SOSOK PEMBELAJAR YANG SENANG BERMIMPI

23 Februari 2009

KENAPA HARUS BERUBAH???

Sebelum mengambil judul ini, saya sempat tersenyum kecil, maklum judul ini mengingatkan saya dengan judul sinetron yang dulu pernah diputar di SCTV. Kenapa Harus Inul??? Itulah sinetron yang pernah melambungkan nama Inul sebagai pedangdut kesohor. Terlepas dari banyak kontroversi yang sempat menghampirinya, toh ending ceritanya kita sudah tahu semua bagaimana inul sekarang.

Tentu bukan masalah pribadi inul yang akan saya bahas disini. Hanya untuk mencoba mengkorelasikan antara masalah yang akan saya bahas dengan kondisi riil yang pernah terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Bila melihat kasus di atas, sebenarnya inul lah yang telah merubah kondisi wajah “dangdut” Indonesia menjadi sekarang ini. Dan semua tahu bahwa walaupun kondisi ini menyebabkan banyak kontroversi muncul disana sini, tapi toh akhirnya musik dangdut kita sudah mulai bergeser haluan. Itulah salah satu contoh perubahan, terlepas orang menilainya itu baik atau buruk.

Seperti itulah perubahan, pertama kali muncul tidak jarang menimbulkan protes dan perdebatan. Bagi orang yang sudah merasa nyaman dengan kondisi dan sistem yang ada, untuk bisa menerima perubahan sangat sulit. Karena meraka sudah terlampau asyik dengan zona kenyaman yang mereka rasakan, walupun mungkin zona nyaman itu sendiri tidak selalu membuat nyaman. Adakalanya zona ini hanya sebatas kondisi yang sudah mereka ketahui, dan hanya karena mereka sudah tahu inilah sehingga membuat mereka enggan untuk beranjak dari tempat tersebut.

Kehidupan selalu ditandai dengan perubahan. Kita bisa melihatnya pada diri kita sendiri. Dulu sewaktu masih bayi, hidup kita tergantung pada orang lain. Kemudian kita menjadi seorang anak yang belajar jalan dan sesekali terjatuh, lalu berlari dengan kedua tangan dan kakinya. Setelah itu menjadi sosok dewasa yang akan menghadapi bermacam-macam persoalan dalam hidup. Kadang kita tertawa dan senang, kadang hidup susah dan menangis.

Perubahan adalah pertanda kehidupan. Dalam realitas sosial perubahan sering ditandai dengan adanya ketidaknyamanan atas kondisi sekarang, perubahanan juga selalu menghadirkan asa. Indonesia sempat mengalami seperti itu beberapa kali, salah satunya adalah pada tahun 1998. Ketidaknyaman dengan kondisi yang ada menyebabkan sebagian orang, terutama mahasiswa, menjadi motor dan agen perubahan dalam era reformasi. Walaupun kondisi tersebut harus dibayar mahal dengan matinya beberapa mahasiswa yang tertembak peluru serta kerugian material yang tidak sedikit.

Perubahan juga menimbulkan harapan. Meski kadang menakutkan, perubahan ini tentu menjanjikan ekspektasi. Adanya harapan untuk mencapai hidup yang lebih baik yang menyebabkan seseorang berani meninggalkan kondisi lama menuju kondisi yang baru. Tentu walaupun kadang mahal bayarannya, artinya ada banyak rintangan, tantangan serta pengorbanan yang tidak sedikit, tapi tidak membuat sebagian orang gentar. Karena perubahan selalu memberi warna tersendiri dan memberikan iming-iming yang cukup menarik untuk digapai.

Mungkin kita bertanya apakah kita masih harus berubah, bila merasa apa yang kita imiliki sudah sesuai dengan yang diinginkan, lalu buat apa perubahan itu?? Masih perlukah?? Jawabannya adalah tentu masih perlu, justru inilah yang dinamakan paradok dari perubahan, dimana perubahan harus dilakukan bukan pada saat kritis, tapi perubahan harus dilakukan pada saat kita sedang berada di atas atau di dalam kondisi yang baik. Agar kita bisa tetap mempertahankan bahkan meningkatkan kondisi dan posisi tersebut tersebut. Karena kalau tidak bisa adaptif dengan perubahan, maka kita akan terseret oleh perubahan tersebut. Jangan sampai ucapan Jim Collins terjadi pada kita, dalam studinya ia pernah mengatakan “Good is the Enemy of Great” bahwa kondisi yang baik (good) adalah musuh yang sering menghalangi kita untuk berevolusi dan memasuki kondisi yang lebih baik (great). Semoga tidak terjebak ….Salam Sukses!!!

Selengkapnya...

e-book motivasi gratiss