdut” Indonesia menjadi sekarang ini. Dan semua tahu bahwa walaupun kondisi ini menyebabkan banyak kontroversi muncul disana sini, tapi toh akhirnya musik dangdut kita sudah mulai bergeser haluan. Itulah salah satu contoh perubahan, terlepas orang menilainya itu baik atau buruk.<br /><span class="fullpost"><br />Seperti itulah perubahan, pertama kali muncul tidak jarang menimbulkan protes dan perdebatan. Bagi orang yang sudah merasa nyaman dengan kondisi dan sistem yang ada, untuk bisa menerima perubahan sangat sulit. Karena meraka sudah terlampau asyik dengan zona kenyaman yang mereka rasakan, walupun mungkin zona nyaman itu sendiri tidak selalu membuat nyaman. Adakalanya zona ini hanya sebatas kondisi yang sudah mereka ketahui, dan hanya karena mereka sudah tahu inilah sehingga membuat mereka enggan untuk beranjak dari tempat tersebut.<br /><br />Kehidupan selalu ditandai dengan perubahan. Kita bisa melihatnya pada diri kita sendiri. Dulu sewaktu masih bayi, hidup kita tergantung pada orang lain. Kemudian kita menjadi seorang anak yang belajar jalan dan sesekali terjatuh, lalu berlari dengan kedua tangan dan kakinya. Setelah itu menjadi sosok dewasa yang akan menghadapi bermacam-macam persoalan dalam hidup. Kadang kita tertawa dan senang, kadang hidup susah dan menangis.<br /><br />Perubahan adalah pertanda kehidupan. Dalam realitas sosial perubahan sering ditandai dengan adanya ketidaknyamanan atas kondisi sekarang, perubahanan juga selalu menghadirkan asa. Indonesia sempat mengalami seperti itu beberapa kali, salah satunya adalah pada tahun 1998. Ketidaknyaman dengan kondisi yang ada menyebabkan sebagian orang, terutama mahasiswa, menjadi motor dan agen perubahan dalam era reformasi. Walaupun kondisi tersebut harus dibayar mahal dengan matinya beberapa mahasiswa yang tertembak peluru serta kerugian material yang tidak sedikit.<br /><br />Perubahan juga menimbulkan harapan. Meski kadang menakutkan, perubahan ini tentu menjanjikan ekspektasi. Adanya harapan untuk mencapai hidup yang lebih baik yang menyebabkan seseorang berani meninggalkan kondisi lama menuju kondisi yang baru. Tentu walaupun kadang mahal bayarannya, artinya ada banyak rintangan, tantangan serta pengorbanan yang tidak sedikit, tapi tidak membuat sebagian orang gentar. Karena perubahan selalu memberi warna tersendiri dan memberikan iming-iming yang cukup menarik untuk digapai.<br /><br />Mungkin kita bertanya apakah kita masih harus berubah, bila merasa apa yang kita imiliki sudah sesuai dengan yang diinginkan, lalu buat apa perubahan itu?? Masih perlukah?? Jawabannya adalah tentu masih perlu, justru inilah yang dinamakan paradok dari perubahan, dimana perubahan harus dilakukan bukan pada saat kritis, tapi perubahan harus dilakukan pada saat kita sedang berada di atas atau di dalam kondisi yang baik. Agar kita bisa tetap mempertahankan bahkan meningkatkan kondisi dan posisi tersebut tersebut. Karena kalau tidak bisa adaptif dengan perubahan, maka kita akan terseret oleh perubahan tersebut. Jangan sampai ucapan Jim Collins terjadi pada kita, dalam studinya ia pernah mengatakan “Good is the Enemy of Great” bahwa kondisi yang baik (good) adalah musuh yang sering menghalangi kita untuk berevolusi dan memasuki kondisi yang lebih baik (great). Semoga tidak terjebak ….Salam Sukses!!!<br /></div><br /></span>Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-85440102226874253262009-01-16T18:03:00.000-08:002009-09-12T02:39:36.251-07:00SEMANGAT ITU HANYA SESAAT<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4k7Gkw1nWGURJ04iBMtdprDucgxSqZiyR-xZDyi_L0wAo6QYnBJiuqCfPum9X84kqWGpcWdKiaJdwdtexoakjEHlJ2PTEX9i9UqdSG0LIGc4za73QsgftsrpngMfuieI3_Othb6ylKyg/s1600-h/tahun-baru.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 120px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4k7Gkw1nWGURJ04iBMtdprDucgxSqZiyR-xZDyi_L0wAo6QYnBJiuqCfPum9X84kqWGpcWdKiaJdwdtexoakjEHlJ2PTEX9i9UqdSG0LIGc4za73QsgftsrpngMfuieI3_Othb6ylKyg/s200/tahun-baru.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5292102418373685154" border="0" /></a><div align="justify">Sengaja saya menahan hasrat untuk tidak menulis dulu artikel ini di awal bulan januari, sampai saya menemukan suasana hati yang cocok untuk bisa dijadikan landasan dalam tulisan kali ini. Di tengah gegap gempita dan gemuruh suasana tahun baru, ingin rasanya saya larut dalam euforia kesenangan hanya sekedar untuk merayakan detik-detik pergantian tahun. Tak tergambar rasanya semangat yang membara yang menyelinap dalam dada kala itu, guna menyongsong tahun baru, walaupun banyak orang bilang tahun ini merupakan tahun krisis. Tapi <em>toh</em> hal ini tidak menyurutkan banyak orang (termasuk saya) untuk tetap optimis menyambut tahun baru ini.<br /><br />Tidak tahu mengapa ada perasaan <em>sumuringah</em> menjelang datangnya tahun baru, ada semangat baru yang mampir dalam diri untuk bisa melakukan sesuatu yang lebih dari tahun sebelumnya. Beberapa impian, target dan resolusi pun kembali digulirkan untuk bisa dicapai. Walaupun secara tidak sadar ternyata ada beberapa janji lama yang ingin dilakukan, yang sekarang masuk lagi dalam agenda tahun berjalan. Pantas saja kalau Mario Teguh bilang “kadang kita yang menyambut tahun baru ini dengan kesungguhan baru tapi masih dengan janji lama”. Sebagai contoh berapa banyak orang yang berjanji ingin berhenti merokok tapi sampai sekarang tidak bisa. Bahkan yang lucu saya pernah mendengar ada yang berkomitmen untuk mengurangi merokok, lalu dimana letak kesungguhannya kalau janjinya saja masih setengah-setengah.<br /><span class="fullpost"><br />Banyak orang yang merayakan tahun baru, hanya merayakan harinya saja. Tanpa pernah berpikir untuk merubah kemampuan yang dimiliki. Tidak ada transisi mental yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi kesulitan hidup yang semakin komplek. Banyak yang terjebak ke dalam kegembiraan sesaat, dan melupakan permasalahan untuk sementara waktu hanya untuk menyambut tahun baru. Konsekuensinya tidak jarang banyak orang menyambut tahun baru hanya bermodalkan sedikit semangat dan masih dengan kemampuan lama.<br /><br />Kemeriahan tahun baru ternyata tidak berlangsung lama, semangat yang menggelora pun ternyata lenyap tak ketahuan batang hidungnya, ketika kita sudah dihadapkan dengan permasalahan hidup sehari-hari. Semangat kemeriahan tahun baru seolah tak membekas sedikit pun dalam menghadapi hari hari selanjutnya. Rencana, impian dan angan-angan yang sempat disemaipun menguap begitu saja tertelan dalam rutinitas harian yang menjemukan.<br /><br />Lantas kenapa semangat dalam diri ini hanya mampir sebentar ?, seperti halte yang dijadikan tempat peristirahatan sementara untuk menunggu bus datang. Kemana teriakan penuh semangat dan nyaringnya bunyi terompet yang kemarin hadir menyeruak pada saat detik-detik tahun baru, lantas kemana hilangnya optimisme yang menggunung waktu itu….Sedemikian besarkah angin yang meniup, sampai-sampai semuanya tersapu begitu saja. Dimana letak kesalahan dari semua ini???<br /><br />Tanpa harus menanya rumput yang bergoyang pun, harusnya kita bisa mengidentifikasi kekeliruan yang kita lakukan saat merayakan tahun baru tersebut. Ingatkah kita ketika melakukannya dengan kemeriahan dan bersenang-senang serta menghamburkan banyak uang hanya untuk satu malam. Tidak kah kita mencoba untuk introspeksi diri, tentang apa saja yang sudah dilakukan kita ditahun sebelumnya. Pernahkah kita berpikir untuk merinci apa-apa saja yang sudah kita kita kerjakan, dan menghitung berapa banyak yang belum kita dapatkan. Atau yang lebih jauh lagi, sudahkan kita merancang strategi apa yang akan diterapkan untuk bisa mencapai target di tahun baru. Bukan malah larut dalam kemeriahan dan hingar bingar pesta tahun baru. Jelas saja tidak ada nilai-nilai yang bisa kita dapatkan, lebih-lebih solusi yang kita butuhkan. Bukan kah yang terpenting dalam hidup adalah bagaimana kita memaknai setiap proses yang kita jalani. Tidak penting kegagalan dan kesuksesan itu datang, karena yang jauh lebih penting adalah bagaimana memaknai hal tersebut, serta bagaimana membuat hal tersebut menjadi media pembelajaran buat kita.<br /><br />Semangat itu harusnya masih ada, ketika ada sebuah dorongan yang besar untuk mencapainya. Mirip seperti slogan salah satu partai peserta pemilu, tapi kita plesetkan sedikit sehingga bunyinya <strong>“semangat itu masih ada”</strong>. Terus bagaimana cara menumbuhkannya? Ada dua cara yang bisa kita coba untuk dilakukan. Yang pertama, bayangkan anda akan sangat bahagia bila apa-apa yang menjadi keinginan kita itu tercapai. Dan yang kedua, banyangkan juga apabila impian-impian kita ditahun baru ini tidak tercapai. Dan jangan lupa pastikanlah setiap apa-apa yang kita lakukan dan kita capai, semuanya bisa memberi nilai tambah buat orang lain. <em>Sehingga kalaupun ada ketakutan yang datang, pastikan kalau ketakutan itu bukan karena kita takut akan kekurangan diri sendiri, tetapi takutlah karena apa yang kita lakukan dan kita dapatkan tidak bisa melebihkan bagi orang lain</em>…Salam Super</div> </span>Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-67841742400016593352008-12-25T19:19:00.000-08:002009-09-12T02:47:41.017-07:00Guru baruku yang sederhana<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGn_BXSZaAn4kBrcLdDP6fSs9mXAUNlmx25WI7cdVIiR55fFvigDPHb_VtBf3HkgICKRB7Q0JKG7KXYWoY3I-UpsO5flx4EjA8WcMU_NAeX9-ajsdZi-amyQk-YTm23hGfBmohMCWS3q0/s1600-h/gede+prama.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 112px; height: 165px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGn_BXSZaAn4kBrcLdDP6fSs9mXAUNlmx25WI7cdVIiR55fFvigDPHb_VtBf3HkgICKRB7Q0JKG7KXYWoY3I-UpsO5flx4EjA8WcMU_NAeX9-ajsdZi-amyQk-YTm23hGfBmohMCWS3q0/s200/gede+prama.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5283935226308647714" border="0" /></a><div align="justify">Entah mengapa akhir-akhir ini saya sangat <em>gandrung</em> sekali dengan tulisan-tulisan Gede Prama. Dia adalah seorang Presiden Direktur dari Dynamics Consulting yang sebelumnya pernah menjadi CEO perusahaan jamu terkemuka di Indonesia, yang sekarang ini “mengasingkan” diri di tempat yang dia sebut sebagai Pulau Kedamaian yaitu di Bali. Sebenarnya saya sudah familiar dengan dia semenjak masih kuliah dulu, setiap saya pergi ke toko buku, tidak jarang saya menemui karya-karyanya, cuma tidak tahu kenapa, baru sekarang saya tertarik untuk membaca tulisan-tulisannya.<br /><br />Adalah proses pencarian saya dalam menemukan sebuah titik kebahagiaan dalam hidup yang akhirnya mengantarkanku bertemu dengan filosofi-filosofi dia tentang kebahagiaan. Saat diri ini terpacu untuk mengejar sesuatu yang bersifat duniawi, sampai akhirnya terjebak dalam rimba kesesatan materialisme, dan ketika diri ini merasa ada sesuatu yang hampa, ternyata tulisan Beliau mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan menggantung, yang selama ini belum terjawab dalam literatur ilmiah yang sudah ada.<br /><span class="fullpost"><br />Kesederhanaan adalah kata yang sering didengung-dengungkan pak Gede dalam setiap ucapannya, sesuatu sikap yang sebenarnya sangat mudah untuk dilakukan, tapi pada praktek nya begitu sulit untuk dijalani. Konsep hidup sederhana ini bukan berarti kita harus <em>pelit, terlalu irit, kikir, medit,buntut kasiran </em>atau apapun istilahnya. Kesederhanaan dalam hidup adalah kesediaan untuk menjalani hidup apa adanya. Tidak ada yang ditutup-tutupi, tidak ada yang dilebih-lebihkan dan tidak ada yang perlu digengsi-gengsikan.<br /><br />Konsep kesederhanaan ini akan <em>matching</em> dengan konsep teori ekonomi yang mengatakan bahwa adanya kelangkaan (<em>scarcity</em>) yang diakibatkan oleh besarnya keinginan (<em>want</em>) yang tidak terbatas dibandingkan dengan sumberdaya (<em>source</em>) yang terbatas. Inilah yang menyebabkan timbulnya harga ekonomis yang melekat dalam setiap sumberdaya yang dibutuhkan. Kesederhanaan akan menjadi jembatan yang memadai untuk menghubungkan antara rezeki yang kita terima dengan keinginan yang ingin terpenuhi.<br /><br />Perjalanan dan pengalaman yang mengharuskan kita meniti tangga kehidupan dari bawah, harusnya membuat kita akan sering ingat akan pentingnya kesederhanaan hidup. Bagi yang memulai kehidupan dari bawah, akan ada makna yang dalam dan rasa syukur yang tak terhingga, ketika dulu masih bergelantungan di bus kota, ternyata sekarang sudah punya motor atau bahkan punya mobil, yang mungkin bagi sebagian anak orang kaya, hal itu hanya sebatas rutinitas yang hambar tanpa ada rasa.<br /><br />Akhirnya saya berharap jangan sampai apa yang ditulis Deana Rick dan rekan di Personal Excellence terjadi pada kita, “<em>having too much can actually be a hindrance to an attitude of gratitude because, in reality, you can not appreciate what you have, if you have too much</em>“. Yang pada intinya, memiliki kekayaan yang terlalu banyak sering mengurangi rasa syukur. Sebab, penghargaan terhadap rezeki sering menurun sejalan dengan semakin banyaknya uang yang dimiliki. Semoga kita terhindar dari hal-hal yang bisa mengurangi rasa syukur kita terhadap apa yang sudah dimiliki, sehingga akan selalu ada godaan dalam diri ini untuk menolong sesama, bila ada kemampuan untuk melakukannya…..<br /><br /></div></span>Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-26349763828212961912008-12-05T23:05:00.000-08:002009-09-12T02:48:35.809-07:00Menjadi Kaya dengan Bersyukur<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiypsTKlPyiBrSiC16y2b_5xIRP-qnL6iEmQmqevMqaAX9kvwlLsCtZu2_sXLe6dsrzaH7MQ3T8QaYVRKBLHZOJGO3JTjarE-_H6b2bCOpCR8JTjJG_NHtzZzYIPSy1LEaTkND3kSmPw_4/s1600-h/bersyukur.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 162px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiypsTKlPyiBrSiC16y2b_5xIRP-qnL6iEmQmqevMqaAX9kvwlLsCtZu2_sXLe6dsrzaH7MQ3T8QaYVRKBLHZOJGO3JTjarE-_H6b2bCOpCR8JTjJG_NHtzZzYIPSy1LEaTkND3kSmPw_4/s200/bersyukur.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5276571663466366562" border="0" /></a><div align="justify">Dalam hidup kita sering berfokus pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Contoh yang sederhana semisal kita sudah mempunyai sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang baik, tapi pikiran kita masih saja merasa kurang. Pikiran kita sering dipenuhi dengan beban dan berbagai target yang ingin dicapai. Kalaupun apa yang kita inginkan dan cita-citakan tercapai, anehnya kita “tidak merasa puas”, kalau pun ada rasa puas paling hanya sesaat.<br /><br />Belum lagi kecederungan kita untuk membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita sering membandingkan kelemahan kita dengan kelebihan orang lain. Sehingga semakin merasa inferior-lah diri kita. Bila melihat teman, tetangga atau orang lain yang punya kehidupan lebih baik, kita sering merasa iri hati melihatnya. Apalagi bila melihat teman kita yang penghasilannya lebih tinggi, padahal dulunya sama dengan kita, atau bahkan dibawah kita, akan menambah rasa sesak saja di dada ini. Sehingga tidak jarang kita sering gonta-ganti pekerjaan hanya untuk kelihatan hebat dimata orang lain. Tanpa peduli apakah yang kita kerjakan baik untuk kehidupan kita atau tidak.<br /><span class="fullpost"><br />Untuk lebih memaknai arti bersyukur ini, ada cerita yang saya ambil dari tulisannya Pak Gede Prama yang sangat menarik untuk kita simak. "Suatu hari, Nasrudin lari terbirit-birit menemui gurunya. Begitu berjumpa, tanpa permisi ia langsung minta tolong: ‘Tolong guru rumah saya jadi neraka. Ada istri cerewet, mertua yang banyak maunya, putera-puteri beserta sepupu-sepupu mereka yang ribut lari ke sana ke mari. Apa pun yang guru sarankan akan saya lakukan, asal nerakanya hilang surganya datang’.<br /><br />Yakin Nasrudin akan memenuhi janji, gurunya pun bertanya: ‘Apakah kamu punya binatang peliharaan?’. Dengan gesit Nasrudin menyebut ada empat angsa, enam ayam, tujuh kambing, delapan kelinci, serta sejumlah burung. Karena itu, sang guru menyuruh Nasrudin memasukkan semua binatang peliharaan ke dalam rumah, semua manusia juga harus ada di dalam, kemudian tutup pintu dan jendela rapat-rapat. Selama sebelas hari tidak boleh ada satu pun manusia atau binatang yang keluar dari rumah.<br />‘Tapi, tapi….’, sahut Nasrudin dengan nada gugup. Dengan sigap gurunya menjawab: ‘Jangan lupa kamu sudah janji!’. Dan terpaksalah Nasrudin kembali ke rumah melaksanakan perintah gurunya.<br /><br />Sebelas hari kemudian, Nasrudin datang dengan langkah yang jauh lebih kacau dari sebelumnya. ‘Toloong guru, tolong, jangankan manusia, bahkan kambing pun sudah mau gila sebelas hari di dalam rumah’. Dengan tersenyum bijaksana gurunya berucap: ‘Sekarang keluarkan semua binatang, bergotong royong penuh gembiralah, bersihkan rumah’. Dan beberapa waktu kemudian, Nasrudin mendatangi rumah gurunya dengan wajah ceria: ‘Terimakasih guru, rumahnya sudah jadi surga!’.<br /><br />Inilah cerita manusia dari dulu hingga sekarang. Banyak rumah kehidupan yang berubah jadi neraka karena saling benci dan saling memarahi. Dan ternyata menemukan surga hanya persoalan memilih pembanding yang tepat. Bila pembandingnya tepat (dalam kisah Nasrudin pembandingnya rumahnya yang penuh binatang), surga terbuka. Jika pembandingnya selalu yang serba lebih (lebih kaya, lebih cantik, lebih terkenal, lebih bijaksana) maka surga pun tidak pernah terbuka".<br /><br /><strong>Akhirnya, hidup ternyata persoalan sikap. Surga maupun neraka ternyata hasil ikutan dari sikap. Bila sikapnya keluhan dan kekurangan maka neraka yang terlihat. Jika sikapnya bersabar dan bersyukur maka surga yang tampak. Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena rasa syukur merupakan kualitas hati yang tertinggi dan merasa cukup merupakan harta terbesar kita</strong>. Salam Sukses!!!<br /></div></span>Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1790734998282469284.post-24808477362813023762008-11-28T20:22:00.000-08:002009-09-12T02:49:36.992-07:00SEDERHANA SEBAGAI SEBUAH PILIHAN<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjseALSRT2Lpt0s16VGHYGqHhjf6sDZhFgVBuk4didE5mLNXMhWgV_yRSOynbk1LpY8QQRi0tYkpbN33-8D54zLcK0wqbkIl1souAl63f_3UJKhESAiX93xbXiBPLVF0R18dFDwEIUDViI/s1600-h/sederhana.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 116px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjseALSRT2Lpt0s16VGHYGqHhjf6sDZhFgVBuk4didE5mLNXMhWgV_yRSOynbk1LpY8QQRi0tYkpbN33-8D54zLcK0wqbkIl1souAl63f_3UJKhESAiX93xbXiBPLVF0R18dFDwEIUDViI/s200/sederhana.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5273933219427792306" border="0" /></a><div align="justify">Salah satu bentuk paradok yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari adalah kenyataan bahwa menjalani hidup sederhana (yang seharusnya mudah) justru paling sulit dilakukan (<em>The simplest is the most difficult</em>). Padahal kenyataannya konsep hidup sederhana lebih mudah untuk dilaksanakan dan lebih membawa ketenangan batin.<br /><br />Hidup sederhana bukan brarti hidup susah, senang menderita, atau meninggalkan kesenangan dunia akan tetapi sederhana brarti konsep hidup yang mengerti mana <strong>kebutuhan dan mana keinginan</strong>. Disinilah kita harus cerdik dalam mengidentifikasi dan memilah antara sesuatu yang memang “real” sebagai kebutuhan, dan mana sesuatu yang itu hanya bisikan dari “nafsu” keinginan sesaat.<br /><span class="fullpost"><br />Seperti saat kita lapar, maka kita butuh sesuatu untuk kita makan, bila hal ini dibenturkan dengan kontek kebutuhan dan keinginan, maka bila kita bertindak sesuai dengan kebutuhan mungkin cukup dengan makan nasi putih dengan lauk pauk yang sederhana tapi bergizi seperti tempe, tahu atau telur. Tapi bila kita bertindak menurut keinginan hati, mungkin kita akan pergi ke restoran yang mahal yang menyediakan berbagai menu yang sangat mahal. Tidak jarang banyak diantara kita yang menghabiskan penghasilan bulanan hanya untuk memenuhi gengsi agar bisa dipuji dan dihormati orang lain.<br /><br />Padahal kalau kita mau belajar banyak pada orang-orang besar yang sampai sekarang namanya masih harum walaupun jasadnya sudah tiada, mereka senantiasa bersikap hidup sederhana walaupun harta mereka sangat melimpah. Tentu salah satu contoh yang paling monumental adalah Albert Nobel. Penemu dan pemilik lebih dari dari 300 hak paten berbagai penemuan teknologi baru. Royalti dari hak patennya membuat dia mempunyai penghasilan yang besar dan menjadi kaya raya. Tapi ternyata tak satupun hartanya dia wariskan ke ahli warisnya ataupun digunakan untuk foya-foya, sebaliknya ia berikan seluruh harta kekayaannya untuk Nobel Foundation, pemberian hadiah Nobel untuk para ilmuwan dunia yang berhasil meraih prestasi gemilang. Pilihan hidup sederhana itulah yang menjadi kunci bagi dia untuk selalu dikenang dunia sampai sekarang.<br /><br />Dari penjelasan tersebut saya mengajak para generasi muda yang mungkin sepuluh atau dua puluh tahun mendatang menjadi pejabat pemerintahan, entrepreneur sukses atau pebisnis yang kaya, untuk selalu memilih sikap sederhana sebagai suatu pilihan dalam hidup. Dan sederhana disini jangan disalah artikan sebagai pilihan untuk serba kekurangkan atau mencoba “mengkurangkan diri” tapi memposisikan sederhana sebagai sikap untuk melakukan atau memenuhi sesuatu dengan sewajarnya, bukankah Tuhan juga tidak suka yang berlebihan. Tapi saya tetap menyarankan untuk berusaha menjadi orang kaya, jadi orang super tapi tetap sederhana dalam bersikap. Semakin kita berkelimpahan secara materi, semakin bermanfaat harta kita dan semakin banyak orang yang akan teruntungkan dari dari kondisi kita. Mulai sekarang,…bersederhanalah dalam hidup, karena dalam kesederhanaan, kita tidak akan kehilangan identitas…SALAM SUKSES!!!<br /></div></span>Guntur Novizalhttp://www.blogger.com/profile/10735014440560774065noreply@blogger.com0